18 . Test Olimpiade

137 4 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Jangan menyerah, ada saatnya kau merasa sedih karena pencapaianmu, dan ada saatnya kau akan selalu tersenyum karena bangga atas pencapaianmu. Semua ada waktu dan masanya, jadi tenanglah. Karena semua sudah diatur oleh Tuhan dengan seadil adilnya."

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

💐💐💐

Matahari mulai menyapa paginya Monica. Kini, perempuan itu tengah merasa gelisah lantaran takut untuk mendaftarkan diri memasuki test olimpiade. Perasaan takut terus menghantuinya.

"Kalau daftar, gua belum tentu lulus. Dan kalau enggak daftar, gua yang harus berhenti sekolah," gumam Monica.

"Daftar aja!" sahut Jo yang baru saja sampai.

Monica menoleh kearah Jo yang kini berdiri disampingnya. "Kalau gua enggak lulus? Bukannya hanya menyusahkan para guru aja ya."

"Kok lo mikirnya kayak gitu? Ya enggaklah, justru guru-guru pada seneng karena banyak murid yang berminat mengikuti test olimpiade. Apalagi anak IPS yang daftar, pasti ada kebanggan tersendiri didalam hati gurunya," ucap Jo.

Di sekolah Sma BTI, memang sangat sedikit anak IPS yang ingin mengikuti olimpiade. Malahan, jarang sekali anak IPS ikut serta dalam olimpiade. Pasalnya, anak IPS selalu tidak lulus saat test, dan kebanyakan tidak ingin ribet untuk berpikir mencari jawabannya.

"Gua enggak yakin, Jo," ucap Monica merasa putus asa jika mengingat banyaknya anak IPS yang gagal dalam test.

Jo menghembuskan napasnya perlahan. "Dengar ya Monica Kathleen, mau lulus atau enggaknya itu urusan belakangan. Asalkan lo udah berusaha semaksimal mungkin. Masa iya lo mau menyerah sebelum berusaha? Yang benar aja, rugi dong."

Monica nampak berpikir. Benar yang dikatakan oleh Jo, mengapa ia menjadi pesimis seperti ini? Apakah karena Marko yang meragukannya? Tapi, untuk apa ia ikut ragu dengan dirinya sendiri? Seharusnya, ia menunjukkan kepada Marko, bahwa dirinya pasti bisa ikut olimpiade.

"Lo benar, Jo! Gua harus optimis, gua bakal tunjukin ke semua orang bahwa gua mampu untuk lulus dalam test," ucap Monica dengan semangat.

"Nah, gitu dong! Gua yakin kok lo pasti bisa."

Monica dan Jo mengulurkan tangannya keatas lalu bertost ria. Dengan wajah yang ceria, Monica berlari kecil menjauhi Jo untuk pergi ke ruang pendaftaran olimpiade.

"Sampai jumpa lagi, Jo. Terima kasih atas nasihatnya!" teriak Monica melambai-lambaikan tangannya lalu menjauh.

Begitu pula dengan Jo, laki-laki itu kini menyemangi Monica dengan melambai-lambaikan tangannya ke udara.

"SEMANGAT, MONICA! LO PASTI BISA." Jo tersenyum penuh semangat, ada tujuan tersendiri dihatinya.  Ia yakin, Monica pasti bisa lulus dalam test.

"Gua yakin lo pasti bisa, Mon. Lo harus bisa menunjukkan kemampuan lo agar tidak diremehkan oleh orang lain. Karena gua enggak mau, lo jadi seperti gua yang dulu," batin Jo tersenyum miris.

💐💐💐

Dengan penuh semangat, Monica pergi ke ruang pendaftaran olimpiade. Di sana, terlihat banyak sekali orang yang mendaftar.

Monica melewati satu persatu orang-orang di sana, tidak ada satupun orang yang tahu bahwa ia adalah anak IPS. Mungkin lebih tepatnya tidak peduli. Monica memang tidak begitu populer, namanya hanya terkenal dikalangan kelas 12. Karena, Monica adalah adik dari si kembar Alaric dan Elaric.

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang