13 . Ruang Kesehatan

165 3 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Rasanya sakit ketika melihat orang yang kita sayangi lebih menyayangi orang lain ketimbang diri kita yang notabenya adalah keluarganya sendiri."

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

💐💐💐

"MONICA ...!"

Teriakan itu berasal dari suara Zevan yang kini sedang melambaikan tangannya dipinggir lapangan dengan menatap Monica. Mau tidak mau, Monica tersenyum lalu menghampiri Zevan dengan berlari kecil.

Saat sampai disana, Monica dapat melihat perubahan raut wajah anggota inti Moonlight dan juga Kinan. Tapi, ia memilih untuk tidak peduli.

"Kenapa?" tanya Monica lesu.

Senyuman diwajah Zevan pudar saat melihat darah yang mengalir dipelipis Monica. Ia menatap khawatir perempuan didepannya.

"Kenapa bisa berdarah?" tanya Zevan.

"Aku tadi kepleset di kamar mandi," jawab Monica berbohong.

Namun sayangnya, Zevak tak mempercayai perkataan Monica. Ia menatap tajam Monica karena tak ingin jujur kepadanya.

Monica menggigit bibir bawahnya karena takut menatap Zevan. "Maaf."

"Aku anterin ke UKS." Zevan menarik lembut pergelangan tangan Monica untuk pergi ke ruang kesehatan atau UKS.

Sedangkan anggota inti Moonlight dan Kinan hanya menatap punggung pasangan yang kini menjauh dari tengah lapangan.

"Monica ganggu banget," gerutu Kinan merasa kesal karena waktunya dengan Zevan dan yang lainnya menjadi terganggu hanya karena Monica.

💐💐💐

Kini Zevan tengah mengobati pelipis Monica dengan telaten. Awalnya anak pmr yang ingin mengobati Monica, namun Zevan mencegahnya dengan alasan yang sangat tidak masuk akal.

"Kenapa bisa luka? Jangan bohong sama aku," ucap Zevan memulai duluan sebuah topik obrolan setelah mereka begitu lama saling diam.

Monica tak kunjung menjawab pertanyaan dari Zevan. Ingin jujur, namun anehnya lidahnya terasa kelu untuk mengatakannya. Ia hanya menundukkan kepalanya seraya meremas ujung rok yang ia kenakan saat ini.

Setelah selesai mengobati Monica, Zevan memilih untuk mengelus lembut pipi Monica, membuat perempuan didepannya lagi dan lagi menggigit bibir bawahnya.

Zevan yang paham kebiasan Monica pun berkata, "Setiap kali kamu berbohong dan ada masalah, pasti kamu menggigit bibir kamu dengan wajah yang ditundukkan. Aku udah hapal semua sikap kamu, jadi enggak ada gunanya kamu berbohong."

"Maaf," cicit Monica.

"Jadi, mau cerita sekarang? Atau harus aku yang cari tahu sendiri penyebabnya?" tanya Zevan.

"Aku nyuruh Eci buat pukulin aku sekeras apapun yang dia mau, supaya dia enggak marah lagi sama aku."

"Caranya bukan kayak gini, Mon! Jangan selalu berperilaku seenaknya. Kamu enggak kasihan dengan diri kamu sendiri? Jangan terus-terusan menyakiti diri kamu, aku enggak suka," ucap Zevan sedikit meninggikan suaranya.

"Tapi aku mau hubungan diantara kami membaik. Kamu enggak akan paham, karena kamu enggak pernah merasakannya!" sentak Monica dengan mata berkaca-kaca.

"Monica, walau aku enggak pernah merasakannya, tapi aku paham perasaan kamu."

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang