52 . Kasih Sayang

80 5 0
                                    

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

"Tunjukkan kepada seluruh dunia, bahwa terus bangkit disaat orang lain menyerah dengan kegagalan adalah kesuksesan yang sesungguhnya."

- Monica Kathleen

⫍ ─━━━━╼͜━͜┉ི͜━ི┅━ྀ͜┉ྀ͜━͜╾━━━━─ ⫎

💐💐💐

Monica menatap pantulannya dari arah cermin yang ada di kamar barunya. Ia memakai seragam baru yang atasnya berwarna putih dengan beberapa atribut dan androk kotak-kotak abu-abu. Rambutnya dibiarkan tergerai dengan sedikit kepangan yang ada disisi kanan rambutnya. Tak lupa juga jepitan pita yang bertengger dikepalanya.

Mulai hari ini, ia resmi sekolah di sekolah barunya yang ada di Bandung.

Tangannya terulur untuk memegang matanya. Terlihat membengkak. Wajahnya juga begitu pucat karena semalaman terus menangis.

Monica juga menggerutu kesal karena keteledorannya, Karin jadi tahu kalau semalam ia menangis.

Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, ia pun memutuskan untuk menuruni tangga. Sesampainya di ruang makan, ia dapat melihat Karin, Mario, Sean, dan Zyahir tengah duduk di sana.

"Sayang, sini! Sarapan dulu," ujar Karin tersenyum hangat.

Senyuman pun terbit diwajah Monica. Rasanya sudah lama sekali ia tidak melihat senyuman Karin. Entah mengapa setiap kali melihatnya, hatinya merasa tenang.

Monica menghampiri keluarga itu dan duduk disebelah Karin. Lalu Karin mengoleskan selai diatas roti dan memberikannya kepada Monica. Tak lupa juga segelas susu hangat dan beberapa buah-buahan ia berikan.

"Ini hari pertama kamu sekolah, jadi kamu harus semangat ya!" ucap Karin lembut dan dibalas anggukan oleh Monica.

"Yeay! Yeay! Semangat kak Onic!" seru semangat Zyahir, bocah kelas 1 Sd tersebut.

Sean menjitak kening adiknya itu pelan. "Caper lo kumat, cil!"

Jika kalian berpikir Sean membenci Zyahir karena ia kerap kali melakukan kekerasan terhadap bocah itu, maka tebakan kalian salah.

Sean berperilaku seperti itu karena ia begitu menyayangi Zyahir, sampai-sampai jika menjahili Zyahir rasa senang melihat bocah itu merengek kesal membuatnya begitu bahagia.

Cara orang mengungkapkan kasih sayangnya itu berbeda-beda, sama halnya dengan Sean.

"Ih! Sirik aja!" kesal Zyahir.

Karin terkekeh melihat kedua putranya yang selalu saja membuat ulah. Kini, tatapannya menuju kearah Monica yang sedari tadi diam tanpa menyentuh makanannya sama sekali.

"Monica sayang, kenapa enggak dimakan? Enggak enak ya? Mau Mama masakin aja?" tanya Karin.

Monica menggelengkan kepalanya pelan. Entah mengapa, rasa nafsu makannya hilang sejak kemarin malam.

"Mata kak Onic disengat tawon ya? Kok bengkak?" tanya Zyahir dengan mengerjabkan matanya perlahan.

Monica diam membeku di tempatnya. Kepalanya ia tundukan kebawah, bingung harus menjawab seperti apa. Apalagi, kini tatapan semua orang teralih kepadanya.

Mario berdiri dari duduknya lalu menghampiri Monica. Ia mengusap lembut surai panjang rambut perempuan itu.

"Monica, jangan merasa kamu sendirian dan sedih. Kami semua ada disini untuk menemani kamu, anggap saya sebagai Papa kamu, dan kamu bisa memanggil saya dengan sebutan Papa. Tapi saya tidak memaksa. Saya tahu itu butuh waktu," ujar pria paruh baya itu, yang tak lain Mario sendiri.

Monica [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang