Setelah beberapa jam di perjalanan, Gracio dan supirnya pun sampai di desa cilembu tempat christy tinggal, sesampainya di sana mereka bertanya pada salah satu warga yang berjalan di pinggir jalan.
" Berhenti dulu mal "ucap Gracio.
" Baik tuan " balas Jamal. Setelah mobilnya berhenti Gracio pun turun menghampiri seseeorang warga di situ.
"Permisi pak, maaf mau nanya"ucap gracio.
" Eh iya pak, ada yang bisa saya bantu ? "tanya warga tersebut.
"Saya mau nanya, rumahnya aya adijaya dimana ya ? "tanya Gracio.
" Maaf, tapi kalau boleh tau bapak ini siapanya mbak aya ya ? "tanya warga tersebut.
" Saya mantan suaminya pak" balas Gracio.
" Oo, kalau gitu bapak lurus aja sampai nanti ketemu sama pertigaan belok kiri, di situ nanti ada rumah yang di depannya ada pohon jambu, nah itu rumahnya pak"
" Ooo ada pohon jambu di depannya ya "ulang Gracio.
"Iya pak"
"Kalau begitu terimakasih banyak pak, saya permisi dulu " ucap Gracio.
"Sama-sama pak, silahkan "
Setelah mendapat alamat rumah aya, Gracio pun kembali masuk kedalam mobil, dan memberi tahukan alamatnya pada Jamal.
Beberapa menit kemudian mereka pun sampai di depan rumah aya yang sekarang hanya dihuni oleh christy seorang.
Di dalam rumah tampak christy yang sedang duduk di lantai sambil memeluk satu-satunya foto mendiang bundanya yang ia punya, hingga terdengar ketukan pintu, membuat ia tersadar dari lamunannya, ia segera berdiri menyimpan foto Aya di atas meja dan berjalan ke arah pintu lalu membukanya.
Ia mengerutkan dahi saat melihat seorang pria yang kisaran umurnya sudah berkepala empat yang berdiri di depan pintu rumahnya dengan senyum manisnya saat pintu itu telah terbuka.
" Hai, benar ini rumahnya Aya ? " Ucap seseorang itu yang tak lain adalah Gracio.
" Benar, tapi ada apa ya bapak mencari ibu saya ? " tanya christy sedikit khawatir.
" Sebelum saya jawab pertanyaan kamu, apa boleh saya masuk? " Tanya Gracio
" Ah iya silahkan "ucap christy mempersilahkan tamu yang tak ia kenali itu untuk masuk lalu mengikutinya duduk di lantai beralaskan tikar tanpa menutup pintu.
" Maaf pak, bukannya saya nggak mau menyambut tamu dengan baik, tapi saya hanya punya air putih di dapur kalau bapak mau, biar saya ambilkan " tawar christy dengan sopan.
Bukan apa-apa christy bertanya begitu karna tadi ia sempat melihat ada sebuah mobil mahal di depan rumahnya, dan ia yakin mobil itu pasti milik tamunya ini, yang sudah jelas pasti seseorang ini dari kalangan orang kaya, makanya ia bertanya seperti itu.
" Boleh, kalau nggak ngerepotin " balas Gracio.
Mendengar itu christy langsung kembali berdiri, lalu ke dapur mengambil air putih untuk tamunya.
" Ini pak silahkan "ucap christy sambil meletakkan nampan yang ia bawa dari dapur.
" Terimakasih "balas Gracio sambil tersenyum.
Lalu ia meminum segelas air yang di suguhkan oleh christy. Beberapa saat hanya ada keheningan, christy yang bingung mau ngomong apa sedangkan Gracio yang melihat sekeliling rumah itu.
" Kamu pasti anaknya aya kan ? " tanya Gracio memecah keheningan.
" Iya pak, saya anaknya " balas christy seadanya.
" Ibu kamu mana ? " tanya Gracio, karna sedari tadi ia tidak melihat keberadaan Aya sedikit pun.
Mendengar pertanyaan Gracio membuat air mata christy kembali mengalir tanpa di perintah, membuat Gracio panik.
" E-eh, Kamu kenapa nangis ? " tanya Gracio panik bercampur khawatir.
" Bunda saya baru saja meninggal pak kemaren " ucap christy, membuat Gracio terpaku, ia tidak bisa berkata apa-apa, hal ini sama sekali tidak pernah terpikir olehnya akan terjadi.
" Apakah ini arti dari surat kamu ya, kamu ingin aku menjemput anak kita karna ini ?, kamu meninggalkan kita ?, meninggalkan aku dengan rasa bersalah ini, maafkan aku ya, jika saja aku datang lebih cepat kita pasti masih bisa ketemu "
ucap Gracio dalam hati, tanpa di minta air matanya pun mengalir." A-pa yang t-terjadi ? "tanya Gracio terbata-bata.
" Bunda mengidap penyakit kanker pada paru-parunya, kami tidak bisa membawa bunda ke rumah sakit karna ekonomi yang terbatas " balas christy.
" Ya ampun ya, kenapa kamu nggak bilang sama aku, andai kamu bilang, aku akan langsung bawa kamu berobat, dan kejadian ini nggak akan terjadi " ucap Gracio mengusap wajahnya kasar.
" Maksud bapak ? "tanya christy.
" Kamu nggak tau siapa saya ? " tanya Gracio balik, yang di balas gelengan kepala oleh christy.
"Nama saya Gracio Harlen " ucap Gracio.
" Apa!! " kaget christy, ternyata orang yang ada di hadapannya ini adalah ayah kandungnya.
Laki-laki yang sangat di cintai ibunya sampai tuhan menjemputnya. Laki-laki yang dulu sering ia tanyakan keberadaannya, namun kini tepat di depannya.
" A-a ayah ?? "ucap christy terbata-bata.
" Iya saya papa kandung kamu " balas Gracio tersenyum haru, lalu ia merentangkan kedua tangannya, dan christy langsung memeluk erat tubuh Gracio, sosok yang sangat ia cari-cari dan sangat ia rindukan.
Tangisnya pecah saat Gracio mendekapnya dengan erat, akhirnya pelukan hangat seorang ayah bisa ia rasakan sekarang, dari dulu ia sangat ingin merasakan di peluk oleh ayahnya, dan sekarang keinginannya tercapai.
Rasa nyaman, rasa hangat itu yang ia rasakan sekarang. "Maafin papa " ucap Gracio sambil mengecup pucuk kepala Christy.
" Ini udah takdir yah "balas christy.
" Kamu mau kan ikut papa ke rumah kita, mama shani udah nungguin kita di rumah " ucap Gracio.
" Mau ayah, ini juga salah satu permintaan bunda " balas christy, kini ia sudah melepaskan pelukannya lalu mengusap air matanya.
" Sebelum kita berangkat, kita ke makam bunda kamu dulu ya " ucap Gracio, sambil mengelus pipi christy.
KAMU SEDANG MEMBACA
( CH2 )
Novela Juvenillangsung baca aja gais yang ngk suka skip jangan lupa folow ya gais