Libur semester telah berakhir, para murid telah kembali ke asramanya masing-masing, begitu pula dengan sepuluh anak yang pernah berurusan dengan diri mereka sendiri versi masa lalu.
Tidak banyak hal yang terpengaruh oleh kepergian Daeyoon, hanya perusahaan milik keluarganya yang sangat terlihat pengaruhnya. International Future School sama sekali tidak terhambat oleh kasus Daeyoon, hanya saja reputasi sekolah itu benar-benar buruk di mata masyarakat.
Sekolah itu bukan lagi atas nama Daeyoon, tapi atas nama Jia selaku anak kandung. Seo Yoonho? Dia sudah terbukti bukan anak kandung dari Seo Daeyoon. Lee Jaera, istri Seo Daeyoon telah membohongi semua orang.
Meskipun sudah atas nama Jia, tapi Jaera lah yang mengurus semuanya karena kondisi Jia saat ini tidak memungkinkan, ia masih berada di bangku sekolah.
Tentang kehidupan kesepuluh remaja itu tidak banyak perubahan, hanya saja mereka sudah tak mendapatkan rasa cemas yang berlebih lagi atau mimpi yang membuat mereka tidak tidur semalaman. Mereka sudah menjalani hidup selayaknya remaja pada umumnya namun tanpa kasih sayang.
🕸🕸🕸
"Akhirnya gue bisa balik ke asrama ini lagi!" pekik Kyungjun seraya duduk di tepi kasur miliknya.
"Asli gue seneng banget libur semester udah selesai," ujar Hyunsoo.
Taehun memandang dua teman seasramanya itu, Taehun juga senang tapi ia sedikit khawatir karena waktu mereka benar-benar tak lama lagi berada di sekolah itu.
"Lo gak seneng gitu, Hun? Kita terbebas dari neraka berbentuk rumah itu loh," tanya Hyunsoo. "Eh, bonyok (orang tua) lo udah tobat ya?"
Taehun menggeleng. "Gue amini-in, tapi nggak Soo. Gue juga seneng, tapi ini artinya kan kita udah gak punya banyak waktu. Cuma beberapa bulan abis itu ujian, bakal kerasa singkat banget."
"Udahlah, Hun. Kita jalanin aja yang sekarang, jangan mikir kejauhan sampe lo gak nikmatin waktu kita yang kesisa," ucap Kyungjun.
"Gue setuju sama Kyungjun, waktu kita gak banyak, makanya kita harus bisa nikmatin itu."
Taehun menghela nafasnya. Benar, ia terlalu khawatir sampai tidak bisa menikmati waktu yang tersisa sedikit itu.
Brak.
"Bang, gue bawa ini buat kalian!" Sungjun membuka pintu tanpa mengetuk, ia hanya tersenyum tanpa dosa setelah melihat wajah ketiga kakak kelasnya.
"Gue gak ngajarin kaya gitu," ucap Taehun.
"Iya Bang, Kak. Maaf, gue terlalu semangat buat ketemu kalian," ucap Sungjun dengan penyesalannya.
"Kali ini kita maafin, tapi lain kali jangan kaya gitu. Ke kita doang mah sebenernya gak papa, tapi itu sama aja salah," kata Kyungjun, ia menepuk sebelahnya agar Sungjun duduk.
Sungjun menurut, ia duduk di sebelah Kyungjun dan mulai mengeluarkan apa saja yang ia bawa, dimulai dari cemilan hingga gantungan kunci yang sengaja ia buat.
"Ini jangan sampe ilang ya, gue bikinnya penuh perjuangan," ucap Sungjun seraya membagikan gantungan kunci itu.
Taehun menangkap sesuatu saat Sungjun memberikan salah satu gantungan kunci itu padanya. "Tangan lo kenapa?"
Mendengar itu Sungjun segera menyembunyikannya. Ia sengaja memakai baju berlengan panjang untuk menutupi itu, tapi Taehun tidak bisa di tipu dengan cara ini.
"Oh ini, kepentok pintu kemarin. Gak papa kok, gue balik ke asrama dulu ya." Sungjun hendak pergi namun tangannya dicekal Taehun.
Taehun menarik pelan lengan kiri Sungjun yang ia lihat terluka. Taehun melipat lengan panjang itu, dan ya dugaannya benar. Sungjun terluka dan itu tidak terlihat seperti luka tidak disengaja.
"Lo yakin ini kepentok?" tanya Taehun.
"Bisa lurus gitu ya, kepentok apa kalau boleh tahu?" Kyungjun ikut bertanya.
"Gue tahu, kepentok gesper ya 'kan?" tanya Hyunsoo. "Ngaku, siapa yang berani ngelakuin ini. Bukannya lo bilang kalau si musang itu udah cerai sama nyokap lo?"
Sungjun terdiam kaku, ia tidak tahu harus menjawab apa.
"Sungjun jawab gue!" Taehun geram, ia tak terima melihat temannya yang paling muda itu terluka.
"Gue di sini mati-matian jagain lo biar gak terluka, tapi pas lo pulang ke tempat yang seharusnya jadi tempat paling aman kenapa malah kaya gini?" batin Taehun.
"I-ini, Ibu-" Tatapan mata Taehun yang terlihat khawatir justru membuat Sungjun takut hingga membuat suaranya terbata-bata.
Brak!
Kyungjun menendang sebuah meja untuk melampiaskan rasa kesalnya. "Jun, nyokap lo itu-"
"Itu karena gue salah," sela Sungjun cepat.
"Terus karena lo salah hukumannya harus banget kaya gini? Jun, wajar kalau kita marah liat lo kaya gini. Nyokap lo sama sekali gak bisa jaga apa yang udah kami jaga selama ini, gue rela jadi pancingan pas Daeyoon ngincer kita, itu semua karena lo juga salah satunya. Gue saking gak maunya ada temen gue yang terluka, gue rela diri gue sendiri yang jadi korban," ucap Hyunsoo menggebu-gebu.
"Jawab gue jujur, kesalahan apa yang udah lo lakuin?" tanya Taehun.
"Ada salah satu mata pelajaran yang nilainya rendah," jawab Sungjun lirih.
Hati mereka mencelos mendengarnya. Hanya karena itu? Apakah lebih penting angka daripada anak?
"Luka lo udah membiru gini, apa masih sakit?"
Sungjun menggeleng, namun akhirnya ia mengangguk karena Taehun sedikit menekan lukanya. "Iya, Bang. Ini masih sakit."
"Luka gini obatinnya gimana?" tanya Hyunsoo.
"Di kompres gak sih?" Kyungjun tak yakin dengan jawabannya.
Sungjun menarik tangannya. "Ini tinggal sakit sedikit, bentar lagi juga sembuh. Kalian jangan khawatir ya, gue balik ke asrama dulu." Dengan cepat Sungjun pergi dari sana, ia tidak ingin terlaku lama dalam situasi mencekam itu.
Hallo!
Gimana sama cerita barunya?
Aku harap aku bisa selesain cerita ini kaya Big Secret.

KAMU SEDANG MEMBACA
After Big Secret 1990
FanficBig Secret season2 Mereka hanya menang untuk masa lalu, bukan masa depan