04. Apa adanya

200 160 3
                                    

🌷🌷🌷🌷🌷

Juni sedang membaca di meja belajar. Sementara orang yang tak dia harapkan kehadirannya, terus memandanginya. Membuat Jumi tak nyaman. Ayolah! Gadis itu tersenyum-senyum kerahnya—seolah tak ada objek lain bisa dia nikmati. Namun meskipun terganggu, Juni tetap meneruskan bacaannya.

"Ck!"

Decakan tanpa sadar meluncur dari mulut Juni.

"Juni nggak suka gue ada disini?' tanya gadis itu.

Mungkin Juni ingin menjawab, ya! Namun dia cukup sadar dan sudah merepotkan keluarga Mahesa oleh kehadirannya.

Sudah beberapa hari sudah dia berada disini. Karna itu dia mencoba bersikap baik kepada Azoya—seperti mereka baik kepadanya. Seenggaknya gue bisa berpura-pura.

"Gak," jawab Juni.

"Terus kenapa kayak bete?" sahut Azoya.

Ternyata gadis ini peka juga, pikir Juni. Lalu kenapa dia tidak menjauh dari Juni juga?

"Gue nggak bete," kilah Juni.

"Itu tadi tadi berdecak, gimana? Karna bukunya?" Azoya yang duduk di bangku sebelah Juni itu terus bertanya.

"Ya," singkat Juni.

"Karna cerita yang ada di buku? Bikin jengkel, ya, ceritanya?"

Juni hanya mengangguk-angguk saja.

"Tapi itu, kan, buku sejarah Juni!" sebut Azoya lagi. Cerewet banget, Mbak! Juni terganggu karna keberadaan mu!

"Emang sejarah," jawab Juni singkat.

Azoya mengambil buku itu seenaknya. Membuat Juni lantas menengok padanya.

"Halaman berapa? Yang ini?" tanya Azoya membuka lembar-lembar halaman. Dia membaca bagian yang ada ceritanya. "Sejarah keluarga kerajaan—aduh pusingg!"

Azoya mengembalikan kembali buku itu pada Juni. Membaca salah satu kelemahan Azoya. Melihat deretan kata yang tebal saja membuatnya pusing. Apalagi harus memahami, auto tertidur dia!

Azoya kembali menopang dagu seperti semula.

"Kenapa lo?" tanya Juni.

"Bolehkah natap Juni seperti ini?" tanya Azoya minta izin.

Mengabaikan Azoya, Juni yang rautnya masih datar itu kembali fokus pada deretan buku. dan akhirnya memilih sebuah map—mengenai perusahaan yang harus dia pelajari. Tatapan Azoya masih tertuju padanya, masih tersenyum-senyum.

Sudahlah. Nanti dia pergi juga karna diabaikan.

🌷🌷🌷🌷

"Lo jalannya cepat banget, sih, Lun?!" keluh Azoya. Saat ini mereka sedang lari pagi—di Minggu pagi. Hanya berdua karna yang lain pada sibuk urusan masing-masing—Dinda dan Nada yang weekend berdua, Nora yang gak tau entah kemana dan Geva yang disibukkan dengan kerja paruh waktunya.

"Lo tau, kan, impian gue mau tinggal di Jepang?" balas Aluna. "Orang jepang biasanya jalan cepat. Jadi gue harus terbiasa."

"Iyain lah yang mau hidup ngelajang," pasrah Azoya. Begitu terus Aluna, tidak punya pasangan adalah kebanggaan tersendiri dalam hidupnya.

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang