30. Penyamaran Kenes
*******"Kayaknya bener kata loh, deh, kang."
"Bener apaan?" Kenes membalikan matanya, terasa amat kusut melihat deretan angka di buku matematika. Selain kepala pening, mata bagai minus seketika.
"Cowok gue titisan Spiderman. Pahlawan super, kan, suka ilang-ilang. Terus dateng, pas, gue perlu pinjeman." Azoya menyimpulkan yakni.
"Pinjol kali, ah." Kenes bertanya, terdengar seperti sebuah ejekan di gendang telinga Azoya. "Emang udah di tembak, Zo?"
Azoya mengeser kursinya beberapa centi, menjauhkan jarak dari Kenes yang bermulut pedas bikin nyeri. Padahal ia ingin mendapat pencerahan hari, solusi gitu. Ini, kenyataan pahit yang tak dapat di terima.
Kenes mendengus. "Yee, di tanya juga."
"Diem loh. Gak usah ngomong kalau gak penting," ketus Azoya mulai membuka bukunya. Kembali menulis soal yang malas ia selesaikan.
"Tumben belajar, biasanya ngebucinin cowok lokal," tegur Kenes penasaran.
"Gue pengen pintar. Gak cuma jadi beban negara, populasi dunia, sama pengagum rahasia si-dia," jelas Azoya terus mencatat.
Kenes menampaki jawaban Azoya, lalu ke lebaran soal. Terasa pelik juga di luar nalar. "Ini perhitungannya mana? Kok, tulisan semua."
"Gue pecinta literasi." Azoya menangapi tidak peduli.
"Lah, kok?" Kenes menggaruk kepalanya. Menyambungkan jawaban Azoya dengan soalnya, tetapi terasa tetap tidak berkaitan. "Mana ada matematika gak angka. Ini, mah, cocok jawaban buat pelajaran bahasa."
Azoya mendekil tidak suka. "Ya, terserah gue, lah. Yang penting gak kosong kaya lembaran buku loh sama ati."
"Buat novel aja sana loh! Berlagak pinter jawaban amburadul," cakap Kenes menyarankan.
Azoya mendongak ke cowok berwajah suntuk di sebelahnya. "Jadi berbeda itu baik. Berbeda itu juga unik. Terus beda juga keistimewaan. Jawaban gue, tuh, kaya emas di toko batako."
"Berbeda tapi jalannya menyimpang, yah, gak etis juga," balas Kenes. "Salah jalan masuk empang loh."
Azoya mencak-mencak. "Malesin, ah. Di komen mulu kaya artis belum jadi."
Ia menyingkirkan buku-bukunya, menyimpan dalam kolong meja padahal masih di jam pelajaran berlangsung, bahkan guru tengah menerangkan sesuatu hal tidak dapat menjangkau otaknya sama sekali.
Kenes menopang dagu memperhatikan Azoya yang kepalanya menghadap bawah, tertuju pada smartphone-nya. Cewek itu terus mengeser layar puluhan kali, menunggu notif dari lelaki teman kencannya. Ninih, tidak ada.
"Udah buaya jangan di pelihara. Makanan ayam tetangga," bisik Kenes sambil tertawa.
Azoya menjauhkan handphone dari Kenes. Ia mendekil. "Jomblo jangan sok tau. Ngaku aja gak ada yang mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
STOP SINGLE(Tahap Revisi)
Novela Juvenil"Jomblo itu kenyataan bukan keinginan." Saat memasuki masa remaja, Azoya bertekad untuk berhenti dari status jomblo. Yang jadi masalah, meskipun hati dapat menerima siapa saja asal tampan dan enak dipandang, tidak ada satupun cowok yang mendekat ber...