Hai, hai semua! Ini Bena dan juga Azoya. Lanjut baca cerita mereka, yuk!
37. Cerita tentang Vaga
******
Juni melesatkan laju mobilnya menerobos kemacetan jalan kota sekarang, tetapi ia tetap di buat geram saat lampu merah menyala di depan. Cowok itu terus mengumpat setelahnya, susah-susah menyalip pengendara yang menghalangi jalannya malah terhenti juga.
"Bodoh! Cewek bodoh!" decak Juni menghantam stir-nya.
Juni sudah tidak habis pikir dengan sikap ceroboh Azoya, bisa-bisanya dia mau di ajak pergi oleh lelaki dewasa yang bahkan tak jelas asal-usulnya. Seenggaknya bilang ke Juni dulu gitu.
Ia menyalakan sambung telpon. "Angkat, dong, Zo. Angkat!"
"Ais, awas, tuh, cowok! Gak bakal nginjak dunia lagi kalau Azoya kenapa-kenapa!" tekan Juni geram. Cewek itu bahkan tidak mengangkat panggilannya.
Selepas lampu di depan sana berubah hijau, Juni menginjak kuat pedal gas hingga mobilnya melaju kembali melewati mobil lainnya.
Jalan yang ia susuri kian sepi, karna ia berbelok menyimpang dari jalan raya, sesuai tempat yang ingin dia tuju. Sebenarnya Juni hanya mengikuti instingnya saja, dari latar belakang foto yang Azoya kirim ke sosmed. Juni merasa tak asing dengan tempat itu, dan itu pula menambah ke ke khawatiran.
Pasalnya pantai yang Azoya kunjung harus di tempuh kurung lebih satu jam baru sampai ke sana, bisa di bayangkan seberapa jauhnya. Terlebih lagi kini telponnya berdering, panggilan masuk dari Abian.
"Iya, bang? Kenapa?" tanya Juni saat panggilan mulai tersambung.
"Azoya belum pulang, Jun. Di telpon gak di angkat, gak bisanya sok sibuk gini." Suara Abian disana terdengar cemas.
"Iya, Juni jemput sekarang."
"Gak ngerepotin-"
Juni memutus sambungannya secara sepihak. Ia kembali fokus ke kemudi juga kecepatan kendaraan yang kini sudah layak peserta lomba balap. Persetan dengan gelapnya jalan, sebelum sampai Juni tak mengendurkan injakan kaki-kakinya di pedal gas.
Kecepatannya perlahan melambat, ia sudah berada tempat yang di tuju. Juni langsung keluar tergesa-gesa, menghempaskan pintu mobil sampai terdengar bantingan yang cukup keras.
Cowok itu berlarian lebar menyusuri sekitar pantai yang kini sepi tanpa penghuni, tak berhenti bergerak kesana kemari padahal tak ada seorang pun di sana. Angin malam berhembus meniup helaian rambutnya kini acak-acakan, hingga sensasi dingin mulai terasa.
Juni terus mengenderkan pandangnya ke sepenjuru tempat ini.
Kemeja yang awalnya terbalut rapi kini mengeluar nampak tak jelas, di penuhi peluh hingga pakaiannya terawangan. sedangkan kemejanya tergantung asal di bahunya. Juni benar-benar resah karna gadis itu, ia mengusap wajahnya gusar.
KAMU SEDANG MEMBACA
STOP SINGLE(Tahap Revisi)
Teen Fiction"Jomblo itu kenyataan bukan keinginan." Saat memasuki masa remaja, Azoya bertekad untuk berhenti dari status jomblo. Yang jadi masalah, meskipun hati dapat menerima siapa saja asal tampan dan enak dipandang, tidak ada satupun cowok yang mendekat ber...