******
Juni mengarahkan lensa kamera membidik Azoya yang saat ini tengah memakan jajan dia beli, cowok itu menjepret beberapa potret saat Azoya menggoyang-goyangkan tubuhnya, asik menikmati rasa gurih telur gulung yang cocok dengan lidah. Sadar-sadar cewek itu menangkap apa yang telah dilakukan Juni.
"Woi! Pencuri!" Cewek itu menyudahi ngemilnya, segera menghampiri. "Lihat sini!"
Juni menyembunyikan kameranya. "Bukan apa-apa. Cuma foto backgroundnya. Bagus suasana disini."
"Seriusan?" Azoya memicingkan mata mengintrogasi. "Loh potret gue, kan? Ngaku!"
"Enggak. Cuma pemandangan."
"Ya, udah kalau gitu."
Azoya mengangguk lalu berjalan santai ke sisi sebelah Juni, mata cowok itu kembali tertuju pada layar kamera sampai tak sadar Azoya kembali memperhatikannya.
Dengan jahil serta gerakan cepat cewek itu merebutnya dan segera berlari, Juni mengejar langkah Azoya yang berlari sambil berbalik memperagakan gaya meledeknya. Juni menyusul agak resah sebab Azoya tidak memperhatikan sampai beberapa kali tersandung kaki.
"Azoya pelan-pelan. Nanti kesandung lagi."
"Yahh, bilang aja Juni lamban. Masa lari kayak jalan kaki," ledek Azoya menjulurkan lidahnya. "Gue udah mau lihat, nih! Bakal ketauan semua rahasia, curiga loh gak kalem orangnya!"
Entah Azoya terlalu ceroboh atau tepat dengan ungkap yang Juni keluarkan, cewek itu terjatuh karna sebuah kayu dengan kedua tangan memeluk kamera, lutut cewek itu terasa pedih sebagai anggota tubuh tubuh mendarat ke tanah berbatu hingga spontan menjerit meniup kaki.
Juni bergegas membatu bangkit, sudah tidak peduli lagi dengan kamera yang tergeletak di tanah. Cowok itu hanya mementingkan Azoya dan panik karenanya.
"Loh gak papa? Udah gue bilang, kan, berapa kali. Jangan lari nanti loh kena iritasi," ungkap Juni cemas.
"Juni lebay. Kayak Kaivan terlalu takut sama kuman sampai kemana-mana bawa dinsipektan. Padahal dia makan aja gak cuci tangan, tisu basah, doang," keluh Azoya.
Juni mencengkram bahu Azoya. "Lain kali wajib hati-hati. Gak boleh lari lagi. Ngerti?"
"Dih, ngatur-ngatur. Belum juga jadi suami."
"Azoya..."
"Iyaaaa, Juni. Gue penurut orangnya, tenang aja."
Daripada bosan pada situasi, Azoya meraup lagi kamera yang sempat di jatuhkannya, ia bergerak menjauh dari Juni mengira cowok itu akan menghalangi lagi tetapi Juni tetap dia mengamati. Ia biarkan saja takut cewek itu kembali terluka.
Azoya melihat satu persatu foto. "Juni foto gue?"
"Udah, kan? Sini." Cowok itu meminta benda miliknya kembali. "Loh gak bakal ngerti."
KAMU SEDANG MEMBACA
STOP SINGLE(Tahap Revisi)
Teen Fiction"Jomblo itu kenyataan bukan keinginan." Saat memasuki masa remaja, Azoya bertekad untuk berhenti dari status jomblo. Yang jadi masalah, meskipun hati dapat menerima siapa saja asal tampan dan enak dipandang, tidak ada satupun cowok yang mendekat ber...