62. Matahari terbenam

41 42 0
                                    

62

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


62. Matahari terbenam

****

Salah satu hal yang Azoya dan Juni sukai dan menjadi rutinitas mereka sekarang adalah melihat matahari terbenam yang berwarna jingga kemerahan. Dua remaja itu duduk berdekatan di rerumputan, terlarut dalam suasana hening sambil membayangkan kilasan masa depan yang akan mereka kejar.

Berbeda dengan Juni yang sudah mendalami hampir di semua yang di sukai sejak dini, Azoya dilanda ke binggung sebab merasa dirinya tak punya keahlian apapun. Memancing emosi sebuah passion, kan?

"Udah, jangan khawatir. Baru juga kelas satu masa mikir gituan? Nanti loh bakal nemui seiring berjalannya waktu." Juni memberikan nasihat. Mengusap lembut rambut Azoya.

"Tapi, aku gak mau ketinggalan sama kamu. Eh, sama loh maksudnya." Azoya meralat ucapannya.

"Kalau mau aku kamu juga boleh."

"Aneh, gak, yah?" Cewek itu balik bertanya menolehkan kepala menghadap Juni.

"Kalau loh nyaman kenapa engga? Gue juga udah coba biar terbiasa."

"Kamu," tunjuk Azoya. Setelah mendapat balas lengkungan senyum dari Juni cewek itu tersipu-sipu, segera membuang muka menyembunyikan wajahnya. "Aaaaaaa, geli sumpah! Ihhh, udah! Udah! Sebisanya aja!

Bukan mengerti, Juni malah sengaja menjahili dengan cara mengelus perlahan pipi pacarnya hingga menimbulkan semu merah disana. Cewek itu menepis pelan tangan Juni lalu bergeser memberi jarak diantara mereka.

"Umur kita beda jauh, Zo. Jadi gak masalah beda pencapaian. Lagian aku juga cowok, kan?" jelas Juni ke topik pembicaraan.

"Emang kenapa kalau kamu cowok?! Lebih hebat gitu?!"

"Bukan." Juni menepis pemikiran yang membuat cewek itu sensi. Menjelaskan dengan versinya."Aku bertanggung jawab penuh buat masa depan seseorang. Biar kebagian kamu terjamin tanpa kekurangan. Pastikan kamu nyaman dan selalu senang. Itu udah cukup buat aku perjuangkan."

Azoya meletakan kedua tangannya di bahu. "Coba bilang sama gue, siapa yang ngajarin loh gini? Mau di gampar aja sekali-kali! Loh gak temenan sama buaya darat, kan?!"

"Semua yang aku ucapin dari hati. Bukan hasil referensi. Biar kamu tetap betah sama cowok ini."

Azoya memilih tidak menangapi Juni yang mulai bicara seolah dia pemain wanita, entah belajar di mana cowok itu berkata manis seperti ini.

Matahari kini terbenam sepenuhnya, menyisakan wajah takjub mereka yang sangat menyukai keindahan. Terlebih menghitung moment itu secara bersamaan. Langit mulai beranjak gelap, mereka segera bangkit dan berjalan menghampiri sepeda yang berada di bawah pohon.

Hanya ada satu sepeda disana. Sepeda yang biasa di kenakan Azoya membonceng Juni keliling komplek mereka. Tapi, kali ini berbeda.

Azoya yang sudah duduk di belakang menepuk punggung Juni. "Udah, siap! Jalan aja. Ngebut jangan lupa, yah!"

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang