69

45 42 0
                                    





******

"Nih, minum!"

Juni yang awalnya termenung sendiri dalam pikirannya mengangkat kepala sehingga dapat menemukan kehadiran Kenes yang menyondorkan satu botol minum kepadanya. Cowok yang awalnya berdiri itu duduk di samping Juni, tentunya dengan tangan masih dalam posisi sama.

"Buat gue?" tanya Juni ragu.

"Iya, kan, kita beasty! Bener gak apa kata gue?"

Juni menyambut minum itu. Di letakkan di sisinya tanpa berniat meminum. Berharap Kenes cepet pergi dari dekatnya.

"Gue gak ngerasa begitu," jawabnya acuh.

"Yah, penonton kecewa! Gak di anggap ternyata gue!"

"Loh pengen apa lagi?" Juni melirik Kenes curiga, merasa tak nyaman dengan sikap sok akrab adik kelasnya itu. "Gue gak bisa bantu. Gue juga banyak beban saat ini!"

"Gak ada, tuh. Gue cuma duduk di sebelah loh. Salah?" ungkapan Kenes seolah tidak terjadi apa-apa.

"Salah. Gue suka sendiri. Bisa pindah dari sini? Di lain banyak tempat kosong. Coba lebih teliti," usir Juni menyudahi.

Kenes tidak menghiraukan Juni yang jelas tidak suka kehadiran di sana, cowok itu malah asik sendiri mengunyah keripik yang di beli di kantin tadi dengan mata mengarah ke lapangan. Disana pemain basket andalan SMA mereka sedang berlatih keras untuk pertandingan melawan sekolah lain minggu ini.

Juni memilih mengabaikan kehadiran Kenes, masa bodoh pikirnya. Dalam diam itu cowok itu kembali terhanyut dalam lamunannya. Semua hal terasa rumit sekarang ini. Dia selalu ingin jadi anak yang berguna untuk untuk keluarga, tapi ini soal hati.

"Orang modelan loh bisa galau juga ternyata. Salut gue." Kenes terkekeh kecil sambil menepuk tangannya meledek Juni.

"Kirain orang bego aja hobinya uring-uringan. Nangisin hal gak penting ampe sakit pikiran. Ngaku! Loh sama dia udah jadi mantan, kan? Pelit kasih pajak jadian, sih!"

"Bisa diam?"

"Gak bisa! Gue, kan, lagi mencari kebenaran. Buat di sebar ke grub gosip SMA Nusantara. Gue baru gabung kemarin. Loh mau ikut join?" tawar Kenes.

"Penting loh tanya gitu? Gue rasa engga." Juni membalas tak berminat.

"Penting, lah! Biar loh gak kaku mulu! Ngebosenin tau!

Kenes segera merogoh saku hendak mengeluarkan handphonenya. Cowok itu sontak memukul dahi sadar akan sesuatu. "Ah, pikun loh, Kang! Loh, kan, main hp kemarin hasil minjam! Hehehe, sorry gak jadi. Baru sadar gue gak punya hp."

"Terserah loh."

"Judes amat. Gue niat menghibur. Loh gak sadar?"

"Gue malah lebih ke risih sama loh. Gak sadar?" balas Juni tajam.

"Ah, nyebelin ternyata loh! Pantesan cocok sama si cebol itu."

"Loh nantangin gue ribut. Jaga ucapan kalau pengen aman." Juni medorong kasar Kenes hingga cowok itu hampir tersungkuk ke depan. Memicingkan mata tajam sambil tak lupa memperlihatkan kepalan tangan.

"WOOOOH! Santai! Gue cuma salah ucap kata, doang. Gak ada niat nyari keributan. Ngapain? Kurang kerjaan. Mending jadi kuli bangunan, ya, kan?"

Cowok itu membenarkan posisi duduk seperti semula. Kenes tipe orang yang cukup bebal tenyata. Selain itu Kenes juga terlalu sok tahu pada urusan orang yang bahkan menganggap asing kehadirannya.

"Sorry, kalau gue ada salah," ungkap Kenes sangat pelan hampir tak terdengar.

Juni tersadar dan mendongak ke arah Kenes. Cowok itu melirik Juni sekilas lalu kembali menatap depan. Juni dapat menangkap dengan jelas maksud Kenes. Ternyata sejak tadi Kenes hanya basa-basi sebelum masuk ke tujuannya.

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang