34. Vaga kembali

58 43 2
                                    


Hai, hai semua! Ini Bena dengan para karakter seperjombloan nya kembali! Selamat membaca, jangan lupa kirim jodoh buat Azoya.

GG. Canda.

 Canda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

34. Vaga kembali

*******

Azoya dibuat heboh sendiri sejak beberapa jam lalu saat sebuah pesan muncul dari nomor seseorang yang sudah hampir tenggelam di banyaknya chat grub tidak berfaedah serta pesan kegabutan teman-temannya.

Cewek itu nyaris melompat serta langsung memberikan pukulan di pipi adiknya beberapa, kalau anak lelaki itu mengeluh sakit artinya bukan mimpi. Dan benar. Azoya kembali menjerit ke senang, masa bodoh dengan ringis Kavan yang memasang raut menyedihkan.

Kini ia benar-benar bahagia, serasa jodoh di depan mata. Sambil terus berhalu ria dengan berbagai macam gaya, ia mempersilahkan diri secantik-cantiknya. Harap saja Vaga terpesona, lalu menjadikan pacarnya seketika.

"Biarpun buaya gapapa. Buaya, kan, sekarang langka. Kalau nyakitin jual aja," ungkap Azoya bersiap keluar rumahnya.

Ia memasang sepatu asal lalu berlari ke depan tergesa-gesa, rambut cewek itu kembali mulai berantakan karena gerakan cepatnya.

Sedangkan anggota keluarga keheranan, sesaat tubuh Azoya menghilang dari balik pintu. Tidak seperti bisanya, dimana cewek itu terus mengeluhkan garis takdirnya yang tak kunjung mendapatkan tambatan hati seperti dalam mimpi.

Kavan meringis mengusap pipinya. "Tuh, orang kenapa lagi kak? Berubah mulu kaya cuaca tanpa dia."

Abian yang ditanyai menoleh. "Ngejar tukang bakso kali. Paling balik lagi, tar, lupa bawa mangkoknya."

Beta mendongak pandangannya dari buku. Sorot mata tajam lelaki itu nampak tenang. "Dia Kencan."

"Lah, kok, loh tau? Gue, kan, abangnya paling dekat," cerca Abian terhadap Beta yang hanya menatapnya malas. "Wah, penghianat, nih!"

Beta meletakan jarinya telunjuk di sebelah kiri dahinya. Menyuruh berpikir. "Gue gak tau, loh aja bego."

Abian menelan saliva sudah payah, perkataan adiknya itu selalu pedas membuat tidak dapat berkata. Sikapnya tenang, terkadang mengintimidasi hingga orang lain berpikir dua kali berbicara kepadanya. Abian memandangi punggung adiknya yang menuju kamarnya.

Abian menyatukan jemarinya, menjadikan penumpu dagunya. Raut Abian mulai serius." Udah lama. Jadi kapan kita mulai?"

"Atur aja. Gue nunggu harinya," balas Beta menekan tiap kata.

"Gue gak sabar, Ta," kata Abian.

Sebelum memasuki kamarnya, Beta tersenyum miring sama halnya dengan Abian. Dua lelaki itu memikirkan hal yang sama, untuk targetnya yang selanjutnya. Saling diam namun pikirannya merancang sesuatu.

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang