*****
"Kenapa loh, Nor? Sakit gigi apa sakit hati?"
"Sakit pikiran gue, Zo! Jodoh gak dapet uang pun tak punya. Gue, mah, bisa apa? Daku sudah lelah jadi beban duniaaa!" Nora menjawab dramatis.
"Masalah keuangan? OHHH, TENANG! BILANG KE GUE, NOR!" Azoya tertawa sambil memasang raut misterius.
"Serius loh mau ngasih atau pinjemin gue duit? Kok, kek, mustahil, yak? Ya, udah, lah. Pinjam dulu seratus sini!"
"Dih, enggak, lah. Gue, kan, nyuruh loh bilang aja ke gue. Gak ada, tuh, pengen pinjam-pinjaman. Gue mana ada duit." Azoya membalas santai. Membuat Nora langsung menempel kepala teman sebangkunya itu.
"Gue yakin banget loh anak pungut. Mana ada anak orang kaya dekil begini. Kalau di film, pan pasti di kasih fasilitas macam-macam. Kek, noh, si Kaivan. Anak sultan. Sepatu limited edition aja ke injak tai Ayam langsung di buang."
Sambil berjalan Kaivan melemparkan uang kertas bertuliskan seribu rupiah hingga Nora nyaris melompat meraihnya. Memuji Kaivan sama saja mendatangkan keuntungan.
"Gak perlu nujuk-nunjuk. Gatel gue."
"Dih, dasar orang punya." Nora mengelus dadanya. Bersabar di kala keberuntungan melanda. "LAIN KALI LEMPAR YANG MERAH, YAH, KAI! JANGAN RECEHAN MULU. GUE JADINYA, KAN, CAPEK NGITUNGIN DUIT SAWERAN LOH!"
"Poya-poya bikin miskin di masa tua. Coba gue! Hemat! Ada uang koin di tengah jalan aja gue pungut. Bodo amat truk lewat," cetus Azoya.
Nora membalas, "Ah, gak asik. Masa punya temen gak bisa di manfaatin. Rugi, dong!!"
"Palingan liptin lagi," sindir Azoya meremehkan. "Kata gue, mah, penghemat aja. Cuma buat memerahi bibir, beli, noh, pewarna makanan. Awet berbulan-bulan."
"Di kata bibir gue agar-agar seribuan. Belang-belang."
Nora kembali ke posisi semula. Duduk di sebelah yang Azoya telah mengusirnya kala itu, hanya karna anak baru tampan yang ternyata tidak sesuai harapan dari segi kepribadian. Kalau saja Nora tak sedang bertengkar dengan Ares, ia pasti akan mikir ribuan kali untuk duduk di sebelah Azoya. Temannya itu sudah menyia-nyiakan Nora. Sungguh tega!
Berminggu-minggu sudah Kenes tidak datang ke sekolah. Terakhir kali kemunculannya saat mengerjai Azoya di depan kelas tempo lalu. Selebihnya lelaki itu tidak terlihat di mana-mana, termasuk pada wilayah kontruksi tempat Kenes sering bekerja. Entah ada apa dengan cowok itu, Azoya serta teman-temannya mulai khawatir.
"Loh rasa Kenes ke mana? Jangan-jangan nyasar." Azoya menduga-duga.
"Dikira, tuh, humam balita kali. Ampe gak ingat jalan," sahut Nora. Ia mencoret-coret buku kosong di atas meja. "Gue jadi khawatir sama Nada."
"Emang Nada kenapa?"
Percakapan mereka terjeda usai guru pengajar masuk di menit-menit terakhir sebulan bel pulang berbunyi. Hingga seluruh murid di buat mendesah malas, padahal mereka sudah bersiap pulang dengan tas menggangu di masing-masing bahu.
"Lemes, Bu. Gak punya ayang yang bisa ngasih energi!!" gerutu Nora.
Azoya berbisik juga merangkul Nora. "Si Asep lirik-lirik, noh, di belakang. Kiwww!" Cukup keras sampai di dengar seisi kelas.
"CIEEEEEEEEEEE!!!"
"Dih, gak bermoral." Kaivan mengedikan bahunya.
Azoya menengok belakang. "Loh salah masuk circle, Kai!"
Dikarenakan waktu yang terbilang mepet, Bu Alia mengurungkan niat untuk mengajar seperti yang tertera di jadwal. Semua murid kelas lX IPA 1 otomatis bersorak dalam hati. Akhirnya kenyataan sesuai keinginan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
STOP SINGLE(Tahap Revisi)
Teen Fiction"Jomblo itu kenyataan bukan keinginan." Saat memasuki masa remaja, Azoya bertekad untuk berhenti dari status jomblo. Yang jadi masalah, meskipun hati dapat menerima siapa saja asal tampan dan enak dipandang, tidak ada satupun cowok yang mendekat ber...