40. Kesialan Vaga

51 41 1
                                    


40. Kesialan Vaga

*******

Vaga mengendarai mobil miliknya menuju arah rumah, laju kendaraannya beroda empat itu melesat dengan kecepatan tinggi. Ia menyendarkan tubuhnya ke jok mobil yang di beri bantal empuk, tubuhnya lelah selepas berkerja.

Sebenarnya ini belum waktunya pulang. Namun, ada berkas yang tertinggal di rumah sehingga Vaga harus balik dulu mengambilnya. Dan, itu bisa lelaki itu manfaat untuk bertemu dengan beberapa ceweknya, bilang saja kejebak macet atau alasan semacamnya.

"Dimana ada kesialan, disitu ada kesempatan," molognya Vaga terkekeh.

Vaga bersenandung di sela aktifitasnya. Kepalanya bergerak enjoy mengikuti irama musik yang mengisi tempat itu, tidak menyadari kejanggalan di luar yang beberapa pengendara lain menepi.

Lelaki itu membelakan mata saat dua buah motor sport yang menyalipnya, berhenti tetap di depan jalan ia melaju.

"Sialan!"

Terkejut. Dengan sigap Vaga menginjak penuh pedal rem mobilnya, memutar kemudi sehingga mobil melenceng dari jalur.

Vaga memejamkan matanya bersama dengan terdengar bunyi gesekan dari ban mobil yang di tahan oleh rem. Tubuhnya terhentak ke depan saat mobil hampir menabrak ke beton penyangga jalan. Tetapi, ia berusaha mempertahankan kemudi sehingga mobil dapat terhenti.

Vaga menyendarkan dirinya, menetralkan rasa cemasnya yang mulai me-lega. Hanya beberapa jengkal kecelakaan hampir tak bisa ia hindar. Ia memukul stir langsung keluar dengan bantingan pintu juga emosi memuncak.

"Bangsat! Nantangin loh, hah?!" Vaga mencekam kuat jaket lelaki yang mengenakan helm full face di kepalanya. Ia melayangkan satu pukulan kuat.

"Siapa yang nyuruh loh, hah! Jawab apa mati!"

Tatapan nyalang Vaga tidak membuat lelaki itu gentar. "Hebat juga nghindarin mautnya. Baru aja mau ngucapin bela sungkawa langsung ke orangnya."

"Siapa loh? Apa mau loh?! Uang?" Vaga menggertak lelaki yang nampak tak berdaya karna pukulannya.

"Wah, ngeremehin loh," balasnya santai. Mata lelaki itu menyipit tetapi tajam penuh ke tidak sukaan. "Bolehlah biar sekalian. Mayan buat kita jajan."

Vaga malas berurusan memutuskan melemparkan dompetnya ke tanah. Matanya menelisik remeh ke gerombolan brandal yang mulai berdatangan mengepung dirinya, merasa paham ia melempar kunci mobil serta melepaskan jam tangan mahal di lengan.

"Itu, kan, yang loh pengen? Bawa aja semua!"

"Ada lagi," ungkap lelaki yang sudah Vega buat babak belur.

"Lagi?"

Karna lengah, lelaki lain di belakang memberi Vaga hantaman bertubi-tubi, hingga ia tersengkur di bawahnya. Lelaki dengan mimik wajah datar itu maju hendak menginjak Vaga.

"Jauhin cewek itu!" tekanan memperingati.

Sementara lelaki yang di ladenin Vaga tadi berdiri santai sambil memberi tos pada rekannya. "Menjauh atau loh jatuh. Hidup loh gak tenang kalau ngelawan."

"Cewek yang mana?!" sela Vaga tak paham siapa yang di maksud mereka.

Bugh

Bugh

Mereka memberikan tinju lagi sebagai jawaban dari pertanyaan yang di lontarkan Vaga secara gamblang. Satu lelaki mencekat tubuh Vaga tetap berdiri, sedang yang satu melayangkan pukulan-pukulan menyakitkan.

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang