56. Penantian.
*******
Semalaman Azoya di rundung rasa teramat jengkel, bahkan dia mengabaikan Juni yang mengajaknya bicara, terus berdiam diri saja sampai cowok itu mengantarkan pulang. Jangankan menikmati moment indahnya malam seperti cewek ke banyakkan selepas berkencan, bahkan dia bangun dengan rasa kesal memenuhi ubun-ubunnya.
Cewek itu keluar kamar dengan wajah suntuk, jam sudah hampir pukul setengah delapan pagi sehingga ia bergerak cepat. Awal bangun tadi dia sudah minta Malvia menyiapkan bekal saja dan setelah beberapa menit Azoya bersiap mengambil pesanannya.
Kehadiran Azoya di meja makan menjadi pusat perhatian seluruh anggota keluarga, wajah yang tak seceria bisanya itu di tambah kantung mata. Seperti punya beban hidup saja.
Kavan terkesima. "Waww! Kaka kena virus zombie. Keren. Harus segera di mutilasi ini."
"Kamu ada masalah, Zo?" tanya ayahnya terlihat penasaran.
Azoya duduk di kursi miliknya, merenggutkan bibirnya. "Papi gak perlu tau! Juni bikin, Zo, malu!"
"Dih, bisanya eloh yang suka gitu," ungkap Abian yang sedang mengunyah makanannya pelan.
"Udah. Nih, makanannya." Malvia menyerahkan bekal yang telah selesai disiapkan guna melerai. "Berangkat sana, stress mama lama-lama. Beta antar Azoya, yah? Udah telat dia."
"Gak bisa Papi aja?" tawar Azoya menyinggung kakanya.
"Papi sibuk mau kerja. Mau orang tua kena PHK?"
"Dih, kan, Papi bosnya. Bilang aja males lewat Pertamina, ada mantan papi kerja di sana."
Beta yang dari tadi hanya diam meraup kunci tergeletak di atas meja, cowok itu beranjak dari tempatnya tanpa mengucapkan sepatah kata. Sudah jelas tujuan lelaki itu kemana, dengan agak malas-malasan Azoya membenarkan letak tasnya dan terpaksa mengekori.
Sepanjang perjalanan Beta sama sekali tak berbicara sementara Azoya memilih membungkam mulutnya meskipun terasa gatal mengatakan berbagai kata. Lelaki itu yang memulai perdebatan dan di sendiri harus mengakhiri begitu pikir Azoya.
Mobil saat ini Beta kendarai terhenti di depan gerbang yang di sudah di padati banyak siswa di saat-saat terakhir bel berbunyi masuk. Azoya hendak keluar namun ucapan Beta menahan pergerakannya.
"Nanti sore gue temuin temen loh."
"Kenes maksudnya?" Azoya balik bertanya.
"Terserah siapa. Gue cuma tahu mukanya."
"Janji, yah, Abang?" Azoya memasang raut bahagia. "Jangan lanjut nakal! Nanti gak di sayang tuhan, susah nyari pacar, pengguran persemster!"
"Hm."
"Benaran, lho!" ulangnya lagi sebelum benar-benar pergi. "Jangan di ulangi nanti tumbuh gigi! Itu sumpah yang Azoya beri!"
Azoya turun agak riang. Bel sudah berbunyi dan koridor mulai sepi. Cewek itu bergegas berlari saat mendapati dari kejauhan kelasnya tertutup rapat seperti di kunci, teman sekelasnya yang bisa suka keluar masuk kelas juga tidak kelihatan hadirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STOP SINGLE(Tahap Revisi)
Teen Fiction"Jomblo itu kenyataan bukan keinginan." Saat memasuki masa remaja, Azoya bertekad untuk berhenti dari status jomblo. Yang jadi masalah, meskipun hati dapat menerima siapa saja asal tampan dan enak dipandang, tidak ada satupun cowok yang mendekat ber...