*****
Azoya membalikan langkahnya kearah berlawanan saat melihat kehadiran Juni di depan kelas. Cowok bertubuh tinggi dengan raut muka dingin, namun meneduhkan itu menyadarkan diri di depan tembok kelas X IPA 1 dengan mata terpejam hingga beberapa siswa yang melalui hampir berjinjit kesenangan sampai mengabadikan diam-diam.
Lain dengan mereka, Azoya malah bimbang antara keluar atau bertahan di dalam, sementara seluruh penghuni kelas bersiap hendak pulang.
"Eh, nginep di sini aja kita semua! Main ritual pemanggilan setan macam di berita viral! Praktek uji nyali sesungguhnya! Dapat pemecah rekor dunia!" ajak Azoya tak masuk akal.
"Dih, kampungan," decak Kaivan.
"Waaw! Loh kagak percaya gitu-gituan, Kai! Perasaan loh kaya tujuh turunan modal pesugihan!" tuding Azoya seenaknya.
"Jangan sembarang loh! Kekayaan ini emang udah takdir dari tuhan! No, hujatan, yah," balas Kaivan dengan nada menjengkelkan di setiap katanya.
"Dih, modal Babi liar aja bangga gak sekira! Tetangga gue piara anak kadal diam aja, tuh!"
"Itu beda, Say! Ini penghasil cuan," balas Kaivan mejelaskan.
"Nah, kan, bener! Loh pesugihan! Ngaku penghasil berapa miliyar?!"
"Udah jangan di ladenin! Tuh, orang cuma nyari pengalihan biar gak ketahuan berantem sama pacar!" sela Nora dengan penuh kurang ajar.
Azoya mengumpat pelan. Nora mengajak Kaivan pergi menyisakan ia seorang diri. Mereka memang sengaja meninggalkannya agar pasangan itu bisa menyelesaikan masalah mereka.
Azoya mencondongkan badannya ke depan. Mengintip sedikit. Terlihat dari depan sana Kaivan bercakap sebentar dengan Juni namun tampak memperlihatkan ke akraban sambil-sampai Azoya mendapati dua lelaki itu bersalaman. Wah, tak takut kuman, kah?
Azoya geleng-geleng. "Gak wajar. Perlu pes"
Saking terlalu terhanyut dalam pengawasannya, Azoya sampai tak sempat menyadari secara sadar kalau Juni kini menatapnya sambil menyunggingkan sebuah senyuman. Cewek itu baru kembali ke titik fokusnya saat Juni sudah berada di depan mata, hingga ia dibuat binggung harus bersikap seperti apa.
"Gue udah nunggu dari tadi. Ayo pulang," ajak Juni. Ia meraih lembut pergelangan tangan Azoya.
"Gak perlu. Mending jalan kaki dari pada ganggu loh lagi."
Azoya menepis kasar tangan Juni. Melirik sinis dengan sorot tak berminat untuk kembali akrab. Langsung saja cewek itu berlalu hingga bahu mereka hampir hanyutan saking dekatnya atau Juni memang sengaja mendekatkan jarak di antara mereka.
Azoya tak bermaksud egois dengan mengutamakan egonya. Meskipun terlihat bisa, rasa kecewa masih teramat dalam tersimpan di balik hati. Tak dapat dihilangkan hanya dengan ajakan pulang bersama. Mau bagaimana ia sudah terlanjur kecewa biarpun masih cinta.
"Gue gak pernah pernah ngerasa terganggu! Gue perlu kehadiran!" ungkap Juni penuh kejujuran.
Juni berjalan cepat mengimbangi langkah Azoya. Membuat posisi mereka sejajar seperti tengah berjalan beriringan. Memang betul beriring, sih. Azoya saja menganggapnya enggak.
"Basi tahu." Azoya tetap terus berjalan. Tak begitu menghiraukan. "Mending diam kayak waktu itu. Gue bosen denger suara loh."
"Zo, gue minta maaf. Loh harus tahu penjelasan dari sebelum berpikir macam-macam. Jangan langsung menyimpulkan. Yang loh liat belum tentu bener. Gue pilih loh. Buka Lucia atau cewek lainnya. Cuma loh, Zo..."

KAMU SEDANG MEMBACA
STOP SINGLE(Tahap Revisi)
Teen Fiction"Jomblo itu kenyataan bukan keinginan." Saat memasuki masa remaja, Azoya bertekad untuk berhenti dari status jomblo. Yang jadi masalah, meskipun hati dapat menerima siapa saja asal tampan dan enak dipandang, tidak ada satupun cowok yang mendekat ber...