63. Masalah

51 43 0
                                    





Hai, hai! Cerita ini masih ada penunggunya gak, yah? Moga aja masih ada soalnya Bena lagi akhirnya bisa ubdate setelah sekian lama menghilang di peredaran.

Bentar lagi Azoya kayaknya mau bena tamatin, soalnya kan udah panjang juga dan konflik biar gak berat-berat banget mulai Bena munculin.

Moga aja bisa bikin tamatnya yang biikin lega, itu kekurangan utama Bena tiap bikin cerita. Udah konflik tinggi tinggi eh gak bisa namatin, soalnya nyelesai masalah tuh bukan keahlian Bena. Bikin masalah bisa hehe.

Doain guys. Semoga ini kali pertama Bena bisa bisa nyelesai cerita. Yuk, kita berkelana ke cerita ini dulu!

 Yuk, kita berkelana ke cerita ini dulu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


63. Masalah.
*****

Bugh! Bugh!

Pukulan bertubi-tubi di dapatkan Juni, dia hanya diam tak berniat melawan atau sekedar menyingkir dari kepalan tangan yang menghantam kuat rahangnya. Cowok itu sampai tersungkur berkali-kali namun berusaha bangkit lagi untuk menerima kemarahan ayahnya.

Tadinya kedatangan Ferdi begitu Juni nantikan sampai dia tadi mengabaikan banyak hal untuk segera pulang menemui ayahnya. Tetapi, saat kaki Juni memasuki rumah itu ia langsung di sambut amarah Ferdi yang menggebu-gebu saat ini.

"kenapa bisa hilang Juni?! Bisa-bisa kamu teledor!" hardik Ferdi menunjuk-nunjuk anaknya.

"Maaf, Pi."

"Omongan kamu gak bakal bisa buat berkas penting perusahaan kembali! Perusahaan kita bisa bangkrut Juni!"

Ferdi terus saja menyalahkan Juni yang menurut dia bertanggung jawab penuh atas masalah kali ini. Emosi pria itu memuncak tak tertahankan sampai tak sadar sudah membuat anak semata wayangnya itu terkapar lemas karna pukulan yang ia berikan.

Dia tak peduli dengan permintaan maaf dari anaknya itu, berkas penting perusahaan sudah hilang saat ini. Yang Juni ucapkan takan mengubah apa-apa.

"Kalau udah kayak gini, gimana?!"

"Maaf." Hanya itu yang dapat dikatakan Juni.

Ferdi mendudukkan diri di kursi sambil memijat keningnya. Sementara Juni masih berjongkok menunduk menyesal di tempatnya. Ia pun tak kalah merasa perasaan bersalah.

"Kamu itu, yah!" Gigi pria paruh baya itu bergetak, sedang tangannya menunjuk Juni setelah membentak. "Papa denger kamu dekat sama Lucia, pak Revan udah ceritain tentang anaknya yang jadi adik kelas kamu itu."

Juni segera mengangkat kepalanya."Iya, dia kelas satu. Juni pernah kasih tumpangan sama arahkan jalan. Cuma itu."

"Jadi kamu Kaka kelas yang dimaksud dia?" tanya Ferdi lagi.

"Kalau Papa pengen jodoh aku sama dia buat keperluan perusahan, aku gak bisa."

Brak!

Suara berdebam itu berasal dari pukulan tangan Ferdi ke meja di depannya. Juni sampai tersentak saat mendapati tatapan ayahnya menghunus tajam padanya, penuh kemarahan ketidak sukaan. Selama ini Juni selalu menurut meskipun itu bukan keinginannya.

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang