Juni berdehem berat, matanya masih enggan beralih membidik bengis ke lelaki yang dengan berani menggenggam pergelangan tangannya Azoya, sesuatu di benak Juni terasa meletup-letup penuh gejolak amarah.
Kenes menurunkan tangannya saat menyadari kilat tajam dari Kaka kelasnya, saat itu juga Juni menarik Azoya menjauh dari sana, mengabaikan mata semua orang disana tertuju penasaran kepadanya. Azoya meringis pelan karna cekatan kuat di lengan kecilnya, langkah Juni mulai melambat lalu terhenti, menyadari.
"Sakit, yah?" Juni mengelus pelan pergelangan tangan yang memerah itu, mengangkatnya ke atas, lalu menciumnya singkat. "Udah gue kasih penawaran. Bentar lagi sembuh, kok."
Azoya membelakakan matanya, terkejut apa yang dilakukan Juni ke lengannya. Cewek itu menarik tangannya dari genggaman hangat telapak tangan Juni, sampai tak sadar jarak tubuh mereka lebih dekat dari perkiraannya, saat tangan juni mendorong pelan puncak kepala Azoya, wajah Azoya menubruk dada bidang cowok itu.
"Jun, itu-itu.. "
Juni terkekeh pelan. Mengusap halus ujung kepala Azoya hingga cewek itu hanya bisa diam, ingin menjauhkan jarak mereka tangan Juni menahan. Aroma parfum lavender menyeruak masuk ke indra penciuman Azoya, hingga debaran jantungnya ikut bergerak seperti getaran yang didengarnya dari dada cowok itu.
Azoya reflek menjauh, menunjuk Juni waspada. "Wah, loh punya penyakit jantung menular, yah! Punya gue ikutan! Jangan bagi-bagi derita, dong!"
"Ceria terus, yah," minta Juni tulus.
Ia merendahkan tubuhnya, mengulas senyum manis sehingga matanya menyipit sempurna. Azoya pangling beberapa detik, tersadar saat Juni memberikan jentik kan pelan tepat didahi. Cewek itu mengaduh, mengusap dahinya memasang raut cemberut.
Azoya mencibik, mendorong Juni meski tidak dapat mengerjakannya sama sekali. "Kejam, ih. Baru aja baper padahal udah kecewa duluan! Ngeselin loh, Jun! Kaya tetangga yang masang cctv!"
Bell masuk mulai berbunyi, hingga perkumpulan dimana pun pecah, saling bergegas menuju kelas.
"Gue antar ke kelas, yah?" tawar Juni.
Azoya hendak mengapai uluran tangan Juni tetapi saat melihat Kenes berlalu menuruni anak tangga, Azoya berteriak memanggil lelaki berkacamata itu hingga Kenes memundurkan langkahnya. menatap tanya ke Azoya tanpa berani menengok keJuni.
"Gue bareng, kang, aja. Kami sekelas, kok, gak bakal salah nyimpang," tukas Azoya berjalan ke sebelah Kenes.
Ia hendak menarik Azoya lagi, cewek itu malah berbunyi di balik badan tegap Kenes. "Pergi loh!" usir Juni tegas.
Juni maju, mencengkeram kerah seragam Kenes, hingga nafas cowok itu rasa tercekik. "Ngapain lagi loh disini? Kenapa loh selalu ada? Loh mata-mata!"
"E-nggak itu-"
Awal ia melihat Kenes saat cowok itu tak sengaja menjatuhkan semen dari atas bangunan tinggi, Juni sudah mulai waspada. Secara kebetulan orang ini juga berada di pesta menemani Azoya dan sekarang teman sekolah, sekelas pula. Kebetulan macam apa ini?
Azoya buru-buru melerai, memukul pelan lengan berurat mulai keluar menonjol itu, sampai Juni menghempaskan tangan kekar ke udara, baru Azoya bisa bernafas lega. Dengan canggung Azoya mengusap
"Duh, Jun. Sensi banget, sih, sama kang!" keluh Azoya. Ia berdiri ditengah mereka, memberikan jarak.
"Panggil aja dia, kang. Mukanya emang nyebelin tapi dia bukan alien." Azoya menunjuk Kenes, berniat mengenalkan. Azoya dia sejenak mengusap dagunya. "Emm... Mungkin."
"Ya, pastilah. Gue, nih, renkarnasi pangeran hanyalah!" Kenes membantah pikir random Azoya.
Juni menarik Azoya ke sisinya. Raut ke tidak sukaan terpatri jelas di bola matanya, meski tak melakukan apapun kehadiran Kenes terasa amat mengusik ketenangannya. Juni merasakan kebencian membeludak melihat kedekatan mereka.
"Ngapain loh disini?" tanyanya lagi penuh penekanan.
"Gue?" Kenes menunjuk dirinya, lalu tertawa renyah sesaat. "Ya, sekolah, lah. Yakali ngangkat semen. Receh loh!"
Kenes menghentikan candaan menyadari ketidak sukaan sangat dominan tertuju untuknya, ia mengarahkan pandangannya ke arah lain, bersikap seperti enggan peduli, menyisihkan siulan tak tahu menahu.
Wajah sangar itu berkerut, memutar otaknya dalam-dalam. Juni mencoba mengingat, merasa pernah melihat Kenes di suatu tempat selain beberapa waktu lalu.
"Loh.. yang waktu itu," kata Juni menerka.
"Bukan, itu bukan gue." Kenes mengelak cepat, mulai sadar apa yang di maksud Juni. "Muka gue ini emang pasaran. Ada yang bilang mirip boyband K-Pop terkenal. Siapa, tuh, namanya, Zo?"
"Agus?" tebak Azoya asal.
"Ais, bukan. Itu loh yang satunya," sahut Kenes.
"Emm.. siapa, yah?" Azoya memancarkan mata ke sekeliling. "Nunu pacarnya Aluna, yah!"
"Nah, itu! Nunu si idol!" aku Kenes gamblang, mulai memasang pose menggelikan hingga Azoya tertawa terbahak karenanya.
Ekspresi Juni masih sama, Juni berdehem berat hingga Kenes terhenti. "Duh, gak percaya, yah? Iya, deh, becanda, doang, biar loh kagak tegang."
Juni meninggalkan Kenes berdiri seorang diri, langkah Azoya terseret kewalahan mengikuti cowok itu yang membawanya menjauh pergi, tak perduli guru-guru mulai berdatangan ke sepenjuru kelas, Juni engan melepaskan cewek itu.
Azoya mulai cemas takut ke duluan guru pengajar masuk kelas, yang ada di anggap bolos dia. Juni berhenti di sudut sepi, memperingati Azoya sekali lagi.
"Jangan deket-deket sama cowok itu, Zo," tekan Juni tajam.
"Lah, terus gue belajar gimana, dong? Berdiri?" sela Azoya menyimpulkan.
Juni meremes ujung bahu Azoya, rahang tegas saat berucap padanya. "Ya, fokoknya jangan. Dengerin gue sekali aja."
"Kemarin udah, tuh. Jadinya dua yakan!" Azoya mengetuk-ngetuk dahinya, lalu mengangkat kepalanya sambil mengerjap polos. "kenapa, sih, Juni? Alasannya apa?"
Juni memalingkan wajahnya, lalu berbalik menghadap ke lain. Cowok itu memijit pangkal hidung memikirkan alasan jelas juga lugas, selain teman juga tetangga mereka tidak ada apapun.
Juni kembali menghadap Azoya. "Abian pesen itu ke gue. Em.. ngawasin loh. Iya, dari cowok kaya gitu. Jangan suka dia katanya."
Azoya memicingkan matanya menelusuri wajah Juni curiga, hingga cowok itu salah tingkah. Azoya manggut-mangut, lalu mencubit gemes lengan cowok itu hingga ia tertawa.
Azoya mengangkat tangannya riang ke depan dahi. "Ayyy, ayyyy, kapten! Zo, siap menjalankan tugas negara!"
"Demi bakso aci level omongan mantan yang masih sayang biarpun gue gak punya mantan. Gue gak bakal.." Perkataan Azoya tergantung, cewek itu mengedikan bahu acuh. "Dahlah, terserah."
"Gak bakal deket sama dia," ujar Juni mengulangi.
"Gak bisa, dong, Jun! Temen adalah temen," cetus Azoya ngotot mempertahankan Kenes sebagai salah satu temannya. "Khasta tertinggi pemberi kado pas gue merrid nanti!"
Juni memutar bola matanya resah, menahan diri tetap sabar. "Yaudah. Fokoknya jangan suka sama dia."
Azoya menampilkan deretan giginya, tersenyum licik. Ia merentangkan tangannya ke depan. "Imbalannya apa?"
"Loh mau apa?" balas Juni malas.
Cewek itu melompat riang kembali, memikirkan ber-bagai hal yang sangat inginkan untuk di tunjuk ke Juni. Azoya mengulas senyum arti, mempunyai kesempatan untuk mengerjai tetangganya ini.
"Emm... apa, yah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STOP SINGLE(Tahap Revisi)
Novela Juvenil"Jomblo itu kenyataan bukan keinginan." Saat memasuki masa remaja, Azoya bertekad untuk berhenti dari status jomblo. Yang jadi masalah, meskipun hati dapat menerima siapa saja asal tampan dan enak dipandang, tidak ada satupun cowok yang mendekat ber...