Hai-hai kembali lagi dengan Bena. Gimana? Udah bosen sama Azoya gak? Kuharap kalian masih betah sama mereka.
Siap lanjut kisah mereka? Ayo kita mulai cerita ini. Semoga suka dan terhibur, yah.
54. Berbaikan akhirnya.
*****"Nih, obatnya." Doya menyondorkan beberapa butir obat yang diresepkan dokter. Ia baru mengabilnya dari loket obat. "Dimakan kalau gak pengen mati gampang."
"Gue pengen kayaknya," ungkap Kenes.
"Loh buang-buang duit gue sialan!" protes Azoya.
"Nah, maka-nya itu. Enak gue gak perlu bayar."
Doya menghirup nafas mencoba tetap sabar. "Udah mau mati, ngejawab mulu. Cepat sembuh, gue gak mau repot lama-lama."
"Cabut aja selang infusnya. Atau gak modal beliin gue sianida," balas Kenes enteng.
"Mati aja loh bangsat!"
Beberapa kali Doya menarik hembuskan nafasnya untuk sabar menghadapi cowok tengah di jaganya. Cowok itu seperti memang punya mulut berapi, membuatnya rasa panas saat mendengar ungkapannya.
Beberapa kali Kenes mengusirnya pergi, karnanya juga terus mengeluh bahwa cowok itu merepotkan saja. Namun, sampai sekarang Doya tetap berada di sini, menjaga orang yang katanya dia benci.
Akan tetapi semua sepertinya hanya di mulut saja. Mendapati Kenes sedikit agak kesusahan saat hendak bangun dari posisi terlentangnya, Doya segala bangkit dari tempatnya meski baru mendudukkan bokongnya. Doya memegangi serta membantu cowok itu duduk, ia juga mengambil air yang terletak di meja.
"Loh suka gue, yah?" sambut Kenes terdengar jahil. "Cantik, sih, sayang rada tua."
"Loh emang gak bisa di kasih hati, yah."
"Emang. Gue lebih suka ginjal. Mahal soalnya," jawab Kenes.
Doya kembali ke tempatnya tetap di sofa. Untuk mengisi waktunya cewek itu menggeser layar untuk bermain sosial media menghalau kebosanan rumah sakit yang membuat kantuk mata.
Telpon cewek itu beberapa kali berdering, dengan raut kesal dia menolak panggilannya meskipun raut Doya makin rasa tak tenang. Kenes yang tak melakukan apa-apa jelas sangat menyadarinya.
"Loh gak bisa lepas dari dia?" tanya Kenes ikut cemas. "Bahaya orangnya, loh bisa celaka."
"Gue tau."
"Kenapa? Terlalu cinta sampai buat buta? Soal wajah emang tampan gak di raguin lagi. Tapi, masa harus cowok kaya itu? Ngundang petaka kalau kata gue."
"Karna itu gue deketin loh," ujar Doya memilih jujur.
"Gue? Hah, maksudnya?"
"Loh selalu ngomong kalau gue itu datang buat pura-pura. Emang bener. Tapi, gak niat nipu kaya apa yang ada di pikiran loh." Doya membenarkan tata letak rambutnya sambil menjelaskan maksud awalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STOP SINGLE(Tahap Revisi)
Teen Fiction"Jomblo itu kenyataan bukan keinginan." Saat memasuki masa remaja, Azoya bertekad untuk berhenti dari status jomblo. Yang jadi masalah, meskipun hati dapat menerima siapa saja asal tampan dan enak dipandang, tidak ada satupun cowok yang mendekat ber...