61. Sosok misterius

44 41 0
                                    

Hai hai kembali lagi dengan Bena yang suka nulis cerita tapi kadang gak nyelesai sebagai part-nya, eh, lanjut part berikutnya. Aneh emang tapi Bena beresin nanti kok
Kalian fokus aja dulu sama ceritanya, yak.

Ayo, kita sama-sama membaca! Juni udah kangen katanya.

Ayo, kita sama-sama membaca! Juni udah kangen katanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

61. Sosok misterius
*****


"Sorry. Ini cuma senapan mainan."

Juni menarik kembali senapan di tangannya, membuat raut wajah Rio agak lega dari pada semula. Cowok itu melemparkan senapan yang di pegangnya ke sofa di dekat sana agat mereka percaya. Meskipun apa yang keluar di mulut Juni sebuah kebohongan belaka.

"I-ini gue g-gak jadi mati?" Rio memastikan menyentuh-nyentuh wajahnya.

"Gak bakal. Itu cuma tipuan," jawab Juni seadanya.

"Alhamdulillah! Hampir aja gue nemuin ajal sebelum nemu pacar blasteran! Babang Rio gak sudi jadi hantu jomblo!" Rio begitu bahagia sampai bertingkah berlebihan. Melabungkan tubuhnya seperti kehilangan akal.

"ASU, LOH, JUN! GUE KAGET MASA?" seru Rain dengan suara toa. Cowok itu tahu-tahu sudah merangkul bahu Juni.

Dari pada menghiraukan mereka yang ricuh disisipi gelak tawa dengan wajah lega setelah tahu benda yang Juni bawa hanya sebuah tiruan, mata cowok itu sibuk memperhatikan pemandangan kamarnya. Wajah cowok itu membentuk kerutan sebab tempat pribadi sudah seperti taman bermain anak kecil.

Dari balon berwarna warni bertebaran di sekeliling, tirai tertempel di dinding sampai banner bertuliskan selamat ulang tahun dengan tema hello Kitty. Saat mata Juni ke bawah pun  terdapat kue tart bergambar kartun berwarna kuning yang cukup terkenal di televisi.

"HAPPY BIRTHDAY JUNI!" seru mereka kompak sekali lagi.

"Juni suka gak? Aku sengaja pesan yang Spongebob. Kamu, kan, buka anak perempuan, jadi, Bob aja. Dia cowok kata Nora."

"Eh, kok, gue? Loh yang minta saran, peaa!" Nora tidak terima menjadi dalangnya.

Lelaki itu berkata lembut pada Azoya. "Makasih, yah. Aku selalu suka."

"Yang nyiapin mereka. Aku cuma jadi tukang suruh aja," tunjuk Azoya.

Cowok itu menyerahkan buket bunga yang sejak tadi berada di genggamannya. "Ini buat kamu. Aku gak bermaksud pergi tanpa ijin. Aku cuma gak mau lihat wajah kamu sedih, pas, di tinggal. Rasanya bikin gak bisa bergerak kemana-mana."

"Pastinya, di tekuk tau! Juni, sih, ngilang gitu aja gak pamit. Untung aku gak cari cowok baru," sahut Azoya mengerucutkan bibir hingga manyun.

"Jangan. Nanti aku kesepian. Sakitnya gak bakal bisa di tahan."

Azoya langsung merubah raut wajahnya jadi berseri. "Eh, hehe, bercanda tau. Masa percaya? Mana ada cowok yang mau sama aku."

"Buktinya aku suka kamu," jawab Juni menyela.

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang