41. Merasa cemburu

50 37 0
                                    

41. Merasa cemburu

*******

Juni mengarahkan camera yang tergantung di lehernya secara diam-diam ke arah depan, ia mengarahkan lensa camera ini mengikuti sosok perempuan yang bergerak lincah ke berbagai arah, sehingga Juni berdecak kecil. Kesulitan menangkap fotonya.

"Wih, awan-nya bentuk kapal selam. Jangan-jangan plying dasmen!" Cewek itu terpesona.

Kepala mendongak, memperhatikan awan dengan raut takjub sambil mengarahkan telunjuknya seolah bisa melukis awan-awan itu di udara mengunakan jarinya.

"Keren! Pasti mau parkir tapi yang jaga cuma terima motor mobil, doang!" Azoya geleng-geleng. Sementara orang yang lewat melirik aneh. Cewek itu bercakap sendiri sejak tadi. "Kasian. Mau gue kasih uang tapi takut ngilang kaya mantan yang ngasih harapan."

"Kapal bagi cogan! Nanti tukeran sama sedotan!"

Merasa mendapat kesempatan dengan segera Juni mengambil beberapa potret, bibirnya cowok itu tak henti tertarik ikut bahagia saat matanya menangkap jelas lengkungan di mata Azoya.

Bibir cowok itu sedikit bergerak. "Lucu."

Sadar di perhatikan, Azoya berkacak pinggang memasang wajah kesal. "Juni! Sini! Jangan liatin kamera mulu, tar, di kutuk jadi pohon bambu!"

"Gue bisa di jadiin alat musik, kok," jawab Juni.

Juni melepaskan camera itu dari pandangan. Mulai melangkah menuju Azoya dengan senyum merekah, menaikan bebukitan tinggi di penuhin rumput yang dipijaknya. Cewek itu sudah berada puncak paling atas dengan sekejap mata.

"Cih, dasar." Kepala Juni bergerak meregangkan rasa pegal di lehernya.

Hampir seharian penuh Juni menghabiskan waktu mempelajari berkas-berkas perusahaan yang wajib di ketahui. Setelah semuanya selesai, alih-alih pulang dan beristirahat, Juni memutuskan mengajak Azoya ke tempat wisata yang ramai di kunjungi.

Di sini mereka sekarang, tempatnya di desain menyerupai pedesaan yang asri dengan indahnya alam. Mereka seperti berada di pegunungan, berbagai bunga yang bermekaran di sekeliling, semak, rerumputan hijau juga kelinci berloncatan.

"Juni! Cepetan! Kita nyari orang utan!"

Azoya berdiri di bawah pohon sambil terus melambaikan tangan tak sabar, langkah Juni terlalu lamban bagi dia yang aktif bergerak. Ia sudah kesana kemari, cowok itu masih berjalan di bawah sana.

"Disini gak ada, Zo," jawab Juni setelah berteriak. Cowok itu terus mengamati pemandangan. "Itu nanti. Di kebun binatang."

Cewek itu menggembungkan pipinya, mulai turun lalu menarik Juni ikut naik bersamaannya. Kaki Juni sampai terseret karna pergelangan cepat Azoya.

"Eh, sakit, yah? Aduh, gue kelepasan! Loh, sih, jalan kaya Kukang!" Azoya melepaskan saat mendapati ke tidak nyamanan di ekspesi Juni.

"Gapapa. Santai." Juni mendudukan dirinya di potong batang pohon. Kembali menaikkan kameranya.

Azoya duduk di sampingnya dengan kedua tangan menyatu. "Jangan marah, yah? Tar, mangga ilang!"

"Gue marah emang gak bakal ilang?" balasnya menolehkan kepala.

Azoya cengengesan. "Ya, ilang, sih. Gak banyak tapi."

Ia tidak bisa berbohong kalau pohon mangga depan rumahnya Juni salah satu sasaran gabut utama untuk misi praktek uji nyali. Selain ada anjing penjaga, katanya juga ada penunggu tak kasat mata. Di tambah cctv lagi.

"Juni loh pasti naruh dendam sama gue, yah? Gue, kan, banyak minusnya," ungkap Azoya yakin.

"Enggak," elak Juni.

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang