Hai guys! Selamat bulan ramadhan buat yang menjalankan!!
Okey, pena bakal sering ubdate biarpun target Minggu, doang! Aku pengen bisa nyelesai cerita pertama di wattpad ini biar bisa ubdate ide selanjutnya yang udah kaya meronta-ronta minta di publish.
Selamat membaca
14. Culik aja.
Cowok itu dengan sigap langsung membekap mulut Azoya sebelum ia berbicara panjang, membawanya mengikuti langkah Rehan menyembunyikan tubuh mereka ke balik pohon beringin besar sehingga seseorang yang lewat didepan tidak melihat mereka.
Azoya merasakan degup jantung tidak beraturan, sedekat ini dengan cowok sedang bagai mimpi saja. Andai cowok itu tidak membuat tubuhnya terhimpit sehingga Azoya tidak bisa bergerak, mungkin ia akan menampar pipinya sendiri dengan keras beberapa kali. Semoga kali ini bukan halu lagi.
"Shtt, diam," desisnya memperingati. Rehan menekan pelan kepala Azoya agar gadis berbadan kecil itu ikut membungkuk bersamanya.
Sesekali cowok itu sedikit mencondongkan kepanya ke arah depan gerbang SMA Nusantara, mengawasi sesuatu disana. Karna dirasa aman juga cewek disampingnya tidak memberontak sama sekali ia melepaskan dekapannya. Membiarkan pergi.
Azoya mengulurkan kedua tangannya yang sengaja cewek itu tangkupkan. "Nih, ikat."
"Hah, apaan?" tanya Rehan agak bingung.
Cewek itu mengedipkan Keda matanya beberapa kali, memasang tampang seimut mungkin. Ia menunjuk Rehan yang mengikuti menunjuk dirinya sendiri.
Azoya memberanikan diri berbicara. "Loh mau culik gue, kan? Udah culik aja. Gue gak bakal ada yang nyarin juga. Paling loh gak bakal dapet apa-apa. Tapi gue pinter nyapu lantai, kok," jelas Azoya mempromosikan dirinya dengan bangga.
"Aduh ini gimana gue gak paham?" Rehan mengacak-acak rambutnya, cewek yang tengah bersamanya ini benar-benar lebih aneh dari yang dikira. Rehan mencoba mengusir. "Cabut, gih, loh."
Wajah semringan Azoya seketika cemberut. "Zo, gak jadi diculik?"
"Gue gak pengen nyulik loh," tegas Rehan meyakinkan. Enak saja, ganteng-ganteng gini dibilang penculikan anak.
"Kenapa?" Azoya malah bertanya balik.
Rehan terpaku mendengar pertanyaan tidak etis itu. Ia mengaruk-garuk lehernya yang terasa gatal. "Gue bukan teroris. Ngapain nyulik orang? Kurang kerjaan."
"Jadi gue jelek? Bikin pedih mata memandang, yah?" tanya Azoya menyimpulkan perkiraannya sendiri.
"Ais, loh apaan, jir. Loh ganggu gue ngintip."
Azoya sudah ingin membuka mulut Rehan tutup kembali, ia menarik gadis itu berjongkok lebih ke belakang saat seorang cewek berambut panjang diiringi beberapa cowok lainnya berjalan keluar dari gerbang SMA Nusantara.
Rehan mengarahkan camera yang tergantung di lehernya, men-zom lebih dekat baru baru memotret beberapa kali. Azoya ikut mendongakan kearah sana, memerhatikan orang yang berseragam sama dengannya berganti mengakat kepala memperhatikan Rehan yang nampak sangat tertarik dengan cewek berambut panjang itu.
Azoya memberanikan diri bertanya, "dia cantik, yah?"
"Hmm."
Azoya merunduk, berdiri seketika dari posisinya. Lagi pula untuk apa dia ikut-ikutan bersembunyi, ia berjalan santai tanpa beban meningalkan Rehan yang tampak panik. Azoya menengok ke sekitar, cewek itu juga sudah tidak ada.
"Eh, loh," panggil Rehan terdengar mengejarnya.
"Uang gue udah abis. Gak ada yang jatuh, kalau mau pungut aja. Dosa di tanggung yang nulis," kata Azoya masih melangkah tanpa membalikan badannya. Sia-sia dia juga sudah ada gebetan.
KAMU SEDANG MEMBACA
STOP SINGLE(Tahap Revisi)
Ficção Adolescente"Jomblo itu kenyataan bukan keinginan." Saat memasuki masa remaja, Azoya bertekad untuk berhenti dari status jomblo. Yang jadi masalah, meskipun hati dapat menerima siapa saja asal tampan dan enak dipandang, tidak ada satupun cowok yang mendekat ber...