71

49 44 0
                                    

Azoya melihat layar ponselnya dengan mimik wajah berkerut. Pesan yang ia kirimkan tadi sore hanya di baca tanpa ada sedikitpun balasan dari cowok itu. Padahal Azoya menantikannya, mengunggu notif berbunyi kali-kali berasal Juni.

"Gak usah galau-galauan! Sana ikut Papi!" Abian melemparkan kain lap ke depan muka Azoya hingga cewek itu segera bangkit. Langsung memberikan umpatan terdapat perilaku tak beradab Abian yang malah balik lebih garang terhadapnya. Abian berkacak pinggang serta melotot-kan mata. Ia mendengus, sungguh tidak habis pikir dengan adiknya satu itu. Hanya karna di tinggal cowok saja, Azoya jadi selesu ini.

Cinta jaman sekarang memang begitu. Seolah tak ada lagi hal penting lain di dunia ini selain jadi bucin.

"Ikut kemana?" tanya Azoya pelan. Cewek itu bahkan tidak bersemangat untuk sekedar bersuara.

"Ke kebun binatang! Nyari anaknya yang terbuang!" cetus Abian menyela.

Alga yang baru datang dan kembali mendengar ejekan keluar dari anak sulungnya itu langsung menempel kepala Abian dari belakang. Abian mengertakan giginya, berbalik hendak balas. Namun, saat ia menyadari lawannya ternyata Alga, nyali Abian yang tadinya berkobar langsung padam seketika.

"Ngomong apa kamu, hah? Terus aja ejek Papi. Dasar perjaka tua," cetus Alga pedas.

Abian menyengir kudu. "Hehe, Papi mau cari istri muda atau gimana? Tumbenan gak bau terasi basi?"

"Gak usah ngomong, Bi! Ucapan kamu gak ada yang bermakna."

"Yeee, Papi bisa banget ngelaknya. Abi bilang Mami, lho!" tunjuk Abian.

"Ngadu sana! Bilangin apaan coba?" sela Alga mulai terpancing. Padahal perasaan selama ini dia sudah jadi suami serta ayahnya yang baik untuk keluarganya. Tapi, ada saja terus kecurigaan dari anak itu terhadap Alga.

"Bilangin kalau Papi makin hari makin cakep, jadi imam yang baik, gak ngerokok, awet muda, gak galak sama anak, perhatian, terus jadi orang dalam sampai Abian sampai kayak sekarang," tutur Abian melebih-lebihkan.

Pujian Abian bukan membuatnya senang, malah Agha merasa tersindir habis-habisan. "Kalau mau ngehina bilang. Gak usah sungkan."

"Yah, gak asik. Kirain Papi gak sadar," kata Abian.

Alga mengibaskan tangannya. Karna Abian cukup punya otak yang masih bisa dipergunakan, cowok itu menyingkir ke sisi lain setelah mendapat usiran dari ayahnya itu. Alga memang begitu, ia cenderung lebih memperhatikan Azoya daripada anaknya yang lain. Selain karna Azoya seorang perempuan, ia juga punya riwayat penyakit asma hingga selalu diberikan pengawasan ekstra.

Pria itu mengusap lembut pucak kepala anak gadisnya. Azoya mengangkat wajahnya hingga memperlihatkan raut masam. Dari sorot mata sembab yang ia perlihatkan pada Alga itu seolah berkata dia sedang malas pergi kemana-mana, bawaannya ke pengen tiduran seharian.

"Ganti baju sana, Zo. Ikut Papi." Alga beranjak dari posisinya, meraih kunci mobil yang mengantung di dekat sana. Alga melipatkan legan kemeja putih membaluti tubuhnya sambil berjalan menuju depan.

Azoya membalas dengan malas. "Mau kemana? Udah gelap harinya."

"Konser bingbang," cetus Alga nyeleneh.

"SERIUSAN?! GAK MAU TAU, BIARPUN ABANG BAU! KAVAN PENGEN IKUTAAAAN!"

Suara melengking hingga membuat telinga penginging itu berasa dari si-bungsu Kavan dari dalam kamar. Seperti sebuah sihir, Pendengaran anak laki-laki langsung menajam seketika sesaat mendengar ada yang membahas seputar Korea. Seolah Kavan berasal dari sana, tapi di culik Alga karna frustasi sebab semua anak kandungnya tak ada yang berguna.

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang