53. makna dari melindungi

36 32 1
                                    

"Nih, berkasnya."

Kenes tadinya melamun dengan tangan menopang sebelah pipinya serta pandangan lurus ke depan hanya menatap kosong sekiranya. Punggung belakangnya bersandar nyama ke batang pohon besar sambil duduk di rerumputan menikmati hembusan angin yang terasa meneduhkan.

Renungan kenes terhenti, ia segera membenarkan posisinya dan menyambut cepat lembaran kertas yang Juni sondorkan padanya. Cowok itu berdiri dengan raut datar menghadap Kenes.

"Thanks, Jun."

"Hm."

Juni segera berbalik pergi tetapi dengan sigap Kenes tahan. "Ampuh, kan, tips dari gue? Azoya, mah, gampang baper jadi orang."

"Dia makin kesel. Gak bener emang." Juni menepis risih tangan yang menggapai lengannya.

"Ya, jangan salahin gue. Nasib loh aja gak beruntung," balas Kenes membela diri.

"Gue cabut."

"Eh, terus kenapa loh kasih ini ke gue?" tanya Kenes terasa heran.

Wajah Kenes yang redut sebab mengantuk seketika takjub dengan berbagai informasi mengenai Kesal secara lengkap tercatat di sana. Memang tidak sulit untuk orang seperti Juni, hanya perlu menyuruh seorang maka semua dapat diketahui.

"Loh perlu," jawabnya singkat lalu berlalu pergi.

"Makasih sekali lagi! Gue utang budi!"

Kenes meraih tasnya yang tergeletak di samping pohon, menenteng kembali di sebelah bahu seperti bisa. Dengan semangat yang seolah terisi kembali ia berlari mengarah ke gebang bersamaan dengan siswa lainnya yang hendak pulang.

Mata cowok itu terpaku pada Kesal yang berada di depan seperti menuggu seseorang, Azoya juga mengarah kesana sambil ber-cakap ria bersama dengan teman-temannya.

"Kakanya emang mata gue yang gak bisa ngeliat kejelekan dia?" molog Kenes tak yakin pada penglihatannya.

Kenyataan ungkapan yang Kenes ucapakan ada kebohongan. Kesal bahkan sama halnya dengan beberapa cowok lainnya. Entah ada apa dengan cewek itu, mereka menghindar saat berpapasan.

"Menekin yang cantik aja, gue gugup bisanya."

Kenes kembali mengikuti arus kerumunan yang bergerak menuju luar, sebelum benar-benar pergi ia sempatkan menyelusup ke celah punggung. Dari balik sana dengan cekatan ia segera meraih lengan terjuntai, mengertakan pegangnya dan menariknya kuat mengikuti langkah Kenes.

Cewek pemilik tangan halus yang kini ia genggam itu meronta-ronta serta mengeluarkan umpat kasar pada Kenes. Cowok itu sangat tak sopan menyeretnya hingga tertatih-tatih.

"Lepasin gak! Loh gak pengen gue berhenti berkeliaran di sekitar loh gak gini caranya!"

"Loh aslinya kenapa gak bisa diam, sih?"

"Sakit tahu!" terik Doya geram melotot-kan matanya.

Merasa melakukan kesalahan kenes mengendur pegangannya. Namun, ia tetap membawa cewek itu bergerak setengah tergesa melewati murid yang berjalan santai hingga terasa menghalangi kecepatan mereka.

"Loh gak sadar dari loh keluar tadi Kesal sembunyi-sembunyi ngikutin loh?" kata Kenes terdengar gusar.

Sudah agak jauhan dari kawasan sekolah, sambil terus melirik ke belakang baru lah, Kenes melepaskan kaitan tangan. Ia juga tak kalah geram pada Doya terusan memperlambat langkahnya.

Doya mengelus tangan, menatap Kenes tak terima. "Apa peduli loh? Gue baik salah, gue gini juga salah? Terus gue harus gimana?!"

"Gak bisa ngomong makasih aja. Udah dibantu juga," balas Kenes.

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang