*****
Kepala Azoya terangkat. Rasa bimbang terpancar begitu jelas dari bola mata cewek itu saat ini, dia hendak membuat padangan mereka bertemu, namun Juni seolah menghindari darinya. Cowok itu malah melihat ke arah lain, bergerak dengan gelisah seperti tengah menyembunyikan sesuatu.
"Kenapa?" tanya Juni.
"Loh ada apa? Bilang ke gue! Jangan sungkan lagi!"
Juni menghela nafasnya. "Gue tetap Juni yang sama."
"Tapi kenapa gue ngerasa loh orang yang berbeda? Dengan bikin gue cemburu emang masalah loh beres gitu?"
"Kasih gue waktu," jawab Juni singkat. Terdengar tulus bersamaan ragu.
"Gue gak sekuat itu! Terlebih loh gak ngasih tau! Bisa jangan bersikap layaknya batu? Melunak sedikit sama gue kenapa sesusah itu?"
"Gue kesana dulu."
Azoya mendengus pasrah. Entah sudah berapa kali sudah Juni bertingkah seperti ini. Satu hal yang saat ini Azoya pahami, cowok itu sebenarnya sengaja memperlakukannya begini. Apapun itu tujuannya, ada keterpaksaan di balik sorot dingin yang dia perlihatkan setiap bertemu.
Azoya memandang bangunan megah di depan sana. Serasa asing sebab sudah lama tak bertamu. Cewek itu memundurkan sedikit langkahnya saat satpam penjaga rumah datang dari dalam, menutup pagar di tempat Azoya berdiri kini. Ini jelas sebuah usiran secara kasar terhadapnya.
"Selalu gak mau berbagi duka. Gue butuh kejujuran bukan alasan," ungkap Azoya hanya bisa di dengarnya.
Azoya merunduk kecewa. "Loh yang ada masalah kenapa malah gue yang ngerasa ada salah?"
Setelah cukup lama berada di depan gerbang rumah Juni yang tertutup rapet, ia memilih berjalan pulang dari pada menunggu Juni membukakan penghalang besi itu sambil tersenyum menyambut Azoya seperti kebiasaan.
Untuk sekarang tidak mungkin sepertinya, saat ingin masuk area rumahnya saja cowok itu mengadang Azoya hingga langkah Azoya tertahan. Batasan mereka terasa sebegitu pekat bukan?
Azoya membuka kasar pintu rumah hingga membuat Abian juga Kavan menengok penuh tanda tanya. Terlebih karna Azoya nyelonong masuk dan melewati mereka tanpa banyak gaya ataupun satu kata. Abian menahan lengan Azoya saat cewek hendak kamarnya.
"Kenapa muka di tekuk gitu? Tuh, cowok ngapain loh? Jangan ngelak, Zo! Gue perlu kejujuran loh!" sembur Abian tidak main-main.
"Enggak ada, bang. Zo, capek pengen ke kamar. Minggir."
"Jawab gue! Ngaku dia nyakitin loh?!"
"Enggak, Abanggg!" Azoya membantah, membalas tatapan menyelidik kakanya. "Ini muka emang udah dari sana. Cantik enggak, tapi masih ada bentuknya. Jadi tumbal proyek juga lumayan berguna."
"Minggir sana! Gue mau rebahan! Mending nyari kerja dari pada nyari ribut sama gue!" usir Azoya lagi. Kembali ke sifat bar-barnya.
"Apa masalah loh?" Abian menghalangi pintu, masih belum sepenuhnya percaya terhadap adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STOP SINGLE(Tahap Revisi)
Teen Fiction"Jomblo itu kenyataan bukan keinginan." Saat memasuki masa remaja, Azoya bertekad untuk berhenti dari status jomblo. Yang jadi masalah, meskipun hati dapat menerima siapa saja asal tampan dan enak dipandang, tidak ada satupun cowok yang mendekat ber...