72.

54 44 0
                                    


****

Bugh!

Satu hantaman yang Juni lesatkan  pada pada wajah Kenes membuat pemilik tubuh itu hampir limbung ke samping. Setelahnya Juni berlalu santai sambil memasang raut datar seperti tak melakukan apapun.

"Itu balasan karna loh buat gue begadang akhir-akhir ini."

Juni tidak perduli sekeliling menjadi ricuh karna serangan dadakan darinya terhadap Kenes yang tadinya hanya berjalan santai sambil bersenadung di setiap gerakannya. Mereka yang melihat mulai menerka-nerka permasalahan diantara dua lelaki itu. Bahkan ada yang sampai tidak dapat melepaskan pandangannya, berharap Kenes memberi pukulan balasan hingga terjadi perkelahian yang bisa menjadi tontonan seru di kala bosan. Memang hampir semua murid SMA Nusantara tak ada yang warasnya. Kecuali Civa kalau kata Azoya.

Kenes mengejar langkah Juni hingga mereka berjalan bersebelahan. "Woi sakit, Anjing! Gue gak ganteng lagi, emang loh mau tanggung jawab, hah!" maki Kenes.

"Gue gak hamilin loh," balas Juni cuek.

"Ya, iya, lah! Loh kata gue waria apa?" Kenes mendengus. Risih terhadap ucapan Juni. "Bukannya makasih juga. Harusnya bangga punya temen baik macam gue!"

"Gue perlu berpikir panjang dulu buat punya teman modelan loh."

"Loh kemana aja ngilangin? Mantan loh hampir di ambil orang kalau loh gak sadar," ujar Kenes memanasi.

"Pacar." Juni mengoreksi.

"Ck, paling bentar lagi juga jadi mantan. Emang salah ngasih gelar duluan?" ucap Kenes tanpa beban.

"Gak akan." Juni memicing matanya geram. Ia memutar-mutar kedua telapak tangan yang terkepal kencang. Mengangkatnya tinggal ke depan muka Kenes. "Loh mau sebelah kiri atau kanan?"

"Gak asih loh. Suka main kekerasan gitu," decak Kenes mulai menjauhkan jarak.

Lebih tepatnya karna mereka menuju arah berlawanan, Juni berjalan lurus sedangkan kenes berbelok menuju kelasnya yang terdapat dekat disana. Padahal kelas Juni juga melewati arah sama dengan lorong yang kini disusuri Kenes, namun sepertinya cowok itu berniat pergi ke tempat lain.

Melihat Azoya yang hendak masuk, Kenes langsung bergegas setengah berlari hingga berhasil mengadang cewek itu. Merentangkan tangan lebar-lebar di depan pintu masuk sebagai bentuk kejahilannya.

"Kalau mau masuk, kasih cepe sini! Lewat kudu bayar dulu sama gue, bandara kelas!"

"Ngapain loh pagi-pagi nyari ribut?!" omel Azoya. Ia melepaskan ransel dipunggung, langsung melayangkan sebagai pemukul hingga Kenes sigap memberi jarak. Lemparan tas itu membuat Kenes sampai meringis memegangi bahunya yang terkena.

"Wow! Santai! Bos LPG bokap? Patah hati bukan galau-galau rapuh gimana gitu." Suara Kenes terdengar begitu menyebalkan di telinga Azoya. Sengaja sekali mengungkit masalah hati yang Azoya lupakan sejenak. Azoya kembali memberikan serangan berturut-turut. "Duh, sakit bege! Jadi korban kekerasan mulu gue! Orang ganteng emang selalu ternista. Bilang aja sirik liatnya."

"Dih, kemarin-kemarin aja sok gak kenal! Sekarang berlagak baik! Loh juga suka sama gue, hah?!" sewot Azoya.

Kenes berdecih. Masang ekspresi geli serta ngeri kalau itu sampai terjadi. "Dih, imajinasi loh kayaknya  kebangetan, deh. Berkhayal sama sesuatu yang bakal terjadi di alam semesta."

"Ya, udah minggir! Gue belum ngerjain PR!" Azoya tak ingin berlama-lama mendengar bacot Kenes. Cowok itu menghalangi jalan menuju pintu masuk kelas mereka. "Sana, gih! Gak usah ganggu! Gue gak kenal sama loh! Bukan teman sebangku!"

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang