76

46 27 0
                                    



*****

Keadaan bandara pada siang ini terbilang padat seperti hari-hari biasa. Di penuhi orang yang berlalu lalang masuk hingga keluar. Usai check-in serta melewati berbagai prosedur lainnya, sebelum waktu keberangkatan penumpang pesawat segera menuju ruang tunggu masing-masing sesuai rute yang sudah terjadwal.

Di sana seorang remaja laki-laki menunduk menikmati suara ketukan yang berasal dari sepatu yang membaluti kakinya dan di hentakkan  pada lantai. Sorot mata itu tak terbaca. Namun, jelas pasti bukan menampilkan kebahagiaan.

Sebelum itu tadi Kenes sempatkan berpamitan dengan para teman seangkatannya, entah yang dari sekolah lama serta murid SMA Nusantara. Tidak banyak yang Kenes kenal, hanya beberapa.  Itu pun kebanyakan Kenes sampaikan lewat chat—entah di baca atau tidak. Awalnya Kenes hendak menelpon Azoya akan tetapi karna tidak nomor cewek itu jadilah Kenes menghubungi Nora. Kontak gadis itu bisa didapatkan dengan mudah dari bio sosmed milik Nora.

"Gue mau minta maaf. Gue akui selama ini gue bukan orang yang tulus temenan sama loh semua. Termaksud ke loh, Zo." Kenes menjeda perkataannya sejenak. Dari dahulu ia selalu hidup dalam kepalsuan. Dan mungkin akan selalu seperti itu. "Makasih udah nerima gue jadi anggota komunitas kalian. Namanya mungkin kurang mengenakan, tapi, ya, orang-orangnya gak sebegitu mengenaskan. Hmm, kayaknya, sih."

"Gue pamit. Mulai hari ini gue akan jadi Kenes yang baru. Terlepas dari semua hal, gue coba saran dari kalian buat ngikutin arahan bokap sekali-kali. Tar kalo bosen, ya, kabur lagi. Gampang bener."

Kenes tertawa. "Setahun dua tahun nanti coba aja liat tivi, kali-kali gue udah jadi orang terkenal. Gimana gak bangga coba jadi temen? Bukan malah masuk breaking news maling ayam." Kenes menyisipi sedikit candaan.

"Gue ingetin sekali lagi sama loh pada. Jangan asal suka sama cowok cuma karna gantengnya, doang. Cowok, tuh, brengsek semua. Ya, gak, Lun?" cetus Kenes minta persetujuan Aluna. Ia selama sudah membuat cewek itu cukup terganggu. "Maaf udah buat loh gak nyaman karna ada gue di sekitar kalian. Gue harap loh bisa dapetin cowok paling baik biar buat sudut pandang loh perlahan berubah."

"Gue... bakal lebih berjuang mulai sekarang. Sampai jumpa lagi tahun depan," ucap Kenes mengakhiri.

Cowok itu memutuskan sambungan telpon diantara mereka, menyudahi deretan pernyataan yang terus di keluarkan cewek-cewek itu lewat ungkapan selamat tinggal.

Bersamaan dengan penumpang lain, Kenes meraih kopernya, hendak menyeret menuju pesawat di lapangan luas sana. Ia menarik nafas dalam-dalam, langkahnya terasa berat saat teringat fakta kalau ia akan segera meninggalkan Jakarta. Pergi ke negara lain dan kemungkinan memakan waktu lama untuk perbolehkan pulang. Disana ia harus menebus segalanya, bentuk hukum atas pemberontak Kenes selama ini.

"KENES!!"

Kenes membalik tubuhnya. "Loh?"

Mimik wajah cowok itu nampak kebingungan mengetahui salah satu gadis yang dikenalinya berada disini. Nada masih mengenakan seragam sekolah lengkap beserta ransel kecil menggantung pada bahu, rambut panjang terurai sedikit kekuningan itu nampak berantakan. Andai ia tidak segan, Kenes gemas ingin bantu membenarkan.

"Loh ngapain di sini? Keringetan lagi. Kayaknya habis ngapain aja. Mesum di bandara loh, ya!" tuduh Kenes memicingkan matanya.

"Enak aja!"

"Emang enak, sih, yang begituan. Tapi gak di bandara juga kali! Cari tempat sepii!"

"Gue gak gitu!" bantah Nada cepat. Kenes memajukan wajahnya sambil melebarkan mata curiga. Ia Menunjuk Nada hingga cewek itu tergagap-gagap mengatakan alibinya. "G-gue cu-cuma kebetulan liat loh di sini! Terus coba-coba manggil. Loh ngapain di bandara?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang