73

61 41 1
                                    

****

Azoya mengintip dari tembok tempat ia berada sekarang, menolehkan kepala ke kiri juga kanan. Di rasa cukup aman barulah cewek itu berani melangkah keluar dari tempat persembunyian. Tentunya masih dengan gerak-gerik waspada sambil terus celingak-celinguk hingga membuat murid lain yang berpapasan dengannya menyerit heran.

"Ngapa loh pada liat-liat? Ngefens gak sebegitu juga, yah! Gue kagak pengen punya sasaeng!" sewot Azoya kepedean.

"Dih, najis loh!" dengus siswa itu melajukan langkahnya.

"Biasalah, Nak orang miskin," tambah Kaivan yang juga tengah lalu. Cowok itu sengaja berhenti guna melontarkan ejekan. "Gayanya sok asik ples centil. Hobi makan kerikil di tambah daun keringat."

Galin menyikut Kaivan dengan siku runcingnya. "Kasih sumbangan, gih, Kai. Kasihan. Tar, gue, lah, jadi perantaraan. Kasihnya ke gue dulu, kalo-kalo loh males cuci tangan."

"Ngapain coba? Yang ada dia keenakan. Makin menjadi-jadi sampai ngemis online, kek, yang di belakang."

Galin cukup paham siapa yang dimaksud Kaivan. "Gue, sih, slow aja disindir di hadapan. Asal gak di tagih utang."

"HEH, LOH BERDUA!" Azoya menunjuk Galin juga Kaivan. Wajah tertekuk merenggut. "Gak usah sok kaya loh, Kai! Loh juga!"

"Gue?" ulang Galin. Cowok itu mengarahkan telunjuknya ke depan dada.

"Ya, siapa lagi goblok! Dasar rakyat jelata! Sampah dunia! Ganggu orang putus cinta! Cowok gak peka! Mau gue lempar sendal jepit loh berdua, hah! Ngejudge aja kerjaannya!"

Kaivan dan galin seketika langsung menengok ke bawah lalu saling mengangguk. "Loh, pan, pake sepatu, Neng! Kasihan, deh, loh! Ulululululu... "

"WAH, MAU MATI PERJAKA LOH PADA, HAH?!" Langsung saja Azoya melepaskan sepatu sneaker yang terbalut di kakinya, mengangkat tinggi-tinggi hendak melemparkan pada dua lelaki yang sudah ngincir berlarian.

"Pantesan Aluna males ketemu buaya, kalau modelan gitu tingkahnya bikin sengsara ampe ketua. Kecuali umurnya gak lama." Azoya mencibir.

Niat Azoya sebetulnya ingin menghindari Juni. Namun, jika kalian lebih memperhatikan cewek itu justru tampak seperti berharap Juni ada di sini dan menemukannya. Lalu mereka berbaikan layaknya semula. Begitu Azoya, yang dilakukan malah berkebalikan dengan keinginan hati.

Azoya bernafas lega. "Hups, aman. Gak ada, tuh, orang."

Fokus cewek itu tengelam dalam perasaan cemas karna tak kunjung menemukan Juni di sekitaran dia berada. Azoya resah kalau-kalau Juni menghilang lagi, tapi juga ada rasa gengsi yang terlampau tinggi untuk sekedar menerima ajakan berbaikan dari lelaki itu. Terlebih mengingat perlakuan cowok itu pagi tadi. Bibir tebal kemerahan itu menempel dengan lembut lalu ....

Azoya seketika langsung menggeleng cepat. "Bego loh! Berhenti inget gituan lagi! Stop Azoya! Aaaaaa, cewek mesummm!"

Saat dia hendak lanjut berjalan lagi ia dibuat terperanjat mundur hingga berakhir ambruk terduduk selepas tak sadar menabrakkan tubuhnya sampai menubruk dada bidang seseorang. Cewek itu mendongak singkat lalu lekas membuang muka, bukan marah melainkan salah tingkah.

"Akhhh!! Bokong gueeee!"

"Sakit?" tanya Juni ragu.

"Masih di tanya! Cowok burik gak peka! Yakin loh sengaja!!"

Juni mengulurkan tangan guna membantu Azoya berdiri. Cewek itu menyambutnya meski sambil mencak-mencak seolah-olah menyalahkan Juni. Padahal cowok itu sudah datang sendari tadi, saat Azoya sibuk bengong sambil bertingkah aneh layak orang kesetanan.

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang