Hari ini, seperti biasanya, Lionel datang di sore hari untuk sekedar bertemu dengan Luella.
“Halo putra mahkota, hari ini pun Anda berani menemui adik saya.”
Luella memutar matanya lelah, ini adalah sapaan Lancelot setiap Lionel datang, tentu saja ayahnya juga sama saja, Miles menyambut Lionel dengan tatapan mengerikannya, membuat Luella semakin kesal. Satu-satunya orang yang menyapa Lionel dengan benar hanyalah Ruby, Ruby menyapa Lionel dengan normal, mengantar Lionel dan Luella ke gazebo, kemudian memerintahkan maid untuk membawakan camilan dan teh.
“Lionel, aku benar-benar minta maaf,” ucap Luella membuka percakapan.
Lionel tertawa. “Jangan khawatir, aku sudah mulai terbiasa dengan sapaan dingin mereka itu,” balas Lionel.
“Hah ... kau tidak boleh terbiasa dengan sapaan seperti itu, aku akan memarahi mereka lagi nanti,” gerutu Luella.
Lionel mengusap rambut Luella gemas, gesturnya ini membuat Luella melihat lebam yang ada di tangannya, Luella menarik tangan Lionel, ia kemudian langsung menggulung lengan baju Lionel, membuat semua lebam di tangannya bisa terlihat dengan jelas. Luella tertegun, sebelum Lionel sempat bereaksi, Luella sudah menarik tangan Lionel yang lainnya dan kembali menggulung lengannya.
“Lionel ...”
Lionel menarik tangannya dan langsung menutupi semua itu dengan cepat.
“Lionel, itu tadi ... kenapa?” tanya Luella dengan suara bergetar.
Lionel hanya diam.
Kaisar memukulinya sampai seperti itu? Kenapa? Ah, bukan itu, kenapa dia tidak langsung menyembuhkannya? Kenapa dia membiarkan luka sebanyak itu ada di tangannya. Tunggu dulu, kalau di tangan saja separah itu, bagaimana dengan bagian tubuh lainnya? Luella memegangi kepalanya. “Hah ... benar-benar.”
Luella bangkit, ia menarik Lionel masuk kembali ke mansion, tepatnya ke kamarnya. Luella mengambil kotak obat yang sengaja ia sediakan di kamarnya, dan langsung membukanya.
Luella berkacak pinggang. “Buka bajumu!” titah Luella sukses membuat Lionel melongo.
“Hei, apa-apaan ...,”
“Lionel ... buka bajumu!” Luella berucap tegas.
Lionel tersentak, ia langsung membuka bajunya, dan Luella dibuat terpaku melihat semua luka yang ada di tubuh Lionel. Luella mendekat, ia menangkup pipi Lionel. “Hei, kenapa tidak diobati?”
Lionel tersenyum. “Percuma, lukanya akan bertambah lagi.”
“Kalau begitu tiinggal diobati lagi,” ucap Luella.
Lionel melepaskan tangan Luella, ia berniat memakai bajunya kembali, tapi Luella mencegahnya, ia mengambil obat lalu langsung mengobati semua luka Lionel. Luella mencoba melakukan semuanya selembut mungkin, ia tidak mau Lionel merasakan sakit, tapi Lionel sendiri bahkan tidak berkutik, seakan ia sudah tidak bisa merasakan sakit lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Twisted Ending
FantasySebagai seorang saintess, Luella De Webster memiliki kewajiban yang tertumpu kepada dua pundaknya. Namun, apa jadinya kalau saintess yang seharusnya menjadi boneka kuil justru memilih untuk menyembunyikan identitasnya?