Louis menatap Luella tak terima. “Hei, paman masih muda!”
“Paman, berikan aku sepupu yang lucu, aku mau adik sepupu yang lucu, Papa dan mama tidak mau memberikanku adik, jadi berikan aku sepupu!” pinta Luella.
Miles, Ruby, Lancelot dan Alkaid hanya bisa menggeleng melihat interaksi keduanya, berbeda dengan Lancelot dan Luella yang selalu akur, Louis dan Luella seperti selalu memiliki topik untuk di ributkan, mereka berdua lebih terlihat seperti teman bermain dibandingkan paman dan keponakan.
Louis menyentil dahi Luella gemas. “Jangan mengada-ngada!”
Luella berdecih pelan, sebelum ia sempat mengutarakan protesnya, Francessa kembali bersama Tera dan Elaine, membuat ia mengurungkan niatnya untuk menggoda pamannya lebih jauh lagi. Luella menjelaskan situasinya pada Tera dan Elaine, ia juga mengutarakan tujuan mereka memanggil kedua penyihir itu, setelah semua penjelasan panjang itu, Elaine dan Tera setuju untuk membantu mereka menggunakan sihir keduanya.
Helaan napas lega terdengar di ruangan itu setelah kedua penyihir itu setuju untuk membantu mereka.
“Ah, akhirnya aku bisa bernapas lega,” ucap Ruby.
Luella menggeleng pelan. “Kita tidak bisa hanya bergantung pada informasi yang Tera dan Elaine berikan, kita harus bersiap-siap jikalau, kita terlalu terlambat untuk mengetahui rencana mereka.”
“Perlukah kita beritahu kaisar tentang ini?” tanya Lancelot.
Luella tertawa keras. “Memangnya apa yang bisa maniak itu lakukan kalaupun kita beritahu dia?” ucap Luella sinis, ia kemudian menyadari ucapannya dan langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan.
Lionel tertawa kecil. “Kenapa panik, kau benar kok, orang itu memang maniak gila yang mungkin justru akan membuat pemberontak semakin menggila nantinya.”
Miles memegangi kepalanya. “Memikirkannya saja membuat kepalaku mau pecah.”
Francessa menunduk. Hanya keluarga ini yang berani menghina kaisar di depan putra mahkota, keluarga majikanku ini benar-benar berbeda.
*
Pagi ini, eksperimen mereka di mulai, di mana Elaine melakukan kontrak dengan burung kecil, kemudian Tera menanamkan sihirnya, dan untungnya sihir mereka berhasil.
“Tera, sihirmu tidak melukai hewan kan?” tanya Luella sembari melihat crystal yang menampilkan apa yang burung itu lihat.
Tera menggeleng. “Tentu saja tidak, sihir saya hanya menyalin apa yang burung itu lihat, begitu saja.”
Luella mengangguk. “Tera, kau sangat pintar,” puji Luella.
Tera tertawa. “Kalau nona memuji saya begitu, saya jadi besar kepala.”
Luella mencubit pipi Tera gemas. “Sudah kubilang, jangan terlalu formal begitu kalau sedang bersantai.”
Tera meringis pelan, ia hanya tersenyum menanggapi ucapan nonanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Twisted Ending
FantasySebagai seorang saintess, Luella De Webster memiliki kewajiban yang tertumpu kepada dua pundaknya. Namun, apa jadinya kalau saintess yang seharusnya menjadi boneka kuil justru memilih untuk menyembunyikan identitasnya?