New Era 8

119 14 0
                                    

Eleanor mengangguk semangat, ia dan Luella kemudian masuk ke tenda dengan Lionel yang mengikuti dari belakang, kedatangan Eleanor membuat keluarga Luella terkejut, Luella kemudian mendekati ayahnya dan berbisik. “Papa, aku ingin berbicara dengan tuan putri dan Lionel, bertiga saja, bisa tinggalkan kami sebentar?”

Miles tersenyum lalu mengangguk, ia kemudian mengajak Ruby, Lancelot dan Louis untuk keluar dari tenda, meninggalkan ketiga remaja itu agar mereka bisa berbincang dengan nyaman.

Luella berdehem. “Jadi, tuan putri, bagaimana Anda bisa ke sini?” tanya Luella.

Eleanor tersenyum. “Aku meminta izin pada ibu,” jawabnya ceria.

Lionel berdecih pelan. “Kau mengancam ibu, jadi ibu tidak punya pilihan lain selain mengizinkanmu untuk pergi bersamaku.”

Luella tertawa hambar. “Mengancam?”

“Eleanor mengancam ibu, kalau dia tidak diizinkan untuk pergi denganku, dia akan pergi sendirian ke dukenom naik kuda,” jelas Lionel.

Luella melotot. “Tuan putri!”

Eleanor menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Lagian ibu tidak pernah mengizinkanku untuk keluar dan bertemu denganmu, aku kesal!”

Luella menghela napas pelan. Ratu ini benar-benar aneh, dia bahkan tidak perduli kalaupun putranya pergi ke ujung dunia, tapi dia mengekang putrinya seakan kalau dia keluar dia akan menghilang. Luella menatap Lionel. Sekarang dia bahkan sudah tidak peduli lagi dengan apa yang ibu dan ayahnya lakukan, dia benar-benar mirip Dilara. “Tuan putri, lain kali jangan lakukan itu, Ratu pasti sangat mengkhawatirkan Anda.”

Eleanor cemberut. “Sampai kapan kau akan berbicara formal padaku, kakak ipar?”

Luella terbatuk, ia menyambar air di depannya dan langsung meneguknya sampai habis. “Barusan, Anda memanggil saya apa?”

Eleanor tersenyum. “Kakak ipar.”

Luella berdehem. “Tuan putri, panggilan itu hanya di berikan kepada pasangan Lionel nantinya, kalau Anda memanggil saya begitu, Lionel akan merasa ...,” Luella menghentikan ucapannya saat melihat wajah Lionel yang memerah sampai ke telinga. Astaga, lihat wajahnya itu, dia sangat tidak mau dipasangkan denganku ya? “Lihat, Lionel tidak suka panggilan itu, Tuan putri,” ucap Luella sembari menunjuk Lionel.

Eleanor menoleh, ia menatap sang kakak yang sudah terlihat seperti kepiting rebus. Haha, saat kakak bilang Luella itu tidak peka, kupikir kakak yang tidak bisa menunjukkan perasaannya, ternyata, Luella memang benar-benar tumpul. Eleanor tertawa pelan. Kakakku yang malang.

Lionel melirik Eleanor kesal. Tertawalah sepuasmu, sampai nanti kau mengalami ini, aku akan menjadi orang pertama yang menertawakanmu! Batin Lionel geram.

Luella menepuk tangannya, membuat Eleanor dan Lionel kompak menoleh ke arahnya. “Jadi, tuan putri, apakah tujuan Anda ke sini hanya untuk bertemu dengan saya?” tanya Luella.

Eleanor kembali memasang ekspresi cemberutnya. “Kakak ipar, tolong berhenti berbicara formal padaku.”

Luella memaksakan senyumnya. “Kalau begitu, berhenti memanggil saya kakak ipar, tuan putri.”

Eleanor tersenyum. “Aku akan berhenti memanggilmu seperti itu di depan publik,” ucap Eleanor tanpa dosa.

Luella memegangi kepalanya. “Lionel, ini salah adikmu oke, jangan marah padaku!”

Lionel berdehem pelan. “Aku tidak marah.”

Luella menatap Lionel datar. Coba lihat wajahmu itu, aku seperti melihat asap keluar dari kepalamu!

Eleanor tertawa. Kakak, berterimakasihlah padaku nanti, aku membantumu ini.

Luella bangkit. “Nah, karena pembicaraan kita sudah selesai, bagaimana kalau kita keluar dan melihat-lihat tempat ini?” tawar Luella.

Eleanor mengangkat tangannya. “Ayo berkeliling!”

Luella, Lionel dan Eleanor keluar dari tenda, mereka mulai berjalan bertiga, mereka berjalan melewati tenda-tenda milik para bangsawan, di mana mereka harus berhenti sejenak di beberapa tenda karena banyaknya bangsawan yang mulai mengerumuni mereka, menyapa ketiganya dengan berbagai ekspresi yang membuat Luella merasa muak. Tujuan sebenarnya dari jalan-jalan keliling ini adalah untuk mencari apakah bangsawan dari kelompok pemberontak datang atau tidak, dan secara mengejutkan, salah satu dari mereka datang, seorang Marquis yang sebenarnya memiliki sejarah panjang dalam melayani kaisar di setiap generasi, hal mengejutkan lainnya adalah fakta bahwa marquis itu membawa seorang arcbishop sebagai rekannya, membuat Luella jadi tahu bagaimana dia berani datang ke sini meski dia tahu bahwa tempat ini akan di serang.

Luella berkeliling bersama Eleanor dan Lionel selama lebih dari dua jam, mereka baru berhenti setelah Dwayne, salah satu anggota white phoenix datang dan memberi tahu Luella bahwa para kontestan sudah mulai kembali satu persatu. Ketiganya kemudian kembali ke tempat di mana para kontestan akan berkumpul, di sana sudah ada Emanuel dan Alkaid yang sedang mengambil kertas dari para kontestan, dengan hewan buruan mereka yang sudah ada di sana, Luella menghampiri keduanya, ia mulai mengecek kertas itu satu persatu, dan meski banyak yang mendapatkan hewan sesuai yang diperintahkan, banyak juga yang akhirnya mendapatkan hewan yang salah karena mereka tidak bisa menemukan apa yang mereka cari.

Luella tersenyum, hari ini semuanya berlangsung dengan lancar, membuat Luella senang, ia jadi berpikir, mungkin saja mereka akan menyerang di hari ketiga, tepatnya saat puncak acara, tapi Luella tidak peduli, dia sudah menyiapkan semuanya, dan dia tidak akan membiarkan mereka merusak kesenangannya di sini.

Perburuan hari ini berakhir dengan tenang, beberapa peserta tereliminasi karena mereka membawa hewan yang salah meskipun perintahnya sudah jelas, menandakan bahwa mereka tidak akan bisa melaksanakan perintah dengan baik. Sama seperti hari pertama, hari kedua juga berjalan dengan lancar, membuat Luella semakin yakin bahwa serangan itu akan terjadi di hari ketiga.

Duel di hari ketiga berjalan lancar di awal, semua orang tampak menikmati setiap duelnya, meski beberapa hanya membutuhkan beberapa menit saja untuk menang, tapi beberapa duel juga terlihat sangat intens sehingga membuat penonton jadi semakin menikmatinya. Saat hari akan segera berakhir, Luella akhirnya mendapatkan laporan siaga tiga, artinya penyihir di sekitar area sudah mulai merasakan sihir hitam yang mulai meningkat drastis dan mereka juga sudah mulai melihat beberapa lingkaran pemanggil di sekitar area. Luella memberikan komando pertamanya, meminta pasukan Rondel dan pasukan putra mahkota untuk mulai bersiaga di posisi mereka, lalu saat laporan siaga dua di buat, Dean membuat situasinya dramatis dengan masuk ke arena dan berteriak bahwa ada monster yang menuju ke sini dari hutan.

Teriakan Dean berhasil membuat semua orang menjadi panik, namun, Luella langsung mencoba untuk menghentikan kepanikan itu dengan mengarahkan kedua pasukan tadi untuk mengawal para penonton dan kontestan menuju ke jalur pelarian yang sudah dia siapkan. Tentu saja, ini terjadi sebelum monsternya benar-benar bermunculan, Luella sengaja melakukan hal ini lebih awal agar mereka tidak terlalu panik nantinya, saat ini, lingkaran sihir itu hanya baru mulai aktif, akan butuh waktu sekitar lima belas menit sampai akhirnya monster bisa keluar dari lingkaran sihir itu.

Lionel dan Emanuel membantu para kontestan untuk segera meninggalkan posisi mereka, sementara Luella mengarahkan pasukan white phoenix untuk berdiri di depan hutan, tepat di mana monster diperkirakan akan bermunculan. White phoenix yang berdiri di sana tidaklah banyak, tapi tidak ada yang tahu sebanyak apa monsternya, berdirinya white phoenix, dengan Luella sebagai komandannya, membuat orang-orang menjadi semakin kagum terhadap pasukan ini, tapi yang tidak mereka tahu, pasukan Red phoenix dan black phoenix juga mengambil peran dalam rencana kali ini, mereka hanya belum menunjukkan diri untuk membuat para pemberontak yang ada di antara penonton lengah, mereka akan mengira bahwa White phoenix adalah satu-satunya pasukan yang akan menghadapi lautan monster yang mereka buat.

Luella tersenyum melihat semua kekacauan ini, kekacauan yang sesuai dengan apa yang ia rencanakan. “Baiklah, ayo kita lakukan ini.”

The Saintess' Twisted EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang