4 tahun kemudian.
Luella berdiri di depan pintu kediamannya, hari ini Emanuel akhirnya kembali ke ibu kota setelah delapan tahun tinggal di dukenom, Luella akhirnya kembali bertemu dengan temannya itu setelah delapan tahun hanya bertukar surat, alasan kepulanagan Emanuel tahun ini adalah untuk persiapan pewarisan gelar, tahun ini Emanuel sudah berusia tiga belas tahun, Emanuel akan resmi menjadi Viscount di usia lima belas tahun, tapi ia tetap harus memulai semua pekerjaannya sejak sekarang.
Kereta kuda yang membawa Emanuel dan Louis akhirnya terlihat masuk gerbang mansion Luella, Luella meremas kedua tangannya, entah kenapa ia merasa gugup, ia juga sudah tidak sabar untuk kembali bertemu Emanuel. Saat kereta kuda itu akhirnya berhenti, dan Emanuel turun dari kereta kuda, Luella dibuat terpana dengan sosok temannya itu, meski Emanuel baru berusia tiga belas tahun, tapi ketampanannya membuat ia terlihat seperti remaja berusia lima belas tahun. Rambut dan mata merahnya terlihat lebih cerah, dan ekspresi gelapnya sudah tidak ada lagi, yang ada hanya ekspresi lembut.
Luella terpana, ia bahkan tidak bisa berkata-kata, ia tetap diam, saat Lionel akhirnya menyapa Emanuel, menyalami temannya itu, sampai Emanuel berdiri di depannya dan Luella masih tetap diam.
“Hai, Luella, lama tidak bertemu,” sapa Emanuel.
Luella mundur beberapa langkah, wajahnya memerah sampai ke telinga. Gila, apa-apaan, kenapa dia sangat tampan! Aku pikir aku akan terbiasa karena Lancelot dan Lionel juga sangat tampan, tapi orang ini, tampannya benar-benar berbeda!
Lionel menatap Luella bingung, butuh sepersekian detik sampai dia akhirnya menyadari bahwa Luella mungkin baru saja jatuh cinta pada penampilan Emanuel. Lionel berdecak pelan, Luella melihat aku dan Lancelot setiap hari, tapi dia akan terus tergoda dengan setiap lelaki tampan yang dia temui, benar-benar menyebalkan!
“Luella?” Emanuel mencoba menyapa Luella lagi.
Luella tersadar, ia tertawa canggung. “Hai, Emanuel, lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?”
Emanuel tersenyum. “Aku baik, sangat baik, lebih baik lagi karena aku akhirnya bisa bertemu denganmu.”
Wajah Luella semakin memerah, ia kemudian mengipasi wajahnya dengan tangan. “Hahaha, begitu yah,” Luella berdehem. “Ah, ayo masuk, kau pasti lelah, kami sudah menyiapkan semuanya untuk kamu dan paman Louis.”
Emanuel menunduk. “Kau ... tidak mau memelukku?”
Luella melotot. Apa-apaan dia, kalau dia berkata seperti itu dengan wajah setampan itu, aku mana bisa menolak!
Lionel memukul punggung Emanuel keras. “Jangan menggodanya!”
Emanuel melirik Lionel. “Menggoda apanya, aku benar-benar ingin di peluk.”
Miles berdecak kesal. “Louis, apa yang kau ajarkan padanya?”
Louis tertawa, ia mendekatkan mulutnya ke telinga Miles lalu berbisik, “Aku hanya bilang, dia harus sedikit lebih berani untuk mengejar gadis yang dia suka.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Twisted Ending
FantasySebagai seorang saintess, Luella De Webster memiliki kewajiban yang tertumpu kepada dua pundaknya. Namun, apa jadinya kalau saintess yang seharusnya menjadi boneka kuil justru memilih untuk menyembunyikan identitasnya?