Deon, Luella dan Francessa kini berada di depan sebuah desa kecil yang tersembunyi di antara pegunungan salju dan hutan di perbatasan selatan Dukenom. Luella sempat mengalami sedikit kesulitan saat meyakinkan Deon untuk hanya membawanya sebagai escort, Deon bahkan menyarankan untuk menculik semua dwarf saja, tapi jelas Luella menolaknya, ia mau membangun bisnis yang adil dengan dwarf, karena itu dia mau datang sendiri dan bernegosiasi dengan para dwarf. Kedatangan mereka yang tanpa pemberitahuan ini jelas membuat para dwarf terkejut dan menjadi defensif, dwarf pada dasarnya bukanlah petarung, mereka tidak bisa bertarung, karena itu selama ini mereka memilih bersembunyi, mengingat seberapa berharganya barang-barang yang mereka buat, klan mereka sudah menjadi mangsa empuk bagi orang-orang serakah yang tidak bertanggung jawab.
Sebelum masalahnya semakin panjang, Luella mengeluarkan holy sword sebagai tanda bahwa dia bukanlah orang jahat, Luella bahkan meminta Deon untuk menjatuhkan pedangnya, agar para dwarf tidak merasa terancam.
“Kami ke sini dengan damai, kami hanya ingin menawarkan bisnis pada kalian,” ucap Luella.
Dwarf yang tertua, sepertinya sang kepala klan, maju, ia mengamati holy sword yang Luella pegang. “Ternyata, Saintess sudah muncul lagi,” ucapnya.
Sang dwarf kemudian mengambil pedang Deon, ia mengamatinya dengan teliti. “Teknologi manusia masih saja buruk, lihat pedang ini, sangat buruk.”
Luella menutup mulutnya, ia nyaris tertawa.
“Nona, kau sepertinya membangkitkan kekuatanmu terlalu cepat ya? Berapa usiamu, delapan tahun?” Dwarf itu bertanya santai.
“Hei, usiaku dua belas tahun!” seru Luella tak terima.
“Oh, kau lumayan pendek dibanding manusia-manusia seumuranmu,” ucap dwarf itu sedikit mengejek.
Lihat siapa yang bicara, dia sendiri juga pendek, berani-beraninya dia mengejekku. Luella menarik napas dalam-dalam. “Aku ke sini untuk berbicara bisnis, bisa kita mulai pembicaraannya sekarang, tuan dwarf?”
Dwarf itu melirik Luella. “Elbrotum, panggil aku Elbrotum.”
Luella tersenyum. “Baiklah kalau begitu, Elbrotum, ayo kita mulai pembicaraan bisnisnya.”
Elbrotum mengajak Luella ke salah satu rumah terbesar yang ada di desa kecil itu, mereka duduk di ruang tamu, sementara Deon berjaga di luar. Luella langsung mengutarakan tujuan utamanya datang ke desa ini, ia menjelaskan soal mana stone dan rencananya untuk membuat perhiasan yang bisa di jual sedikit lebih murah dari harga awalnya, Luella juga menelaskan dengan sangat rinci apa yang ia inginkan dari klan dwarf, selanjutnya Luella memberikan beberapa desain yang sudah ia siapkan.
“Rencanamu bagus, desainmu juga luar biasa, aku belum pernah melihat desain perhiasan seperti ini sebelumnya, tapi, apa yang akan kau tawarkan pada kami?” tanya Elbrotum.
Luella tersenyum. “Ada berapa dwarf di desa ini?”
“Enam puluh lima, kenapa?”
“Aku bisa membuatkan rumah besar untuk kalian di dekat tambang, rumah itu akan dilengkapi dengan semua yang kalian butuhkan untuk bekerja, aku juga akan mengirimkan pengawal untuk menjaga agar tidak ada yang bisa masuk atau keluar dari sana tanpa izin, dan aku akan menjamin makanan dan kebutuhan kalian, dan aku juga akan membayar semua dwarf yang ikut membuat senjata dan perhiasan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Twisted Ending
FantasySebagai seorang saintess, Luella De Webster memiliki kewajiban yang tertumpu kepada dua pundaknya. Namun, apa jadinya kalau saintess yang seharusnya menjadi boneka kuil justru memilih untuk menyembunyikan identitasnya?