Luela tertawa, tangannya menunjuk Lancelot dan Miles. “Berarti Papa dan kakak juga berbahaya.”
Ruby tertawa melihat wajah Miles dan Lancelot yang tampak sangat terkejut mendengar ucapan Luella, sementara Lionel membuang muka, menahan tawa.
Luella tertawa. “Aku bercanda.”
Miles tersenyum, ia mengusap rambut Luella lembut. “Luella, menurutmu, apa yang harus kita lakukan untuk Emanuel?” tanya Miles.
Luella tertegun, ia berpikir sejenak sebelum menjawab, “Hmmm, menurutku, Papa bisa mengambil alih hak asuh Emanuel, Emanuel bisa ikut kakak dalam kelas persiapan penerus, lalu sementara, papa juga bisa mengambil alih wilayah dan semua aset keluarga Rondel sampai Emanuel siap untuk mengambil semua itu kembali ...,” Luella menghentikan ucapannya ketika melihat ekspresi terkejut keluarganya dan Lionel. Ah, sial, aku bicara terlalu banyak.
Miles tersenyum. “Begitu rupanya, kalau Luella mau seperti itu, papa bisa melakukannya, tapi mungkin papa akan memberi sedikit perubahan dari rencana itu.”
Luella berdehem. “Luella hanya menyarankan,” lirih Luella.
Miles mengusap rambut Luella. “Iya Papa tahu, Papa bangga karena Luella sudah bisa berpikir sampai sejauh itu,” puji Miles.
“Ayah, benar, Luella, jangan-jangan kamu seorang jenius!” seru Lancelot semangat.
Luella menggeleng cepat. “Jenius apanya!”
Lancelot menggenggam tangan Luella. “Luella, bagaimana kalau kamu saja yang menjadi Grand Duke selanjutnya? Kakak tidak keberatan menyerahkan posisi penerus pada Luella.”
Luella menarik tangannya. “Jangan bercanda! Aku tidak mau jadi Grand Duke, kalau aku jadi Grand Duke, nanti kakak bagaimana?” seru Luella tak santai.
“Tentu saja kakak akan menjadi seperti paman Louis,” balas Lancelot santai.
Luella memegangi kepalanya yang mendadak terasa berat. Astaga, dia kenapa tiba-tiba jadi begini sih! “Aku tidak mau jadi Grand Duke!”
Lancelot tertawa. “Oke, oke, maaf, kakak hanya bercanda,” ucap Lancelot.
Luella memukul punggung Lancelot keras. “Jangan bercanda seperti itu!” seru Luella kesal.
Miles berdehem. “Tapi Papa jadi penasaran, kenapa Luella tidak mau jadi Grand Duke?” tanya Miles.
Ruby dan Lionel yang tadinya hanya menonton jadi ikut penasaran, keduanya menatap Luella dengan serius.
Luella menghela napas pelan kemudian berucap, “Tentu saja karena jadi Grand Duke itu merepotkan, coba lihat kantung mata Papa, jangankan Papa, paman Louis dan paman Deon saja sudah terlihat seperti mayat hidup, aku tidak mau menjadi seperti itu!”
Miles tersentak, sementara itu Ruby langsung tertawa keras mendengar jawaban ajaib dari putrinya itu.
“Luella, pilihanmu tepat, jangan mau menjadi Grand Duke.” Ucap Ruby setelah berhasil menghentikan tawanya.
Luella balik menatap sang ibu dengan tatapan penasaran. “Mama, kenapa mama menikah dengan Papa?” tanya Luella lugas.
Ruby kembali tertawa, kali ini ia tertawa sampai air matanya keluar. “Mama juga tidak tahu, kira-kira kenapa ya?”
Luella tersenyum. “Aku tahu kenapa, sepertinya karena Papa itu tampan dan kaya!” seru Luella semangat.
Tawa Ruby semakin pecah, Ruby mencubit pipi Luella gemas. “Ah, kamu ini memang putri Mama,” ucap Ruby gemas.
Lancelot menarik baju sang ayah, mengisyaratkan ayahnya untuk sedikit menunduk. Miles menunduk, Lancelot kemudian berbisik. “Papa, berarti nilai papa hanya pada harta dan wajah papa saja.”
Miles tertegun, ia memaksakan senyumnya. “Saat kau besar nanti kau akan mengerti semua ini lebih baik lagi.”
Lionel tertawa, Grand Duke Miles, orang yang paling ditakuti di kekaisaran, yang bahkan kaisar sendiri selalu berhati-hati terhadapnya, sekarang ini hanyalah seorang ayah yang tidak bisa menang dari anaknya sendiri.
Lionel tersenyum. Hah ... seumur hidupku aku pikir aku tidak akan pernah merasakan iri, tapi sekarang ini aku benar-benar iri dengan keluarga ini.
*
Lionel berdiam di kamarnya, di depannya ada setumpuk kertas dan buku yang akhir-akhir ini ia pelajari, mulai dari sihir, politik, sampai buku tentang monster. Lionel akhir-akhir ini sedang memfokuskan diri dalam memperlajari semua hal tentang monster, bukan karena ia tertarik, tapi karena banyaknya laporan yang masuk tentang aktifitas monster di perbatasan dan bahkan terkadang ia mendengar bahwa monster sampai masuk ke pemukiman warga.
Lionel mengambil bukunya, dari dulu, ia selalu menuliskan setiap masalah yang ada di kekaisaran, ia menulisnya dengan tujuan agar ia bisa memperbaiki semua masalah itu saat posisinya sudah jelas, tapi akhir-akhir ini, Lionel sudah tidak lagi mendengar gosip-gosip dari pelayan karena ia jarang berada di istana kecuali saat malam dan saat ia memiliki kelas, ia bahkan sudah sangat jarang mengunjungi ibunya karena ia lebih sering menghabiskan waktunya di kediaman Webster.
Lionel menyenderkan kepalanya. “Hah ... akhir-akhir ini pikiranku hanya dipenuhi oleh Luella.”
Lionel memejamkan matanya, ia ingat pertama kali ia mulai menuliskan permasalahan di kekaisaran adalah sekitar dua tahun yang lalu, ketika ia mendengar tentang melemahnya perisai pelindung kekaisaran. Kekaisaran ini memang memiliki perisai yang dibuat oleh saintess pertama dan kaisar pertama lebih dari dua ribu tahun yang lalu, perisai itu kemudian terus diperkuat menggunakan divine power, sayangnya, dalam seratus tahun terakhir, pemilik divine power semakin sedikit, kalaupun ada yang memiliki divine power, mereka rata-rata enggan untuk masuk ke kuil, karena semenjak kaisar sebelumnya naik tahta, kuil yang tadinya menjadi tempat teraman dan tersuci di kekaisaran, perlahan menjadi tempat paling busuk yang dipenuhi oleh orang-orang yang haus kekuasaan, diskriminasi di kuil juga sangat kuat, membuat para pemilik divine power memilih untuk menyembunyikan kekuatan mereka.
Ini adalah masalah pertama yang berhasil menarik perhatian Lionel, membuat Lionel berubah dari pangeran kecil yang selalu mencari perhatian dari sang kaisar, menjadi putra mahkota yang hanya ingin segera mengamankan posisinya, dan melengserkan ayahnya dari kursi kaisar, ia ingin mengembalikan kekaisaran ke masa jayanya, ke masa saat kekaisaran masih dipimpim oleh kakeknya. Lionel kembali mengingat hari pertama ia bertemu dengan Luella, hari itu, ia keluar untuk mencari seseorang, sayangnya bukannya bertemu orang yang ia cari, ia justru bertemu dengan kelompok perampok, ia berniat membiarkan saja mereka mendapat apa yang mereka mau, tapi siapa sangka, seorang nona bangsawan yang bahkan lebih kecil darinya mau maju dan menolongnya.
Saat itu, Lionel benar-benar terlalu terpana dengan sosok Luella yang menariknya berlari keluar dari gang kecil itu, sosok kecil Luella benar-benar terlihat bersinar di matanya, Luella tidak tahu, bahwa hari itu, ia tidak hanya menyelamatkan Lionel dari gang sempit itu, ia juga menyelamatkan Lionel dari langit gelap di kehidupannya, karena sejak Luella menarik tangannya keluar dari gang kecil itu, Lionel seakan melihat bintang yang bersinar terang di langit yang gelap, Lionel tidak mau melepaskan tangan itu. Saat ia akhirnya bertemu dengan keluarga Luella, Lionel, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia melihat apa itu keluarga normal, meski Lancelot dan Miles selalu terlihat was-was padanya, tapi entah kenapa Lionel merasakan kehangatan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, Lionel tidak mau kehilangan kehangatan ini, Lionel tidak mau kehilangan Luella.
Lionel membuka matanya. Luella, kau tidak akan meninggalkanku kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Twisted Ending
FantasySebagai seorang saintess, Luella De Webster memiliki kewajiban yang tertumpu kepada dua pundaknya. Namun, apa jadinya kalau saintess yang seharusnya menjadi boneka kuil justru memilih untuk menyembunyikan identitasnya?