Twisted Ending [7]

475 42 17
                                    

Luella, Lionel dan Emanuel duduk di gazebo dengan canggung, tidak satupun dari mereka yang terlihat ingin membuka percakapan, keheningan menyesakkan ini tentu saja membuat ketiganya merasa tidak nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luella, Lionel dan Emanuel duduk di gazebo dengan canggung, tidak satupun dari mereka yang terlihat ingin membuka percakapan, keheningan menyesakkan ini tentu saja membuat ketiganya merasa tidak nyaman.

Lionel berdehem, memecah keheningan. “Luella, aku tadi lupa memberikan ini padamu,” ucap Lionel sembari menyerahkan kotak kecil pada Luella.

Luella mengerutkan keningnya. “Ini apa?” tanya Luella.

Lionel tersenyum. “Kau menunggu hadiah itu kan?”

Luella melotot, senyumnya mengembang, ia mengambil kotak itu dengan senang hati. “Terima kasih,” ucap Luella tulus.

“Sama-sama,” balas Lionel lembut.

“Oh, benar juga, Tuan Muda, apa yang Anda lakukan di taman saya?” tanya Luella mencoba membawa Emanuel masuk ke obrolan mereka.

“Emanuel saja, Nona, lalu jangan berbicara formal pada saya, bagaimanapun juga, kedudukan Anda lebih tinggi dari saya,” ucap Emanuel.

Luella tersenyum. “Baiklah kalau begitu, Emanuel, apa yang kau lakukan di tamanku?” tanya Luella sekali lagi.

“Saya tadi berjalan-jalan di mansion, lalu sebelum saya menyadarinya, saya sudah berada di sana,” jawab Emanuel sopan.

Wah ... dia berbohong tanpa berkedip, batin Luella takjub.

Lionel baru akan membuka mulutnya saat Margaret tiba-tiba datang dengan kotak obat di tangannya. “Nona, kotak obatnya,” ucap Margaret sembari menyerahkan kotak obat itu pada Luella.

Lionel berdecak. “Hei, kenapa memberikannya pada Luella?”

Margaret tersentak, sementara Luella hanya tersenyum sembari mengambil kotak obat itu. “Lionel, jangan berlebihan, Margaret hanya tidak berani mengobati Emanuel.”

Luella mulai mengobati kaki dan tangan Emanuel yang terluka, ia juga mengoleskan krim pada pipi Emanuel yang memerah, selama pengobatan ini Lionel terus menatap Emanuel dengan tatapan tidak suka, sementara Emanuel sendiri terlalu kagum dengan perlakuan Luella sehingga ia tidak merasakan tatapan mematikan Lionel.

“Nah, sudah selesai,” ucap Luella sembari menutup kotak obatnya.

Lionel merangkul Luella. “Kalau sudah selesai, ayo masuk, udaranya semakin dingin,” ajak Lionel.

Luella bangkit, ia kemudian mengulurkan tangannya pada Emanuel. “Ayo masuk.”

Emanuel tersenyum, ia menggenggam tangan Luella, membuat Lionel langsung cemberut, Luella yang menyadari raut kesal Lionel langsung menarik tangan temannya itu dan menggenggamnya dengan erat.

“Ayo masuk!”

*

Malam ini Luella tidak bisa tidur sama sekali karena memikirkan urusan sang ayah dengan keluarga Viscount, ia benar-benar tidak mau ayahnya terlibat dengan apapun yang Viscount gila itu rencanakan. Luella bangkit, ia memilih untuk melihat hadiah dari Lionel untuk menghilangkan semua pikiran negatifnya, Luella mengambil kotak hadiah Lionel kemudian membukanya. Luella dibuat terpana dengan apa yang ada di dalamnya, sebuah kalung dengan liontin permata yang memiliki warna serupa dengan warna matanya. Luella mengambil kalung itu, dan saat itu juga ia langsung menjatuhkan kalungnya, ia merasakan energi besar dari kalung itu.

“Ini jangan-jangan ... mana stone? Lionel ... dia sudah gila ya?” gumam Luella geram.

Mana stone, sebuah batu permata khusus yang menjadi sumber dari majunya teknologi di kekaisaran, mana stone adalah batu yang bisa menampung sihir dalam jumlah besar. Mana stone memiliki banyak kegunaan, tergantung tingkat kemurniannya, mana stone umumnya bisa menyimpan satu sihir khusus, seperti sihir penghangat, pendingin, dan yang lainnya, tapi mana stone murni bisa menyimpan beberapa jenis sihir, seperti sihir pelindung dan sihir komunikasi. Dalam novelnya, mana stone murni yang menjadi perhiasan biasanya diberikan saat melamar, ini adalah pengetahuan umum yang harusnya diketahui oleh semua penduduk kekaisaran.

Luella menarik napas dalam-dalam. Luella, tenang, dia mungkin tidak tahu apa arti dari kalung ini. Luella menghembuskan napas kasar. Baiklah, besok aku pasti akan menanyakannya!

Luella kembali mengambil kalung itu, ia tersenyum tipis. “Hah ... benar-benar.”

Ekspresi Luella berubah ketika mengingat satu masalah lain yang keluarganya hadapi di dalam novel. Keluarga Webster, merupakan pemilik dari seluruh tambang mana stone di kekaisaran, hal ini tentu bukan saja karena mereka kaya, tapi juga karena semua tambang itu berada di wilayah Northern Dukenom, karena itulah banyak sekali bangsawan yang mencoba menjadi rekan bisnis Webster, banyak juga yang terang-terangan menyerang Dukenom dengan alasan perang wilayah. Perang wilayah sebelumnya tidak diperbolehkan pada masa kaisar sebelumnya, tapi kaisar saat ini sangat menyukai perang, dia jiga sering menggunakan perang wilayah ini untuk menyingkirkan bangsawan-bangsawan yang menurutnya merepotkan. Tentu saja Webster tidak lepas dari semua skema-skema licik kaisar, dalam tujuh tahun terakhir, Dukenom menerima lebih dari lima deklarasi perang wilayah, dan tentu saja Dukenom selalu bisa mengatasi semua perang itu dengan mudah.

Dalam novelnya, tambang mana baru akan ditemukan di perbatasan wilayah Dukenom dan wilayah lainnya, menimbulkan konflik besar karena pihak lain yang pertama kali menemukan tambang itu, hal ini terjadi saat Webster baru bangkit dari tuduhan bisnis illegal karena kerjasamanya dengan Viscount Rondel, karena itu Webster benar-benar kewalahan sehingga membuat mereka pada akhirnya menyerahkan sebagian wilayahnya pada penemu tambang.

Luella memegangi kepalanya yang mulai terasa berat. “Hah ... kenapa penulis memberikan konflik yang beruntun begini sih!” geram Luella.

Luella memasukan kalungnya kembali ke kotak, ia kemudian mengembalikan kotaknya ke laci dan langsung berbaring di kasurnya. “Kepalaku rasanya mau pecah,” lirih Luella.

Luella menutupi wajahnya dengan tangan, ia mencoba memejamkan matanya, begitu matanya terpejam, ia tiba-tiba mendengar suara seseorang yang memanggilnya dari kejauhan, membuat ia kembali membuka matanya. Luella dibuat terkejut ketika mendapati dirinya berada di ruang hampa, sejauh mata memandang, ia hanya melihat warna putih.

“Apa ini? Mimpi?” gumam Luella bertanya entah pada siapa.

Luella.

Luella tersentak, ia mencoba mencari sumber suara yang memanggilnya itu, sayangnya ia tidak bisa menemukan siapapun di ruang hampa ini selain dirinya.

Luella.

Luella mulai kesal, suara itu terus memanggilnya tanpa mau menunjukkan wujudnya. “Siapa?” tanya Luella dengan nada kesal.

Akhiri ...

Luella mengerutkan keningnya, sekarang suara itu mulai terdengar samar, sangat samar sampai Luella tidak bisa menangkap apa pun yang suara itu katakan.

“Bicara lebih keras, suaramu mulai menghilang.” Teriak Luella.

Suara itu kembali terdengar, kali ini sangat-sangat samar, dan sebelum Luella sempat bertanya lagi, ruang hampa itu mulai memudar, dan Luella terbangun dari mimpinya. Luella langsung duduk, ia mengambil air yang tersedia di samping ranjangnya dan langsung meminumnya sampai habis.

“Astaga, apa-apaan mimpi tadi?” gumam Luella merinding.

“Oh, Nona, Anda sudah bangun?”

Luella menoleh, di belakangnya, Margaret berdiri dengan senyum ramahnya, sama seperti biasanya. “Pagi, Margaret,” sapa Luella.

“Pagi, Nona. Mari saya bantu bersiap, Tuan dan Nyonya sudah menunggu di ruang makan,” Margaret membalas dengan sopan.

Luella turun dari ranjangnya, membiarkan Margaret mulai melepas bajunya. “Bagaimana dengan kakak? Apa dia tidak sarapan bersama pagi ini?” tanya Luella.

Margaret tersenyum. “Tuan muda mungkin akan sedikit terlambat, beliau sedang melakukan latihan pagi.”

Luella terdiam sejenak kemudian berucap, “Kalau begitu, aku akan menjemput kakak dulu!”

The Saintess' Twisted EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang