4 years later.
Empat tahun berlalu dengan cepat, Luella kini sudah berusia delapan tahun, sementara Lionel sudah berusia sepuluh tahun, selama empat tahun ini, hubungan mereka menjadi semakin dekat, terlebih setelah Lionel akhirnya menjadi murid berpedang ayahnya, Luella jadi lebih sering bertemu dengan Lionel karena latihan itu. Sementara itu, Lancelot yang tahun ini sudah menginjak usia tiga belas tahun, sudah mulai disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan kecil yang sudah mulai diberikan padanya, dan juga semua pelajaran yang mulai semakin padat.
Hubungan Luella dan Emanuel juga tetap terjaga, mereka sering bertukar surat, begitu juga Lionel yang terkadang ikut mengirim surat pada Emanuel, empat tahun ini, Emanuel sama sekali tidak kembali ke ibu kota, sementara Luella dan keluarganya juga belum bisa kembali ke Dukenom karena Miles dan Ruby masih merasa mereka harus terus menjaga Lionel, dan tentu saja, meski Louis mengerti dengan alasan kakaknya itu, ia tetap sesekali datang untuk mengeluh dan mendesak agar sang kakak memberikannya beberapa bantuan lagi. Tentu saja, Miles terkadang menuruti permintaan Louis, terkadang ia juga mengabaikannya, lagipula, Miles juga rutin pergi ke Dukenom tiga bulan sekali untuk sekedar mengecek keadaan, Miles akan tinggal di dukenom selama satu minggu lalu kembali lagi ke ibu kota, jadi sejujurnya, Miles bukannya menyerahkan semuanya pada Louis begitu saja.
Luella akhir-akhir ini mulai berlatih menggunakan beberapa senjata, seperti panah, belati dan pedang, tentu saja Lancelot dan Miles awalnya menolak gagasan Luella yang belajar berpedang, tapi dengan desakan dari Luella dan Ruby, mau tak mau, mereka jadi setuju. Luella juga kembali memulai latihan sihirnya lagi, Alkaid mengatakan bahwa tubuhnya sudah kuat untuk menggunakan sihir tingkat lanjut, karena itu Alkaid kembali melanjutkan pelatihannya.
Empat tahun adalah waktu yang cukup bagi Lionel untuk mengetahui bahwa Luella merupakan saintess yang akhirnya muncul kembali setelah sekian lama, dan tentu saja, hal ini membuat Lionel semakin bertekad untuk melindungi Luella mengingat kegilaan kuil saat ini. Semuanya berjalan sangat mulus selama empat tahun ini, tapi Luella belum bisa tenang, karena mulai saat ini, akan banyak masalah yang menimpanya, dalam novelnya, tahun ini adalah tahun di mana Lionel kehilangan semuanya, tahun ini, adik dan ibu Lionel akan terbunuh, bukan hanya itu, Lancelot juga akan menghadapi banyak kegilaan di tahun ini, karena itu, Luella benar-benar tidak mau menurunkan kewaspadaannya, ia akan melindungi orang-orangnya, ia akan melindungi kebahagiaannya.
“Luella, kau melamum lagi.”
Luella tersentak, ia dengan cepat mengganti ekspresinya ketika melihat Lionel yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya.
“Ah, Lionel ada apa?” tanya Luella.
Lionel menghembuskan napas kesal. “Seharusnya aku yang bertanya, ada apa sebenarnya? Akhir-akhir ini kau sering sekali melamun.”
Luella tersneyum. “Maaf, aku hanya sedikit lelah, kau butuh sesuatu?”
Lionel mengacak rambut Luella gemas. “Cobalah beristirahat sebentar, jadwal belajarmu semakin padat dalam sebulan terakhir.”
Luella tertawa canggung. “Jangan khawatir, aku melakukan semua ini karena aku suka, jadi kalaupun aku lelah, aku tetap puas.” Lagian, ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan semua jadwalku dikehidupanku yang sebelumnya.
Lionel tampak berpikir sejenak, ia kemudian menjentikan jarinya. “Begini saja, ayo kita ke pasar ibu kota!”
Luella terdiam sejenak. “Hmm, pasar ibu kota ya ...” Luella menjeda ucapannya, “Ide bagus, kalau begitu ayo izin Papa!”
*
Luella dan Lionel berhasil mendapatkan izin dari Miles untuk berjalan-jalan di pasar ibu kota, meski mereka harus membawa tiga pengawal, tapi Luella berhasil membuat ketiganya terlihat seperti orang biasa, Luella benar-benar tidak ingin menarik perhatian di pasar. Luella dan Lionel berkeliling di pasar, membeli beberapa makanan dan juga barang-barang lucu yang berhasil menarik perhatian Luella.
Lionel membeli sebuah gelang cantik yang terbuat dari batu berwarna-warni, ia kemudian memberikannya pada Luella. “Suka tidak?”
Luella memeluk Lionel erat. “Tentu saja, kau yang membelikan ini, aku pasti suka.”
Wajah Lionel memerah, ia berdehem, mencoba menghilangkan kegugupannya. “Baguslah kalau begitu.”
Luella melepaskan pelukannya, ia kemudian memasangkan bros di baju Lionel, sebuah bros sederhana berwarna merah. “Hehe, aku tahu warna ini pasti cocok untukmu,” ucap Luella bangga.
Lionel terpaku, senyum Luella berhasil membuat dadanya terasa aneh, wajah Luella saat ini terlihat lebih cerah dari pada biasanya, membuat Lionel mendadak merasa gugup.
Luella menarik Lionel, mengajak temannya itu untuk kembali berkeliling pasar, saat mereka akhirnya sampai di tengah-tengah pasar, orang-orang disekitar mereka menjadi semakin banyak, membuat genggaman tangan mereka tanpa sengaja terlepas, Luella dan Lionel terpisah, dan Luella bahkan tidak bisa menemukan satu pun pengawalnya.
“Ah, aku tersesat ... lagi,” lirih Luella setelah ia berhasil keluar dari kerumunan orang yang nyaris membuat ia mati kehabisan napas.
Luella menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sepertinya aku memang tidak ditakdirkan untuk berada di sini, entah kenapa setiap aku pergi ke sini, aku selalu terpisah dengan rombonganku. Batin Luella miris.
Luella membungkuk, memberihkan bajunya yang berdebu, siapa sangka, seseorang tiba-tiba berlari kearahnya, menabraknya dan membuat ia dan sang penabrak jatuh bersamaan. Luella mengerang, tangannya terkilir karena ia menggunakannya untuk menopang tubuhnya, kakinya sepertinya juga terkilir karena sepatu tingginya.
“Astaga, maafkan aku, kau baik-baik saja?”
Luella mendongak, menatap orang yang baru saja menabraknya itu, dan saat itu juga, Luella langsung mengenali sosok di depannya, rambut pirang dan mata emas, dia adalah Eleanor, salah satu dari dua pemilik elemen cahaya di kekaisaran. “Tuan putri?”
Eleanor melotot. “Kau mengenaliku?” tanya Eleanor kaget.
Luella berkedip beberapa kali. “Siapa yang tidak akan mengenali Anda dalam penampilan itu?”
Eleanor terdiam sejenak, kemudian tertawa canggung.
Luella bangkit, ia sedikit meringis merasakan sakit di kakinya, ia tidak bisa menggunakan sihirnya karena cincin penyamarannya, ia tidak khawatir akan mengembalikan warna asli rambutnya, ia hanya tidak mau matanya berubah di depan Eleanor. Eleanor bergerak membantu Luella, tapi tubuhnya yang jauh lebih kecil dari Luella justru membuat keduanya semakin kesulitan.
“Maaf, pasti sakit ya?” Eleanor bertanya dengan nada bersalah.
Luella tertawa. “Tidak apa-apa, ini hanya sakit sedikit,” balas Luella menenangkan. “Omong-omong, kenapa Anda berlarian di sini sendirian?” tanya Luella.
“Aku tadi sedang belanja gaun bersama pelayan dan beberapa pengawal, tapi aku terpisah dari mereka saat aku mengejar balonku tadi,” jawab Elenaor.
Luella menghela napas pelan. Balon dia bilang? Eleanor, kau benar-benar ... “Biar saya lanjutkan, Anda pasti tersesat.”
Eleanor tertawa hambar. “Yah, begitulah.” Eleanor berdehem. “Jadi, eumm kamu sendiri siapa? Apa yang kamu lakukan di sini sendirian? Dari pakaianmu, sepertinya tidak mungkin kamu hanya rakyat biasa.”
Luella tersenyum. “Saya Luella, Luella De Webster, kebetulan saya sedang berjalan-jalan ...,”
“Ahhhhhh! Kau teman kakaku!” seru Eleanor memotong perkataan Luella.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Twisted Ending
FantasySebagai seorang saintess, Luella De Webster memiliki kewajiban yang tertumpu kepada dua pundaknya. Namun, apa jadinya kalau saintess yang seharusnya menjadi boneka kuil justru memilih untuk menyembunyikan identitasnya?