Luella masuk ke masion dengan wajah senang, meski ia lelah, ia sangat senang karena akhirnya ia bisa memiliki kudanya sendiri, Luella berjalan sembari bersenandung pelan, langkahnya kemudian terhenti ketika ia melihat sosok Emanuel yang sedang berbincang dengan Lionel di depan ruangannya. Luella berlari dan memeluk Emanuel dari belakang, membuat Emanuel tersentak kaget.
“Astaga, Luella, kau mengejutkanku,” ucap Emanuel.
Luella melepaskan pelukannya, ia menggandeng tangan Emanuel. “Kapan kau datang ke sini?” tanya Luella.
“Kami baru sampai,” jawab Emanuel.
Luella menarik tangan Lionel lalu membawa kedua temannya itu masuk ke ruangannya, Luella kemudian meminta Margaret untuk membawakan camilan dan teh untuk mereka.
“Emanuel, kemana saja kau tiga bulan ini? Kau sama sekali tidak mengunjungiku, benar-benar jahat,” Luella cemberut mengingat bagaimana Emanuel yang jadi jarang mengiriminya surat dan jarang juga menemuinya.
Emanuel tertawa. “Maaf, aku sedang menyiapkan toko lainnya yang akan buka di wilayah Rondel, dan aku juga sedikit sibuk menyiapkan pesta peresmian gelarku sebagai Viscount.”
Luella menarik kedua temannya untuk duduk di sofa bersamanya. “Oh, jadi itu sudah dekat ya? Kapan tepatnya?” tanya Luella.
“Jangan khawatir, itu masih cukup lama, mungkin enam bulan lagi.” jawab Emanuel.
Luella berdecak pelan. “Jangan terlalu memaksakan diri, lihat matamu itu, sudah seperti orang yang tidak tidur sebulan, kau pasti tidak tidur dengan teratur kan?”
Lionel tertawa pelan, Luella yang sedang mengomel begini benar-benar mirip dengan Ruby.
“Jangan tertawa!” ucap Luella kesal. Luella memegangi kepalanya, “Kau juga sama saja, kalau kalian begini bisa-bisa wajah kalian menua sebelum waktunya!” lanjut Luella.
Emanuel dan Lionel saling bertatapan sejenak, tawa mereka pecah, wajah kesal Luella di tambah dengan gerakan kepalanya yang menoleh ke kiri kanan karena posisinya yang di tengah membuat Luella terlihat seperti anak kecil yang kehilangan mainannya.
“Luella, hari ini kau tampak sangat senang, ada apa?” tanya Emanuel mengalihkan topik, sebelum Luella mengoceh lebih lama lagi.
Luella tersenyum senang. “Hari ini aku dapat kuda baru dari papa!” seru Luella senang.
Lionel tersenyum. “Akhirnya kau mendapatkan kudamu juga, pantas saja kau sangat senang.”
Luella tersenyum. “Bukan itu saja yang spesial, tapi karena kudanya dari Papa, rasanya jadi lebih spesial,” ucap Luella semangat.
Lionel dan Emanuel tersenyum, ini adalah sisi lain dari Luella yang jarang sekali ia lihat, Luella bahkan tidak bereaksi seperti ini saat ayahnya memberikan tambang kepadanya, ia juga bereaksi biasa saja saat nama Snowgarde Guild melejit, dia bahkan terlihat biasa saja saat tambangnya mengalami sukses besar. Luella menunjukkan reaksi lucu ini saat dia mendapat hadiah kecil yang paling ia suka, dan reaksi lucunya ini selalu membuat keduanya semakin tidak bisa mengalihkan matanya dari Luella.
Luella menepuk pipinya beberapa kali. “Oke sudah cukup senang-senangnya, kalian berdua tadi membicarakan apa di luar?” tanya Luella.
“Ah, itu tentang para pemberontak, sir Alkaid mendapatkan jadwal pertemuan mereka dari penyelidikannya selama dua bulan ini, dan kebetulan, malam ini adalah jadwal pertemuan mereka, jadi sir Alkaid dan dua penyihirmu itu sedang menyiapkan semuanya untuk memata-matai malam ini," jawab Lionel.
Luella mengangguk. “Pantas saja aku tidak melihat Francessa atau pun Elaine yang biasanya selalu di ruangan ini.”
“Sejujurnya, tiga penyihir itu terlihat sangat suram, kenapa mereka tidak pernah keluar sendirian sih? Kau tidak mengizinkan mereka?” tanya Emanuel.
“Apa aku terlihat seperti orang jahat di matamu? Aku terkadang sampai harus mengusir mereka karena mereka tidak mau berhenti bekerja!” jawab Luella tak santai.
“Sulit di percaya mereka adalah murid dari sir Alkaid, penyihir paling bebas yang pernah ada,” lirih Lionel.
Luella menghela napas pelan. “Mereka berdua terlalu kompeten, terkadang pekerjaanku habis dikerjakan oleh mereka, aku hanya kebagian mengecek semuanya, benar-benar pekerja keras,” ucap Luella.
“Yah, setidaknya mereka membantumu,” Emanuel berucap santai.
Luella tertawa. “Sebenarnya dua tahun belakangan ini mereka mencoba seribu satu cara agar bisa melakukan sumpah padaku, tapi aku selalu menolak.”
“Kau juga aneh, mendapat sumpah dari mereka itu bagus tahu,” ucap Lionel sedikit mencibir.
“Lionel, biar aku ingatkan lagi, ada lima puluh anggota white phoenix yang memberikan sumpah mereka padaku, dan juga ada satu klan dwarf yang juga mendedikasikan hidup mereka untukku, kau pikir memikirkan mereka semua itu mudah?” sinis Luella.
“Luella, aku sudah mengatakan ini berkali-kali, tapi akan aku katakan lagi, mereka sendiri yang mau memberikan sumpahnya padamu, kau tidak perlu memikirkan mereka sampai sebegitunya,” ucap Emanuel.
“Dan biar aku katakan ini untuk yang kesekian kalinya juga, aku tidak bisa mengabaikan mereka begitu saja, aku merasa bertanggung jawab,” balas Luella.
Lionel bersandar. “Ngomong-ngomong soal White phoenix, mau sampai kapan kamu mau mempertahankan jumlah mereka? Bukankah ini sudah saatnya kamu merekrut lebih banyak ksatria untuk menjadi anggota white phoenix?”
“Dan membiarkan mereka melakukan sumpah itu lagi? Hahaha, aku tidak mau,” ucap Luella cepat.
“Tapi kalau begini terus, White phoenix tidak akan memiliki masa depan, kau tidak mau pasukan hebat ini menghilang begitu saja kan?” Emanuel mencoba menggoyahkan keyakinan Luella.
Luella menghela napas pelan. “Aku tidak tahu, bagaimanapun juga aku tidak pernah mengurus pasukan begini, terlebih lagi, Papa selalu menolak jika aku menawarkan white phoenix untuk ikut dalam perburuan monster. Aku jadi harus memaksa dulu agar Papa mau membawa mereka.”
“White phoenix ada untuk melindungimu, tentu saja mereka hanya akan ada di tempat di mana kau berada,” ucap Emanuel santai.
“Dari yang aku lihat anggota black phoenix sudah mencapai setengah dari anggota red phoenix, dari tiga phoenix ini, white phoenix bisa dibilang tertinggal jauh, kau harus memberi mereka anggota baru, misi baru, dan banyak hal baru agar mereka tidak menumpul,” sambung Lionel.
Luella melirik Lionel sinis. “Jangan mengejek mereka, walaupun jarang beraksi, kemampuan berpedang mereka tetap sekelas dengan dengan sword master.”
“Luella, bukan itu poinnya, Lionel hanya mau kau tahu bahwa ksatria tetap harus mengasah kemampuan mereka, dengan memiliki junior di pasukan, mereka pasti akan selalu mengasah kemampuan mereka sembari membimbing juniornya.” Ucap Emanuel.
“Dua tahun ini, aku kesulitan untuk mengingat semua nama Dwarf dan ksatria white phoenix, kalau aku menambah anggota lagi, aku pasti tidak akan sanggup mengingat semua nama mereka lagi,” lirih Luella.
Emanuel dan Lionel saling menatap, mereka kompak menghela napas lelah. “Luella, kenapa kau selalu mengkhawatirkan hal-hal kecil seperti ini sih?” tanya keduanya kompak.
“Hei, setidaknya kalau aku mau mempekerjakan seseorang dengan sumpah seperti itu, hal terkecil yang bisa aku lakukan adalah mengingat nama mereka, aku tidak mau mereka merasa terbuang setelah melakukan sumpah itu padaku,” ucap Luella dengan nada kesal.
“Begini saja, bagaimana dengan membatasi pendaftarnya, lalu menyeleksi mereka dan hanya yang terbaik yang bisa masuk ke white phoenix, jadi, kau tidak perlu menambah banyak orang,” saran Lionel.
Luella berpikir sejenak. “Ide bagus, sepertinya sepuluh orang saja sudah cukup, iya kan?”
Lionel dan Emanuel kompak berucap, “Bukan sesedikit itu juga, Luella!”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Twisted Ending
FantasySebagai seorang saintess, Luella De Webster memiliki kewajiban yang tertumpu kepada dua pundaknya. Namun, apa jadinya kalau saintess yang seharusnya menjadi boneka kuil justru memilih untuk menyembunyikan identitasnya?