Rapat bangsawan berakhir dengan para bangsawan yang akhirnya menawarkan untuk menambahkan budget untuk pestanya, begitu keluar dari ruang rapat itu, Luella memacu kakinya agar ia cepat sampai di kamarnya, setelah masuk ke kamar, Luella melemas, ia langsung jatuh terduduk, membuat Deon dan Francessa panik.
“Nona, ada apa?” tanya keduanya panik.
Luella tertawa. “Tidak apa-apa, aku hanya sedikit lemas, aku tidak percaya aku bisa melewati rapat itu dengan selamat,” lirih Luella. Wajah mereka mengingatkanku dengan wajah marah pamanku dulu, rasanya seperti menghadapi sepuluh paman gila yang hanya ingin membunuhku.
Francessa tertegun, ia menatap tubuh Luella yang bergetar, sepertinya nonanya itu benar-benar ketakutan. “Nona, biar saya bantu naik ke kasur,” tawar Francessa.
Luella menatap Francessa. “Tolong ya.”
Francessa mengangkat Luella dan menidurkannya di kasur, ia kemudian menyelimuti Luella. “Nona, Anda bisa istirahat dulu, Anda pasti sangat lelah.”
Luella tersenyum. “Tolong minta Margaret untuk mengganti bajuku, aku mengantuk,” ucap Luella sebelum ia benar-benar tertidur.
Francessa tersenyum. “Selamat beristirahat, Nona.”
*
Luella terbangun saat matahari sudah hampir tenggelam, ia terbangun karena ketukan dari burung pengantar surat di jendelanya, Luella bangkit, ia membuka jendelanya, menerima surat itu lalu ia memberikan kacang kepada burung itu.
“Gina, kerja bagus,” puji Luella, membuat burung kecil itu mengangkat paruhnya, seakan mengerti dengan perkataan Luella.
Luella tertawa, ia kembali duduk, membaca surat yang datang dari ayahnya itu. Surat itu berisi pemberitahuan bahwa sang aayah akan sampai di Dukenom besok, Luella tentu saja langsung bangkit, ia berlari turun, mengecek aula pesta, Luella menghela napas lega ketika melihat aula yang sudah selesai di hias.
“Nona astaga, kenapa keluar menggunakan piyama begitu!” Margaret berteriak horor, ia langsung memakaikan jubah ke nonanya.
“Margaret, katakan pada Albert untuk mengirim surat undangan pada para bangsawan, ayah akan sampai di dukenom besok, pestanya akan diadakan lusa.” Titah Luella sebelum ia berlari kembali ke kamar.
Luella berganti baju, kemudian keluar dari kamarnya, ia pergi ke ruang kerja, dimana sudah ada Francessa dan Elbrotum yang sudah menunggunya.
“Oh, kakek, apa yang kau lakukan di sini?” Luella bertanya ceria.
Elbrotum tersenyum. “Saya membawa contoh perhiasan yang berhasil kami buat menurut desain yang anda berikan.”
Luella duduk di kursinya. “Biar aku lihat.”
Elbrotum menyerahkan kotak besar padanya, Luella membukanya, ia dibuat terpana melihat semua perhiasan di dalamnya. Desain perhiasan yang ia gunakan adalah desain yang ia ingat dari kehidupan pertamanya, desain yang selalu ia lihat saat ia bekerja paruh waktu sebagai kasir di toko aksesori. Ia tidak menyangka desain dari aksesori di kehidupannya sebelumnya bisa menjadi secantik ini, terlebih warna mana stone yang berbeda-beda membuat perhiasan itu terlihat semakin indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Twisted Ending
FantasySebagai seorang saintess, Luella De Webster memiliki kewajiban yang tertumpu kepada dua pundaknya. Namun, apa jadinya kalau saintess yang seharusnya menjadi boneka kuil justru memilih untuk menyembunyikan identitasnya?