“Luella, apa yang terjadi?”
Luella dengan wajah senangnya, melambai ke ayah dan ibunya yang baru masuk ke kamarnya.
“Luella, kamu tidak demam?” tanya Ruby.
Luella tertawa keras. “Tadinya aku cuma mau berpura-pura pingsan saja, tapi pangeran Rue menyebalkan, jadi aku pikir aku akan mempermalukannya sedikit.”
“Apa yang pangeran Rue lakukan?” tanya Miles.
“Dia merusak tamanku, aku kesal,” jawab Luella.
Ruby menghela napas lega, ia duduk di samping Luella, di mana Margaret memegangi tangan Luella. “Luella, Mama bangga padamu,” ucap Ruby membuat Luella sontak tertawa.
Miles tertawa. “Jadi, kenapa kamu selimutan dan pelayanmu pucat begitu?” tanya Miles.
“Ah, ini sebenarnya untuk akting kalau-kalau kaisar tiba-tiba meminta untuk mengunjungiku,” jawab Luella.
“Luella, kau memberi tahu Lionel rencanamu?” tanya Louis.
Luella melirik Louis garang. “Kenapa aku harus memberitahu putra mahkota?”
Louis mengerutkan keningnya bingung, keluarga Luella mulai saling bertatapan satu sama lain, selama ini Luella tidak pernah sekalipun memanggil Lionel putra mahkota.
“Luella, kau bertengkar dengan Lionel?” tanya Emanuel.
Luella berdecak kesal, amarahnya kembali muncul mengingat seluruh keluarganya tahu tentang pasukan khusus milik Lionel, ia mendadak merasa sangat marah.
“Keluar!” titah Luella dengan suara pelan.
Semua orang hanya diam, bingung karena mereka tidak mendengar dengan jelas ucapan Luella.
“Keluar!” teriak Luella sukses membuat semua orang terkejut.
“Keluar, dari kamarku!” sentak Luella.
Sebelum mereka sempat mengatakan apa pun, Luella bangkit dan mendorong semua orang keluar dari kamarnya, ia kemudian menutup pintu dan menguncinya, Luella marah, ia tidak mau kemarahannya membuat ia mengatakan hal-hal yang jahat kepada keluarganya, maka dari itu, ia memilih mengusir semua orang dari kamarnya sampai perasaannya sedikit lebih baik, meski ia tidak tahu kapan perasaannya akan membaik. Luella menjatuhkan tubuhnya di kasur, ia menutup matanya, mencoba menebak-nebak alasan kenapa keluarganya menyembunyikan ini darinya, tapi semakin dipikirkan, Luella jadi semakin marah, Luella ingin melampiaskan amarahnya, tapi ia bukanlah orang yang suka menghancurkan barang ketika marah, atau lebih tepatnya Luella tidak pernah marah, kalaupun ia kesal, ia lebih memilih untuk memendamnya, kalau ia sedih, ia lebih memilih untuk langsung tidur.
Ini adalah kali pertama Luella merasa semarah ini, ia merasa posisinya tidak penting di keluarga ini, meski keluarganya selalu memperlakukannya dengan sangat baik, tapi ketika dia tidak diberitahu tentang hal sebesar ini ia tidak bisa tidak merasa dikucilkan, Luella membuka matanya, ia duduk lalu meninju bantalnya dengan kuat.
“Ahhh, aku kesal!” teriak Luella sebelum kembali berbaring.
Luella kembali menutup matanya. Mereka benar-benar menganggapku penting kan?
*
Miles berdiri di depan kamar Luella dengan ekspresi bingung, begitu juga Ruby dan yang lainnya yang tampak sama bingungnya.
“Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Louis entah pada siapa.
Emanuel berpikir keras, mencoba menebak-nebak apa yang bisa membuat Luella sekesal ini.
“Eumm, mungkin ini ada hubungannya dengan Yang mulia putra mahkota? Pagi tadi Nona sempat ingin berbicara dengan putra mahkota, tapi belum sempat, mungkin mereka membicarakan sesuatu di pesta yang membuat nona sangat kesal,” Margaret menyuarakan pikirannya.
Mata Lancelot membulat. “Jangan-jangan, Luella tahu soal pasukan khusus putra mahkota?”
Miles langsung berbalik, berniat untuk mengetuk pintu kamar Luella, tapi ia justru mendengar teriakan kemarahan Luella, membuat ia mengurungkan niatnya.
“Ini pertama kalinya,” lirih Ruby.
“Pertama kalinya apa?” tanya Louis.
“Pertama kalinya Luella marah sampai berteriak seperti ini, sejak kecil, bahkan dari bayi, Luella adalah anak yang sangat tenang, dia seperti tidak bisa marah, atau kesal, aku bahkan jarang melihatnya menangis. Miles, bagaimana jika dia nanti membenci kita nanti? Luella memang tidak pernah marah, tapi itu justru membuatku takut,” Ruby menunduk dalam, hatinya benar-benar merasa tidak tenang.
Miles memeluk Ruby. “Kita tunggu Luella sedikit tenang dulu ya? Kita akan bicarakan ini setelah Luella lebih tenang nanti.”
Lancelot mengacak rambutnya kasar. “Kalau Luella sudah lebih tenang, apa yang akan kita katakan padanya? Aku sudah bilang dari dulu kalau Luella tidak akan suka dengan kita menyembunyikan hal sebesar ini darinya, tapi kalian semua tidak percaya!” lancelot menghembuskan napas kesal. “Luella pasti merasa dikucilkan,” lirih Lancelot.
Margaret menarik napas dalam-dalam, kalau soal hal seperti ini, majikannya ini benar-benar payah. “Tuan besar, saya mengerti maksud kalian menyembunyikan ini dari Nona, kalian ingin melindungi Nona, tapi coba tempatkan diri kalian di tempat Nona, kalau Nona nantinya memiliki masalah besar dan Nona memilih menyelesaikannya sendiri tanpa memberi tahu kalian semua, apa yang akan kalian rasakan?”
Miles menunduk. “Aku akan merasa gagal sebagai ayah.”
“Nona bisa saja bilang kalau nona melakukan itu karena Nona tidak mau membuat kalian khawatir, tapi poinnya bukan itu, dari sudut pandang kalian, Nona terlihat seperti tidak mempercayai kalian, itu juga yang sedang nona rasakan, apa pun alasannya, Nona tetap merasa dikucilkan, kalian punya banyak cara untuk melindungi Nona, tapi menyembunyikan hal-hal seperti ini dari nona bukan salah satunya,” Margaret berucap panjang lebar.
Margaret menggeleng pelan melihat wajah kusut orang-orang di depannya, ia menepuk tangannya satu kali. “Untuk sekarang, kalian istirahat dulu saja, Nona juga perlu istirahat, kalian bisa membicarakan semuanya besok, tapi hal pertama yang harus kalian lakukan adalah minta maaf, kalian harus meminta maaf pada Nona.”
*
Luella membuka matanya, ia terkejut ketika mendapati dirinya berada di kamar apartemennya di kehidupannya yang dulu, ia berdiri di depan kaca, mencoba memastikan bahwa ia tidak kembali ke tubuhnya yang dulu, dan untungnya, ia masih tetap Luella. Luella lega, tapiia juga bingung, kenapa ia bisa ada di tempat penuh trauma ini.
Luella menoleh ketika ia mendengar suara pintu terbuka, ia melihat dirinya yang dulu, berjalan masuk, lalu berhenti di depannya, membuat ia terkejut dan mundur beberapa langkah.
“Kau siapa? Bagaimana kau bisa masuk apartemenku?”
Luella membulatkan matanya. Tunggu dulu, dia bisa melihatku? “Kau ... bisa melihatku?”
Dilara, itu nama Luella di kehidupan pertamanya, gadis di depannya itu adalah Dilara, dirinya di masa lalu, yang kini sedang menatapnya dengan bingung.
"Apa aku tidak seharusnya melihatmu? kau hantu?" Dilara bertanya datar.
Luella tertegun. Benar, dulu ia adalah anak tanpa ekspresi, seorang remaja malang yang bahkan tidak tahu apa itu bahagia. Dilara tidak punya teman kecuali teman sekolahnya, Dilara tidak bisa menghabiskan waktu dengan teman-temannya karena ia harus bekerja, Dilara hanya bisa bersyukur karena teman-temannya tidak memperlakukannya dengan buruk.
Luella tersentak ketika pintu apartemen kembali terbuka, pamannya, sosok pemabuk yang kasar itu masuk ke apartemennya, ia menarik rambut Dilara dan langsung melempar Dilara, membuat tubuhnya menabrak tembok, Dilara terjatuh, sebelum Luella bisa menganalisis apa yang terjadi, pamannya kembali menarik rambut Dilara, membuat kepala Dilara mendongak secara paksa.
“Dimana uangnya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Twisted Ending
FantasySebagai seorang saintess, Luella De Webster memiliki kewajiban yang tertumpu kepada dua pundaknya. Namun, apa jadinya kalau saintess yang seharusnya menjadi boneka kuil justru memilih untuk menyembunyikan identitasnya?