Twisted Ending [15]

226 26 0
                                    

Lionel tertegun, ia seakan baru sadar dengan seriusnya situasi ini jika saja Luella tidak terlibat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lionel tertegun, ia seakan baru sadar dengan seriusnya situasi ini jika saja Luella tidak terlibat.

Luella kembali duduk, ia menarik napas beberapa kali, mencoba menenangkan emosinya. “Kau sadar kan, betapa seriusnya situasi ini jika tidak ada aku? Jadi seharusnya kau bersyukur aku hanya terluka sedikit!”

Miles menggeleng. “Papa tidak setuju, meski situasinya mungkin bisa lebih buruk tanpa kamu, tapi kamu tetap terluka, tidak ada yang bisa disyukuri dari hal itu.”

“Papa, bukan itu poinnya!” seru Luella kesal.

“Luella, Papamu benar, apa pun itu, keselamatan Luella yang paling utama, Mama bangga karena Luella mau membantu tuan putri, tapi lain kali, tolong tetap perhatikan keselamatan Luella sendiri, kalau putri kenapa-napa mungkin ratu dan kaisar akan sedih, tapi hal itu juga berlaku bagi Luella, kalau Luella, terluka, Mama, Papa, dan Lance juga akan sedih,” Ruby mencoba menjelaskan dengan penuh pengertian.

Kali ini Luella membeku, ucapan ibunya seperti menariknya dari lingkarannya sendiri. Ah, benar, selama ini, aku selalu memikirkan keselamatan orang lain.

Selama ini, meski Luella ingin mencapai akhir yang bahagia, ia selalu memperhatikan sekitar, ia selalu fokus dengan keselamatan orang disekitarnya, orang-orang yang berharga baginya, ia tidak pernah menempatkan dirinya di posisi itu, ia tidak pernah berpikir bahwa ada orang yang menganggap ia berharga.

Air mata Luella jatuh, Ruby bangkit, ia memeluk Luella dengan erat, membiarkan Luella menangis sepuasnya di pelukannya. “Luella, ingat, Luella juga berharga, jadi tolong, lebih perhatian lagi pada diri Luella sendiri.”

Miles ikut bangkit, ia berdiri di belakang Luella sembari mengusap punggung putrinya itu. “Luella, Papa mau tanya, apakah selama ini, Papa kurang memperhatikan Luella?”

Luella melepaskan pelukan Ruby, ia menggeleng kuat. “Tentu saja tidak, Papa dan Mama sudah sangat perhatian padaku, Kakak juga begitu, hanya saja ...,” Luella tidak bisa melanjutkan ucapannya, ia tidak tahu apa yang harus ia katakan, ia tidak bisa menjelaskan soal kehidupannya dulu, ia tidak tahu apa yang akan mereka lakukan jika mereka tahu tentang ini, Luella takut, ia takut akan kehilangan kehangatan ini jika kehidupan pertamanya sampai terbongkar.

“Luella, meski keluarga kita memang dikenal sebagai pelindung kekaisaran, kamu tidak perlu sampai melupakan keselamatanmu sendiri, justru karena keluarga kita adalah pelindung kekaisaran, keselamatan kita adalah yang utama, kalau kita terluka, siapa yang akan melindungi kekaisaran?” Miles berucap lembut.

Luella memeluk Miles erat. Maaf, maaf karena aku belum bisa jujur, maaf, Papa.

Miles membalas pelukan Luella, tangannya terus mengusap rambut Luella. “Luella, papa sayang Luella.”

Luella mengangguk. “Luella sayang Papa juga.” Lirih Luella.

Lionel tersenyum melihat interaksi di depannya, kali ini, dia tidak lagi iri, dia hanya senang karena Luella akhirnya bisa mengerti bahwa keselamatannya juga penting. Eleanor yang sedari tadi hanya duduk diam, diam-diam mengagumi interaksi keluarga ini, keluarga bangsawan yang sangat mengagumkan, keluarga yang terlihat keluar dari sebuah dongeng.

Eleanor mengagumi sosok Luella yang membelanya, ia juga kagum pada Miles yang benar-benar menjadi orang yang berbeda saat ia berbicara dengan Luella, sosok Luella terlihat bercahaya di matanya, sejak Luella melindunginya di tengah-tengah kota, ia merasa ia ingin terus berada di dekat Luella, ia ingin berada di posisi kakaknya yang sangat dekat dengan Luella, tapi di sisi lain, ia juga ingin berada di posisi Luella, karena Luella sangat dekat dengan Lionel. Lionel terlihat sangat berbeda, Lionel terlihat bahagia, berbeda dengan Lionel yang selalu ia lihat di istana, Eleanor senang karena kakaknya bahagia, tapi ia sedih karena ia bukanlah salah satu alasan dari kebahagiaan sang kakak.

Eleanor sudah sering mendengar tentang Luella di istana, pelayan terus membicarakan Luella karena Lionel yang tidak pernah melewatkan satu hari pun tanpa mengunjungi Luella, mengunjungi Luella seakan sudah ada dalam jadwal Lionel, dari yang ia dengar, kebanyakan pelayan hanya menganggap Luella sebagai ‘nona bangsawan manja’ yang hanya bisa bergelayut pada Lionel, Eleanor sendiri percaya akan semua rumor-rumor itu, tapi setelah melihat Luella secara langsung, ia tahu bahwa Luella bukanlah orang yang lemah, nona muda itu benar-benar menunjukkan bahwa ia adalah putri Grand Duke Miles Webster, sang pahlawan perang.

“Eleanor, aku akan menyelidiki kasus ini lebih dalam lagi, untuk saat ini, akan lebih baik jika kau kembali ke istana dan beritahu ibu soal hal ini,” ucap Lionel setelah sekian lama diam.

Eleanor mengangguk patuh, Miles memerintahkan beberapa orang dari Red Phoenix Order, pasukan pengawal khusus milik keluarga Webster, untuk mengawal sang putri sampai ke istana.

“Wah, siapa sangka nona kecil ini akan kembali terjerat masalah dengan keluarga kaisar.”

Luella nyaris berteriak, Alkaid yang tiba-tiba muncul di belakangnya membuat jantungnya nyaris berpindah ke perut, Luella berdiri, ia berbalik dan menatap Alkaid garang.

“Sir Alkaid, hentikan kebiasaan buruk ini, cobalah untuk masuk lewat pintu!” seru Luella kesal.

Miles, masih dengan kebiasaannya, ia mengambil macaron, lalu melemparkannya kepada Alkaid. “Kau memang penyihir aneh, kenapa kau suka sekali menguping sih!”

Alkaid menggeleng. “Bukan menguping, kemampuanku ini terlalu hebat sampai aku bahkan bisa mendengar suara langkah kaki semut,” ucap Alkaid sombong.

Luella menggeleng pelan. “Dia begitu lagi,” lirih Luella lelah.

“Sir Alkaid, apa yang Anda lakukan di sini?” tanya Ruby.

Alkaid tersenyum. “Aku harus berbicara hal yang sangat penting dengan Miles.” Jawab Alkaid.

Luella menghela napas pelan. “Kalau begitu aku akan kembali ke kamar, aku lelah,” ucap Luella sebelum keluar dari ruang tamu.

Miles melirik Alkaid. “Ayo kita bicarakan di ruanganku,” ajak Miles.

Alkaid mengangguk. “Akan lebih baik jika pangeran itu juga ikut,” ucap Alkaid sembari menunjuk Lionel.

“Sir Alkaid, beliau adalah putra mahkota, bukan hanya sekedar pangeran biasa,” tegur Ruby.

Alkaid menatap Ruby dengan serius. “Kau yakin?”

Lionel menatap Alkaid tidak senang. “Apa maksudnya itu?”

“Ini adalah topik yang ingin aku bicarakan, soal posisimu sebagai putra mahkota,” ucap Alkaid, kali ini ekspresinya terlihat lelah.

“Alkaid, apa yang terjadi?” tanya Miles serius.

Alkaid menghela napas pelan. “Ayo pindah tempat dulu, aku takut akan ada yang menguping kalau kita terus berbincang di sini,” yah, walaupun aku bisa menggunakan sihir agar tidak ada yang menguping, tapi tetap saja, ruangan Miles adalah tempat teraman untuk membicarakan hal ini.

Miles mengangguk, mereka berempat kemudian berpindah ke ruangan Miles, keempatnya duduk di sofa, saling berhadapan, atmosfer di ruangan itu terasa menyesakkan, siapa saja yang masuk pasti tahu bahwa mereka sedang menghadapi masalah yang serius.

“Jadi, apa yang terjadi?” tanya Lionel.

Alkaid menarik napas dalam-dalam, bersiap untuk bercerita. “Dua hari yang lalu, kaisar datang ke menara sihir, dia meminta untuk bertemu denganku, dia tidak sendirian, dia membawa seorang anak dengan rambut coklat dan mata hitam. Kaisar, memintaku untuk mendukung anak itu agar dia bisa menjadi putra mahkota.”

The Saintess' Twisted EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang