New Era [9]

174 17 1
                                    

Seperti yang Luella perkirakan, Monster mulai bermunculan saat evakuasi sudah hampir selesai, tentu saja, awalnya white phoenix bisa menghadapi semua monster itu sendiri, tapi semakin lama, monster-monster ini seperti tidak ada habisnya membuat white phoenix sedikit kewalahan, saat itulah Miles dan yang lainnya datang bersama red phoenix dan black phoenix.

“Sir Alkaid, aku rasa ini saatnya kalian menangkap penyihir hitamnya,” bisik Luella pada Alkaid yang setia berada di sampingnya sejak awal.

Alkaid mengangguk. “Aku akan memerintahkan mereka untuk menangkapnya.”

Pertarungan ini bukanlah pertarungan yang adil, pihak Luella jelas lebih unggul dari pihak lawan, terlebih lagi sihir kegelapan milik Lionel benar-benar sangat membantu di saat-saat seperti ini, mereka bisa dengan mudah menyingkirkan semua monster yang dikirimkan, rencana ini berjalan dengan mulus, sampai Alkaid kembali, dengan laporan mengejutkan yang membuat situasi berubah sepenuhnya.

“Luella, penyihir hitam itu, membuat empat penyihirku terluka parah, kami kehilangan mereka, tapi kami masih bisa merasakan sihir mereka di sekitar sini, tolong berhati-hati,” ucap Alkaid.

“Mereka bisa melukai empat penyihir menara? Ada berapa banyak mereka ini?” tanya Luella.

“Tiga,” jawab Alkaid.

Luella tertegun. “Tiga penyihir hitam bisa menimbulkan kekacauan sebesar ini?”

Alkaid mengangguk.

“Jadi, apa yang akan kau lakukan?” tanya Luella.

“Aku akan menangani mereka sendiri, penyihirku tidak bisa menangani mereka tanpa aku,” jawab Alkaid.

Luella tersenyum. “Hati-hati, sir Alkaid.”

Alkaid mengacak rambut Luella gemas. “Siapa yang mengkhawatirkan siapa.”

“Louis!”

Luella dan Alkaid menoleh saat mendengar teriakan itu, itu adalah teriakan Miles, Luella dan Alkaid langsung berlari menghampiri sumber suara, langkah Luella terhenti ketika ia melihat sosok pamannya yang tergeletak di tanah dengan bermandikan darah, di sampingnya, ada Miles yang mencoba menutup luka Louis menggunakan tangannya. Luella berlari menghampiri keduanya, ia berjongkok di samping Louis, tidak lagi memperdulikan identitasnya, Luella menggunakan divine power untuk mencoba menyembuhkan Louis, sayangnya, luka Louis sangat sulit untuk menutup, luka besar itu seakan menolak untuk disembuhkan.

“Ayah, apa yang terjadi?” Lancelot datang dengan wajah paniknya.

Miles hanya diam, ini adalah pertama kalinya Luella melihat ekspresi horor di wajah Miles, ayahnya itu hanya diam sembari menatap adiknya dengan tatapan kosong, seakan jiwanya pergi meninggalkan tubuhnya.

“Papa!” teriak Luella berhasil menyadarkan Miles.

“Apa yang terjadi?” tanya Alkaid.

Miles menggeleng pelan. “Aku tidak tahu, anak panah itu muncul entah dari mana dan mengenai Louis,” jawab Miles sembari menunjuk anak panah yang ada di samping tubuh Louis.

“Kenapa kau mencabutnya!” Alkaid berteriak tak santai.

“Bukan aku yang mencabutnya, Louis sendiri yang melakukannya, panah itu tidak menancap begitu dalam, jadi aku rasa dia berniat untuk langsung menyembuhkan dirinya, tapi saat Louis mencabutnya, tiba-tiba lukanya membesar dan Louis langsung tumbang,” jelas Miles dengan suara bergetar.

Alkaid mengambil anak panah itu, ia kemudian mengancurkannya dengan sihirnya, saat itulah asap hitam keluar dari anak panah itu, menandakan bahwa anak panah itu merupakan sihir hitam. Luella masih terus mencoba untuk menyalurkan divine powernya, sementara itu Alkaid langsung mencari sumber dari anak panah itu, dalam beberapa detik saja, Alkaid berhasil menemukan dua dari tiga penyihir hitam yang mereka cari, dengan mudah, Alkaid berhasil menangkap keduanya, Alkaid langsung menyegel sihir mereka, ia kemudian meminta salah satu penyihir untuk membawa keduanya ke penjara sihir di spire tower, sementara ia kembali mencari penyihir terakhir.

Jumlah monster semakin sedikit, menandakan bahwa mereka sudah menang, tapi Luella tidak merasa senang, pamannya masih belum bisa disembuhkan, Luella takut, kepalanya terus memutar skenario terburuk, seluruh tubuhnya bergetar, ia berkali-kali mencoba memanggil nama Louis.

Luella menunduk. Tolong, tolong jangan ambil pamanku, batin Luella berdoa dengan sungguh-sungguh.

Ruby, Emanuel dan Lionel datang setelah mereka menyelesaikan bagian mereka, mereka tentu terkejut melihat kondisi Louis.

“Ayah ...” Emanuel memanggil Louis dengan suara pelan.

“Miles, apa yang terjadi?” tanya Ruby.

Miles hanya diam, tangannya terus menggenggam tangan Louis.

Ruby mengguncang tubuh suaminya. “Miles!”

Lancelot menarik ibunya sedikit menjauh dari sang ayah. “Ibu, tenang sebentar, Luella sedang mencoba menyelamatkan paman.”

Ruby menatap Lancelot dengan serius. “Karena itu ibu bertanya, apa yang sebenarnya terjadi!” sentak Ruby.

“Paman terkena sihir hitam,” jawab Lancelot singkat.

Mata Ruby membulat. “Lancelot, pamanmu itu memiliki divine power, sihir hitam jelas menghancurkannya!”

“Karena itu Luella sedang mencoba untuk mengeluarkan sihir hitamnya!” balas Lancelot untuk pertama kalinya menaikkan suaranya pada sang ibu. Lancelot mundur beberapa langkah. “Maaf, aku tidak bermaksud untuk membentak ibu.”

Ruby memeluk Lancelot, ia jelas tidak akan mempermasalahkan hal itu saat ini, Ruby melepaskan pelukannya saat ia mendengar suara ledakan di belakangnya, ia berbalik, terkejut melihat Alkaid yang tampak sangat murka, berhadapan dengan penyihir hitam terakhir yang ada di sana.

“Paman, kalau kau tidak bangun, aku akan membencimu seumur hidup!” Luella berteriak keras, berharap pamannya mendengarnya dan segera membuka mata.

Sayangnya, Louis tetap bergeming, wajah Louis mulai memucat, bibirnya membiru, membuat Luella melemas, ia meletakkan tangannya di dada Louis, dan ia tidak lagi merasakan detak jantung dari pamannya itu, detak jantung yang selalu ia dengar ketika ia memeluk pamannya, suara yang selalu membuat ia tenang saat ia berada dalam pelukan hangat pamannya itu.

“Luella, ada apa? Kenapa kau berhenti?” tanya Emanuel panik melihat Luella berhenti menggunakan divine powernya.

Luella menarik tangan Emanuel, kemudian meletakkannya di dada Louis, membiarkan Emanuel merasakannya sendiri, karena ia tidak sanggup untuk mengucapkannya. Emanuel menarik tangannya dengan cepat, ia mendekatkan telinganya ke hidung Louis, mencoba mendengarkan napas Louis, tapi ia tidak mendengar apa pun. Luella menunduk, tangisnya pecah, Luella memeluk tubuh dingin pamannya suara tangisnya terdengar oleh setiap orang yang ada di tempat itu, Luella berkali-kali memanggil pamannya, berharap ini semua hanyalah candaan gila pamannya itu, dan pamannya akan segera membuka mata sembari tertawa.

Miles hanya diam, suara tangisan Luella tidak membuat ia bergerak dan memeluknya, ia hanya diam sembari terus menggenggam tangan Louis, Ruby memeluk suaminya itu dari belakang, sementara Lancelot hanya berdiri di tempat, seakan dia kehilangan jiwanya. Emanuel, duduk di samping Emanuel, kepalanya tertunduk dalam, ia menangis dalam diam, ia kehilangan satu-satunya orang tua yang benar-benar peduli padanya, satu-satunya orang yang bisa ia panggil ayah tanpa takut, Emanuel kehilangan penyelamatnya.

Alkaid yang melihat hal itu jelas murka, Louis adalah temannya, Louis adalah muridnya, Louis adalah putra dari temannya, Alkaid melihat Louis tumbuh besar, Alkaid sudah menganggap Louis dan Alkaid seperti putranya sendiri. Alkaid menggunakan sihirnya, menghancurkan tubuh penyihir hitam yang baru ia tangkap, tidak ada yang mau menghentikan kemarahan Alkaid, mereka semua hanya diam sembari menyaksikan bagaimana Alkaid menghancurkan tubuh seluruh monster yang ada menggunakan sihirnya.

Hari ini berakhir dengan hujan deras yang turun seakan merasakan kesedihan keluarga Webster, tidak ada bulan maupun bintang yang menyinari langit Dukenom malam ini, hari ini berakhir, bersamaan dengan berakhirnya kisah hidup adik dari sang Grand Duke, sosok ceria yang sangat berbanding balik dengan kakaknya yang muram, malam ini Louis pulang, ia pulang ke tempat yang sangat jauh, terlalu jauh sampai bahkan kakaknya tidak bisa lagi meraihnya.

The Saintess' Twisted EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang