Luella menatap Lionel dengan mata penuh kemarahan, tatapan yang tidak pernah Lionel dapatkan dari Luella, meski ayahnya selalu menatapnya dengan tatapan yang sama bahkan lebih buruk, ia tidak pernah melihat Luella menatapnya seperti itu, daripada ancaman Luella yang akan membunuhnya, ia lebih takut dengan tatapan Luella, melihat tatapan itu datang dari Luella membuat dadanya terasa sakit, rasanya seperti ada yang menghancurkan jantungnya secara paksa.
Lionel menunduk, suaranya tidak bisa keluar, jadi ia hanya mengangguk sebagai jawaban.
Luella melemparkan pedangnya, ia kemudian menampar Lionel dengan keras. “Dasar bodoh! Kalau kau mati siapa yang akan melindungiku! Kalau kau mati, untuk apa aku berusaha menyelamatkanmu selama ini, jangan menyerahkan nyawamu seenaknya!” teriak Luella murka.
Lionel meraih tangan Luella, ia berlutut sembari mencium tangan Luella. “Maaf, maaf, maaf, maafkan aku.”
Luella menarik tangannya, ia terhuyung kebelakang, kakinya masih lemah karena ia baru saja sadar, untungnya Lancelot dengan sigap menangkap tubuhnya sebelum ia terjatuh.
“Luella, duduk dulu, kau baru sadar ...,”
“Kakak juga sama saja! Kenapa kakak menyembunyikan hal sebesar ini dariku?” Luella menatap Lancelot dengan tatapan kecewa, ia menepis tangan Lancelot yang merangkulnya.
Tubuh Luella langsung terjatuh, membuat Miles sontak mendekat, berniat memegangi Luella tapi Luella langsung menepis tangan sang ayah, kedua mata merahnya kini berubah sepenuhnya menjadi biru, namun, mereka semua bahkan tidak bisa memikirkan hal itu saat ini, mereka hanya memikirkan tentang kemarahan Luella ini, Luella yang lembut, Luella yang penyabar, Luella yang bahkan tidak pernah menangis, kini duduk di depan mereka dengan emosi yang meluap-luap.
Luella menangis, ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Kalian tidak tahu seberapa sulitnya aku untuk mencoba menjadi anak baik yang tidak merepotkan, seberapa sulitnya untuk menjadi seseorang yang bisa diandalkan, kalian tidak tahu seberapa sulitnya aku untuk mencoba menjadi keluarga kalian! Tapi kalian mengabaikan semua usahaku dan memilih untuk melakukan semuanya tanpa melibatkanku, kalian tidak tahu seberapa takutnya aku, saat aku tahu hal ini, aku takut, aku takut kalian membuangku! Luella ingin meneriakkan semua itu, tapi ia tidak bisa, karena ini bukanlah salah keluarganya, ini adalah salahnya yang masih terjebak dalam bayang-bayang kehidupan pertamanya.
“Aku tahu, ini hal yang kecil bagi kalian, aku tahu ini sepele bagi kalian, tapi hal sepele apa yang tidak aku bicarakan dulu dengan kalian? Setiap aku memiliki sesuatu yang membuat aku khawatir, aku selalu memberitahu kalian, karena aku mencoba untuk menjadi keluarga kalian, aku mencoba menjadi dekat dengan kalian semua, kenapa, kenapa rasanya semua usaha itu sia-sia?” pada akhirnya Luella hanya bisa mengatakan hal itu, ia benar-benar tidak tahu bagaimana ia harus mengekspresikan kemarahannya pada orang-orang yang tidak tahu apapun soal kehidupan pertamanya.
Miles berlutut di depan Luella. “Luella ... maaf, papa minta maaf, ini salah papa, Luella tidak salah, benar, Papa memang menyembunyikan ini karena papa ingin melindungimu, tapi papa bodoh, papa bodoh karena papa tidak berdiskusi denganmu dulu, maaf, Papa seharusnya tidak menyembunyikan hal ini, maaf, Luella, maafkan Papa.”
Luella menurunkan tangannya. “Papa, tolong berjanjilah padaku, tolong, mulai saat ini, jangan kucilkan aku lagi.”
Miles memeluk Luella. “Papa janji, mulai saat ini Luella akan ada di dalam setiap rencana yang papa buat, Luella akan selalu ada saat papa merencanakan apa pun.”
Luella hanya diam. Bukan, ini bukan salah kalian, ini salahku yang masih terjebak di bayang-bayang kehidupan pertamaku, maaf. Luella memeluk ayahnya dengan erat.
“Tuan besar, saya tahu ini bukan waktu yang tepat, tapi pasukan Altair ...,”
Luella mendorong ayahnya menjauh, membuat Deon sontak menghentikan ucapannya. “Altair, benar juga, perang wilayahnya ...,”
Miles memegang tangan Luella. “Wow, wow, tenang dulu, semuanya baik-baik saja, Alkaid bisa mengirimkan pasukan kita menggunakan sihir, jadi tenang saja.”
Alkaid melirik Miles tak santai. “Hei!”
“Sir Alkaid bisa melakukan itu? Ah, benar juga selain itu, Baron Milius, di mana dia? Dia belum kembali ke northern kan? Ah, lalu bagaimana dengan White phoenix? Dean tidak di depan kamarku, Robert juga tidak ada, kemana mereka? Oh, dan penyihir yang aku minta bagaimana? Bagaimana dengan asistenku, papa sudah mendapatkannya?”
“Luella, tenang sebentar, semuanya baik-baik saja, oke. Baron Milius masih di sini, tidak ada yang bisa memberinya perintah selain kamu, lalu soal white phoenix, mereka tentu saja baik-baik saja, mereka berlatih seperti biasanya, dan juga Dean dan Robert memiliki satu dua hal yang harus mereka selesaikan.” Louis menjelaskan sebelum Luella bertanya semakin banyak pertanyaan.
“Asistenku?” Luella kembali bertanya satu pertanyaan terakhir.
“Papa sudah memilah dokumennya, kamu bisa memilihnya nanti,” jawab Miles.
“Oke, jadi ... Altair, bagaimana dengan mereka?” Luella kembali bertanya, kali ini wajahnya terlihat sangat panik.
“Papa akan langsung menyiapkan pasukan untuk dikirim ke dukenom ...,”
“Aku ikut!” sambar Luella cepat.
“Ikut menyiapkan pasukan?” tanya Lancelot.
“Ikut ke dukenom,” jawab Luella santai.
“Ehhhh! Untuk apa?” seru Miles dan Lancelot kompak.
Luella berkedip beberapa kali. “Aku perlu mengecek tambangnya secara langsung, dan ... aku juga mau melihat-lihat Dukenom, aku belum pernah ke sana meskipun aku adalah putri keluarga Webster.”
Lancelot dan Miles saling bertatapan sejenak, keduanya kemudian tersenyum. “Baiklah, kakak akan siapkan semua yang kamu perlukan.” Ucap Lancelot.
“Oh, dan aku akan membawa white phoenix.” Luella menambahkan permintaannya.
“Tentu saja, mereka akan mengikutimu kemana pun kamu pergi,” balas Miles.
Miles dan Lancelot bangkit, mereka keluar untuk menyiapkan pasukan, sementara Alkaid langsung mengikuti mereka, ia perlu istirahat sejenak untuk mengumpulkan kembali tenaganya, Ruby berpamitan keluar bersama Louis dan Margaret, menyisakan Lionel, Emanuel dan Luella bertiga, Ruby sengaja membawa Louis dan Margaret keluar agar ketiga remaja itu bisa menyelesaikan masalah mereka, Ruby menyadari wajah pias Emanuel dan juga Lionel yang belum berdiri dari posisinya, ketiganya perlu waktu bertiga saja untuk menyelesaikan masalah mereka.
Luella bangkit, ia mengambil pedangnya, kemudian meletakkannya di atas kasur, ia kemudian berbalik, menatap Emanuel dan Lionel yang terlihat seperti anak yang kehilangan arah. Luella menghela napas pelan, ia mulai merasa bersalah, ia menyadari tindakannya tadi sedikit berlebihan, Emanuel dan Lionel jelas terkejut melihat sisi gilanya tadi, Luella duduk di kasurnya, ia menatap kedua temannya dengan tatapan dingin. Luella lelah, terlebih dengan adanya masalah dengan Altair, belum lagi soal dwarf dan masalah keamanan tambangnya, ia memiliki banyak hal yang harus ia selesaikan, sepertinya semua pekerjaan barunya ini membuat ia sedikit kewalahan, sehingga semua emosinya menjadi meluap-luap.
Luella menarik napas dalam-dalam. Baiklah, ayo selesaikan masalah pertama dulu. “Mau sampai kapan Anda berlutut seperti itu, Yang Mulia putra mahkota?”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Twisted Ending
FantasySebagai seorang saintess, Luella De Webster memiliki kewajiban yang tertumpu kepada dua pundaknya. Namun, apa jadinya kalau saintess yang seharusnya menjadi boneka kuil justru memilih untuk menyembunyikan identitasnya?