Lionel bangkit, ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, ia ingin mencari buku yang mungkin berguna untuknya kedepannya, saat Lionel membuka pintu kamarnya, ia di kejutkan dengan sosok anak perempuan yang berdiri di depan kamarnya dengan membawa boneka beruang.
“Eleanor? Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Lionel.
Eleanor, satu-satunya adik kandung Lionel itu mendongak, mata emasnya dipadu dengan rambut pirangnya terlihat menyala di kegelapan. “Kakak, aku tidak bisa tidur,” ucap Eleanor sembari mengucek matanya.
Lionel menghela napas pelan. “Lalu kenapa kau ke sini? Kenapa tidak ke kamar ibu?” Lionel bertanya dengan nada dingin.
Eleanor, satu-satunya putri dari sang ratu, putri yang berhasil menyita semua perhatian sang ratu. Dorcas Von Decuri, ratu dari Decuri Empire, wanita paling kuat di seluruh kekaisaran, satu-satunya orang yang memiliki elemen cahaya, yang kemudian diwariskan kepada Eleanor, putrinya. Lionel tidak pernah membenci Eleanor, ia hanya tidak bisa menyayangi adiknya itu, ia hanya sekedar memberikan perhatian seperlunya, meskipun Eleanor sering sekali mencoba mencari perhatian dari Lionel, hubungan mereka tidak pernah membaik. Hubungan keduanya lebih terlihat seperti teman sekelas dibandingkan hubungan saudara, begitu juga dengan hubungan antara Dorcas dan Lionel, jadwal mereka yang selalu penuh membuat keduanya jarang sekali bertemu meskipun mereka tinggal di istana yang sama. Berbeda dengan Lionel, hubungan antara Eleanor dan Dorcas bisa di bilang sangat baik, Dorcas selalu bisa meluangkan waktunya untuk Eleanor, terkadang ia bahkan membawa Eleanor saat ia bekerja.
“Ibu sepertinya belum kembali ke kamar, kamar ibu sepi,” balas Eleanor.
“Eleanor, aku juga masih punya pekerjaan yang harus aku selesaikan, kalaupun kau tidur di kamarku, kau tetap sendirian,” ucap Lionel dingin.
Eleanor tersenyum. “Tidak apa-apa, setidaknya aku bisa mencium bau kakak di kamar ini, aku jadi tidak merasa sendiri.”
Lionel berdecak. “Terserahmu saja,” ucapnya sebelum akhirnya pergi, meninggalkan Eleanor begitu saja.
Lionel masuk ke perpustakaan, ia langsung menuju ke barisan buku sihir, ia mengambil beberapa yang menurutnya berguna, lalu ia duduk di tempat kesukaannya, di ujung perpustakaan, di mana tidak ada siapapun yang bisa menemukannya.
“Baiklah, saatnya menjadi lebih kuat!”
*
Satu minggu berlalu, waktu yang cukup untuk membuat semua persiapan untuk menarik Emanuel masuk ke keluarga Webster, rencana awalnya yang hanya membawa Emanuel sebagai murid, berubah ketika Louis mengajukan diri untuk menjadi ayah angkat Emanuel, dengan kata lain, Emanuel akhirnya diadopsi oleh Louis, dan tentu saja dengan ‘sedikit ancaman’ Miles berhasil membuat kaisar setuju untuk memproses semuanya dengan cepat, begitu juga pemindahan aset milik Viscount dan Viscountess, meski beberapa aset memang disita, tapi wilayah milik keluarga Rondel masih tetap menjadi milik Rondel, yang artinya wilayah itu menjadi milik Emanuel, tapi karena usia Emanuel yang masih terlalu kecil, sesuai hukum kekaisaran, wilayah itu akan diurus oleh wali Emanuel, yaitu Louis. Tentu saja ini sempat membuat Louis sedikit berdebat dengan Miles karena wilayah yang harus ia awasi bertambah, karena itu, Miles akhirnya memutuskan untuk memberikan salah satu orang kepercayaannya kepada Louis, tentu saja, Louis langsung mengirim orang itu untuk mengurus wilayah Rondel.
Butuh dua bulan penuh sampai akhirnya semua proses melelahkan ini selesai, dan karena Emanuel secara hukum merupakan putra dari Louis, Louis memutuskan untuk membawa Emanuel ke Dukenom, ia ingin mengajari Emanuel sendiri. Louis yang tahu bahwa Emanuel memiliki elemen api, menjadi sangat bersemangat untuk melatih sihir putra angkatnya itu. Tentu saja di awal, Emanuel sempat menolak, tapi entah apa yang Louis katakan pada bocah itu, dia akhirnya mau pergi ke Dukenom, dan hari ini adalah hari keberangkatan Emanuel ke Dukenom.
“Belajarlah yang rajin, saat kita bertemu lagi, aku pasti akan mengajakmu berduel,” ucap Lionel yang juga datang untuk sekedar mengucap sampai jumpa.
Emanuel tersenyum. “Aku pasti akan menjadi lebih kuat darimu!” ucap Emanuel serius.
Lionel menatap Emanuel dengan serius. “Kalau itu mungkin akan mustahil.”
Emanuel berdecak, mau tidak mau setuju dengan ucapan Lionel, karena kenyataannya bahkan dalam segi sihir saja ia kalah jauh dari Lionel.
Luella merangkul kedua temannya itu. “Apa pun itu, yang paling penting kau harus tetap sehat dan bahagia, itu yang paling penting, iya kan, Lionel?”
Lionel melirik Luella, bibirnya menyungginykan senyum indahnya. “Tentu saja, itu yang paling penting.”
Luella tertawa. Siapa sangka dua orang yang dalam novelnya merupakan musuh, saat ini sedang saling mengucapkan sampai jumpa, aku benar-benar lega.
“Luella, aku akan menjadi lebih kuat, dan aku pasti akan melindungimu nanti!” ucap Emanuel mantap.
Luella tersenyum. “Terima kasih, aku juga akan menjadi lebih kuat, dan kita bisa saling melindungi nanti.”
“Hei, jangan lupakan aku, aku juga pasti akan melindungimu!” sambar Lionel cepat.
Miles menarik Lionel dan Emanuel menjauh dari Luella. “Kalian berdua memang sudah seharusnya melindungi putriku, dia sudah berbuat banyak untuk kalian,” ucap Miles dengan nada sombong.
“Papa!” tegur Luella.
Louis tertawa, ia kemudian mengangkat Emanuel, menggendongnya. “Kakak, kau lagi-lagi cemburu pada anak kecil,” ucap Louis.
“Berisik!” sinis Miles.
Wajah Emanuel memerah, ini adalah pertama kalinya ia digendong seperti ini, dan tentu saja itu membuat ia merasa aneh. “Tunggu dulu, sir Louis ...”
“Ayah, Emanuel, mulai sekarang kamu harus memanggilku ayah,” sambar Louis sebelum Emanuel sempat menyelesaikan ucapannya.
“Paman, jangan mendesaknya begitu, dia baru satu minggu resmi menjadi putramu,” tegur Lancelot.
“Ah, benar juga, maaf Emanuel ...,”
“Ayah!” Emanuel berseru memotong ucapan Louis.
Louis tertegun, ia kemudian tersenyum. “Benar, begitu, mulai sekarang kamu adalah putraku.”
“Louis, kau benar-benar terlihat seperti ayah sekarang,” ucap Ruby.
“Aku memang sudah menjadi ayah, Kakak ipar,” balas Louis senang.
Ruby mendekat, ia kemudian berbisik, “Louis, anak itu sudah mengalami terlalu banyak kemalangan, jadi, tolong perlakukan dia sebaik mungkin.”
Louis tersenyum, ia menepuk pundak Ruby beberapa kali. “Tentu saja, aku bisa bersumpah.”
Ruby tersenyum lega. “Aku tahu aku bisa mempercayaimu,” lirih Ruby.
Luella menatap Louis takjub, pamannya yang biasanya bertingkah seperti anak remaja liar itu ternyata bisa bertingkah sedewasa ini. Awalnya, Luella tentu khawatir ketika tahu bahwa pamannya mendadak meminta untuk mengadopsi Emanuel, karena ia tahu seberapa liarnya pamannya itu, tapi ia juga tahu bahwa pamannya itu juga sangat baik dan ia tidak mungkin melukai Emanuel, hal itu memang membuatnya sedikit melegah, tapi melihat tingkah dewasa pamannya ini, membuat semua bebannya terasa terangkat, ia sekarang bisa benar-benar lega, ia tahu Emanuel pasti akan aman dibawah perlindungan pamannya itu, dan ia juga tahu bahwa Emanuel pasti bahagia.
Luella menarik baju sang paman, membuat Louis menurunkan Emanuel, lalu berjongkok di depan Luella. “Ada apa?” tanya Louis.
“Paman, terima kasih.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Twisted Ending
FantasySebagai seorang saintess, Luella De Webster memiliki kewajiban yang tertumpu kepada dua pundaknya. Namun, apa jadinya kalau saintess yang seharusnya menjadi boneka kuil justru memilih untuk menyembunyikan identitasnya?