New Era [5]

128 12 1
                                    

Luella menjatuhkan kepalanya di bahu Lionel, membuat Lionel mematung karena terkejut, sementara Emanuel langsung melirik Lionel kesal.

“Sebenarnya aku juga sudah ada niat untuk merekrut anggota baru setelah mendapat kabar soal pemberontakan ini, kalau memang nantinya kita terlalu terlambat mengetahui rencana mereka, aku mau white phoenix membantu untuk menghentikan mereka, tapi dengan jumlah segini dan dengan banyaknya anggota yang rutin berjaga di tambang dan di kediaman para dwarf, aku takut aku tidak akan bisa membantu banyak nantinya,” lirih Luella.

“Luella, jangan mengkhawatirkan hal itu dulu, kalaupun itu terjadi, aku tahu bantuanmu pasti akan sangat berguna, jadi jangan terlalu khawatir, lagipula, sepertinya kita mengetahui tentang mereka cukup awal, jadi semuanya pasti akan baik-baik saja,” hibur Lionel.

Luella memejamkan matanya. “Sepertinya aku akan mendiskusikan soal ini dengan Dean nanti.”

Lionel tersenyum, tangannya bergerak untuk mengusap rambut Luella, tapi belum sempat tangan Lionel menyentuh rambut Luella, Emanuel sudah terlebih dahulu menepis tangannya, ia melirik Lionel tajam.

Cih, dia benar-benar menyebalkan, batin Lionel kesal.

Emanuel memegangi tangan Lionel yang lagi-lagi mencoba untuk mengusap rambut Luella. Wah, orang ini benar-benar tidak tahu batasan! Gerutu Emanuel dalam hati.

Keduanya saling menatap dengan tatapan membunuh, sementara Luella masih menyandarkan kepalanya dengan nyaman sembari menutup matanya, tidak tahu menahu tentang apa yang terjadi diantara kedua temannya itu. Emanuel melepaskan genggaman tangannya ketika pintu ruangan Luella terbuka, Luella yang sedang bersantai itu juga langsung terlonjak, ketiganya menatap Louis, Miles, Ruby, Lancelot dan Alkaid yang berdiri di depan pintu seperti orang hilang.

“Ada apa?” tanya Luella bingung.

Lima orang itu masuk, di belakang mereka ada Tera, Francessa dan Elaine yang terlihat pias, membuat Luella panik seketika.

“Ada apa  ini?” tanya Luella lagi.

Tera meletakkan crystal yang ia bawa di atas meja, sementara itu lima orang lainnya langsung duduk begitu saja, membuat Luella semakin kebingungan.

“Ada apa ini?” kali ini Lionel yang bertanya, suaranya terdengar khawatir.

Francessa menutup pintu setelah Deon masuk ke ruangan, Tera, yang berdiri di samping Elaine tampak menarik napas dalam-dalam sebelum berucap, “Kuil terlibat dalam pemberontakan ini.”

Luella mengedipkan matanya beberapa kali, mencoba memproses apa yang baru saja Tera katakan, ia menatap wajah keluarganya satu persatu, mencoba memastikan apakah ini nyata, atau sekedar candaan gila, tapi wajah serius keluarganya membuat Luella melemas.

“Aku tahu mereka gila, tapi aku tidak menyangka mereka akan segila ini,” lirih Luella.

Elaine menghela napas pelan. “Dari yang kami lihat, pendeta agung sudah jelas merupakan pengguna sihir hitam,” jelas Elaine.

“Tunggu dulu, omong kosong macam apa ini? Pendeta agung? Orang yang seharusnya menjadi musuh utama sihir hitam itu, menggunakan sihir hitam?” Emanuel berseru tak percaya.

“Tunggu dulu, bukankah tadi Emanuel bilang jadwalnya malam? Tapi ini baru memasuki malam, matahari baru tenggelam setengah jam yang lalu, mereka sudah bergerak?” tanya Luella.

“Pertemuannya belum mulai, tapi kami sudah mengawasi siapa saja dan berapa orang yang masuk ke dalam tempat itu, dan kami melihat pendeta agung datang, dengan menggunakan lingkaran teleportasi aneh, dan dia juga membawa monster aneh di tangannya, selain itu, aku melihat tanda kontrak dengan iblis di lehernya,” jelas Tera.

Mulut Luella menganga, terkejut? Tentu saja, tapi ia lebih terkejut karena fakta bahwa sang pendeta agung bahkan berani untuk menggunakan sihir hitam untuk hal sepele seperti teleportasi.

“Dia menggunakan sihir hitam untuk teleportasi, berarti dia sudah cukup lama menggunakan sihir hitam,” celetuk Alkaid.

Luella menatap Tera. “Apakah semua ini akan ada salinannya?” tanya Luella.

“Apanya?” Tera bertanya balik.

“Crystal itu, apakah akan ada salinannya? Apakah semuanya bisa diputar ulang?” Luella memperjelas pertanyaannya.

“Tentu saja bisa,” jawab Tera percaya diri.

Luella mengangguk puas. “Baguslah, aku mau menontonnya nanti, lalu sekarang ini, apa yang sedang mereka lakukan?”

Tera menatap crystalnya lamat-lamat. “Sepertinya semuanya sudah berkumpul,” ucap Tera.

Luella ikut melihat crystal itu, dan kini semua orang fokus menonton apa yang terlihat di crystal itu.

“Suaranya sangat samar, aku hampir tidak bisa mendengarnya,” ucap Luella.

“Oh, itu karena jarak hewannya jauh, kalau mendekat lebih dekat lagi, hewan ini bisa langsung ketahuan.” Balas Elaine.

“Kalian menggunakan burung?” tanya Luella.

Elaine menggeleng. “Tupai.”

“Lain kali, coba gunakan tikus,” saran Emanuel.

“Oh, aku menggunakan tikus, tapi itu mungkin hanya akan mendengar suaranya, karena tikusnya bersembunyi,” balas Elaine santai.

Emanuel mengangguk paham. “Jadi, suara dan gambarnya terpisah.”

“Dari yang terlihat di sini, ini sepertinya bukan mansion milik bangsawan kan? Di mana mereka bertemu?” tanya Luella.

“Ini sebuah rumah kecil di pinggiran ibu kota, aku hanya menebak bahwa ini adalah tempat di mana pangeran pertama bersembunyi selama dua puluh tahun terakhir ini,” jawab Alkaid.

Mereka semua semakin fokus ketika seorang pria masuk ke ruangan itu dengan baju serba hitam dan tudung yang menutupi wajahnya, Luella terkesiap ketika lelaki itu membuka tudungnya, bukan hanya Luella, semua orang tampak sangat terkejut melihat lelaki itu. Sebuah luka besar tampak sangat jelas di wajahnya, melintang dari mata sampai rahang, satu matanya juga tidak terbuka, mengindikasikan bahwa lelaki itu sudah kehilangan sebelah matanya, namun, diantara semua itu, yang paling membuat Luella terkejut adalah fakta bahwa wajah lelaki itu sangat mirip dengan Lionel, seperti Lionel versi lebih dewasa sedikit.

“Itu ... pangeran pertama?” lirih Luella nyaris tak terdengar.

“Luka itu ... itu jelas Luka yang terjadi karena sihir,” celetuk Ruby.

Luella merinding, dadanya mendadak terasa sesak, ingatan tentang adegan novel dimana Lionel membunuh seluruh keluarganya mendadak melintas di kepalanya, membuat ia kesulitan bernapas, Lionel yang duduk di samping Luella tentu langsung menyadari suara napas Luella yang terdengar berat, Lionel menoleh, ia panik melihat wajah pucat Luella.

“Luella, ada apa?” tanya Lionel cemas, ia mengulurkan tangannya berniat untuk menyentuh tangan Luella, namun Luella menepisnya, membuat Lionel terkejut.

Luella sendiri ikut terkejut, ia mendongak, menatap Lionel dengan tatapan bersalah.

“Luella, ada apa?” tanya Miles cemas.

Ruby bangkit. “Kalian berdua, menjauh dari Luella, dia kesulitan bernapas!” seru Ruby membuat Emanuel dan Lionel sontak bangkit dan mundur beberapa langkah, memberikan ruang agar Luella merasa lebih lega.

Ruby mendekat, ia menuntun Luella untuk mengatur napasnya kembali, dan setelah mencoba selama beberapa saat, Luella akhirnya bisa kembali bernapas lega. Miles dan Lancelot mendekati Luella, mereka menggenggam tangan Luella, menatap si bungsu dengan tatapan khawatir.

“Luella ada apa?” tanya Lancelot.

Luella menggeleng. “Aku juga tidak tahu, sepertinya aku hanya terkejut saja.” Luella kemudian berbalik menatap Lionel. “Lionel, maaf, aku tidak bermaksud untuk melakukan itu tadi,” ucap Luella merasa bersalah.

Lionel tersenyum. “Tidak apa-apa, aku tahu, kau hanya terkejut,” balas Lionel lembut.

“Luella, sebaiknya kamu istirahat saja, ayah akan menjelaskan semuanya besok,” ucap Miles.

Luella mengangguk. “Kalau begitu, aku akan kembali ke kamar dulu.” Luella bangkit, ia mencium pipi sang ayah, kemudian keluar dari ruangannya.

Lancelot bangkit. “Aku akan menemani Luella sampai dia tidur, aku akan ikut mendengarkan dengan Luella besok.” Ucap Lancelot sebelum ia menyusul Luella keluar.

Miles menghela napas pelan. “Baiklah, ayo kita lanjutkan hal ini.”



The Saintess' Twisted EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang