bab 51

17 1 0
                                    


Sebelah alis tebal milik Reksa terangkat, usai membaca hasil laporan serta melihat presentasi yang baru saja dipaparkan oleh bawahannya.

"Biaya yang kalian utarakan terlalu banyak, saya khawatir untuk jangka waktu yang kalian sebutkan tak bisa membuat modal yang kita tanam untuk kembali, dan berujung kemarahan dari pak Komisaris" tutur Reksa yang membuat seisi ruang rapat mengelah napas.

"Tapi pak, dengan proyek ini kita bisa menciptakan keuntungan yang begitu besar untuk perushaan" ujar ketua tim

"Keuntungan? Lalu jika kerugian yang justru terjadi, siapa yang akan bertanggung jawab? Apakah anda semua ini gaji kalian dipotong sebagai ganti kerugian? Belum lagi kemarahan dari pak Komisaris, ini adalah proyek besar yang sedang kalian rencanakan, dan konsekuensi nya juga jauh lebih besar dari proyek-proyek kita sebelumnya" sahut Rayan yang angkat bicara membela Reksa.

Ia tak perduli akan dikatain sebagai penjilat, karena membela keputusan dari Reksa yang notabenya adalah atas mereka.
Toh dia sangat tahu kekhawatiran Reksa dengan usulan proyek yang akan dikerjakan, Rayan tahu sampai saat ini Reksa masii sangat trauma dengan penipuan-penipuan yang pernah ia rasakan sebelum nya, maka itu saat ini Reksa lebih berhati-hati lagi dalam membuat keputusan untuk masa depan perusahaannya.

"Pak Rayan, kenapa anda tidak membela usulan kami? Seharusnya anda lebih membela kami, toh nantinya anda juga akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar" bisik ketua Direksi disamping Rayan.

"Maaf, tapi saya tidak menginginkan itu. Saya lebih memilih untuk tetap berada teguh pada pendirian saya untuk membela keputusan pak Reksa" jawab Rayan yang mendapatkan decihan dari orang disebelah nya.

Usai 1 jam 40 menit berlalu, akhirnya rapat yang terjadi sedari tadi usai juga.

Seluruh anggota rapat sudah berlalu meninggalkan ruangan, menyisahkan Reksa dan Rayan yang berada ditempat.

"Terimakasih, Ray. Sudah membela keputusan saya"

Rayan menganggukan kepalanya, menatap sendu tubuh kurus atasannya itu.

"Bagaimana keadaan, nona Gendhis pak? " cicit Rayan yang mendapatkan senyuman tipis dari Reksa.

"Masih tetap sama, Ray. Bantu do'anya agar dia bisa segera siuman" Rayan turut mengamini harapan dari Reksa.

"Masih sering therapy kan? " tanya Reksa

"Alhamdulillah masih, pak"

Reksa menganggukan kepalanya,
Ia menepuk bahu Rayan sebelum berlalu lalang.

"Semangat untuk kembali pulih, Ray"

Paskah kejadian mengenaskan itu, dua orang berharga dalam hidup Reksa harus mendapatkan perawatan ekstra.
Gendhis yang sampai saat ini masih tetap enggan untuk bangun dari tidur manisnya, sedangkan Rayan masii terus rutin untuk menjalani pengobatan atas semua luka yang diterima pada tubuh nya.

Bahkan pada saat itu, Rayan juga sempat tertidur lama hingga 1 bulan lamanya.

Suara adzan sudah berkumandang sedari 5 menit yang lalu,
Dengan cepat Reksa melangkah menuju mushola yang berada dilantai 2.

Usai mengucapkan salam, Reksa menadahkan kedua tangannya.
Berdoa untuk merayu sang Pencipta agar mau mengabulkan permintaan nya.

Tiada henti Reksa memanjatkan doa yang sama, hanya untuk meminta kesembuhan dari sang istri tercinta.

"Ya Allah, tiada henti hamba meminta kepada mu. Tolong kembalikan keadaan istri hamba seperti sedia kalah, hamba begitu merindukan nya, beritahu kan kepada dia Ya Allah, jangan terlalu lama bermain disana, katakan padanya bahwa suaminya ini sudah sangat merindukan nya, suaminya tengah menunggu kehadirannya"

Effort And ResultsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang