bab 29(Rayan ceroboh)

24 1 0
                                    

Aku mencintaimu bukan karena siapa dirimu, melainkan karena siapa aku saat bersamamu.
.
.
REKSA MAHATAMA DANANJANTARA

Buat musuh mu takut dengan diam, karena keterdiaman akan lebih mencekam, dari pada sebuah amarah yang meluap-luap.  Sebuah perkataan yang selalu terlintas dalam pikiran seorang Reksa saat ia tengah di terpa masalah-masalah yang datang tanpa di sangka-sangka.

Menjadi seorang pembisnis bukan lah perkara yang mudah, banyak orang beranggapan jika menjadi seorang pembisnis yang sukses hidup nya akan penuh dengan kebahagiaan dengan harta yang bergelimang, namun nyatanya hal itu salah besar menurut sudut pandang Reksa sendiri.

Menekuni dunia bisnis membuat Reksa menyadari jika musuh dapat datang kapan saja bahkan yang lebih parahnya lagi musuh itu bisa datang dengan siasat menjadikan mu teman.

Namun untungnya saja Reksa sudah mulai paham dengan semua hal tersebut, sehingga membuat ia lebih berhati-hati lagi saat akan menjalin kontrak dengan clien. contohnya saja kejadian belakangan ini yang sudah ia alami sendiri membuat Reksa semakin waspada.

Seperti biasa, keseharian Reksa adalah duduk di hadapan komputer sambil memeriksa dokumen-dokumen penting yang akan ia tanda tangani, bahkan ia sesekali menyempatkan untu membalas pesan yang di kirimkan sang istri tercinta.

[jangan telat makan]

Pesan singkat dengan cepat ketikan Reksa ketika Gendhis yang mengirimnya sebuah poto

[siappp pak boss, wkwkw om gw lagi belanja nih]

Alis Reksa terangkat sebelah, lalu dengan cepat ia mengganti obrolan chat tadi dengan panggilan vidio.

Di sebrang sana terlihat Gendhis yang tengah tersenyum di balik masker berwarnah putih.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, kenapa kok telpon? emang ga lagi sibuk?"

Seketika raut wajah Reksa berubah menjadi masam.

"Sepertinya kamu tidak terlihat sengan telponan dengan saya"

Bukan nya merasa bersalah, Gendhis sendiri rasanya ingin sekali tertawa melihat raut wajah lucu dari Reksa yang ia anggap sangat lucu sekali dengan ekspresi sok ngambek dari suaminya itu.

"Kenapa kamu tertawa? sepertinya yang saya katakan memang benar"

Di sebrang sana Meka tampak heran melihat sahabatnya itu yang tersenyum sendiri seperti orang gilak.

"Gw tahu dhis lo memang kurang waras, tapi tolong hargai ini tempat umum jangan buat gw malu njir"

Gendhis tak memperdulikan ucapan Meka, ia hanya pokus kembali pada layar ponsel sebelum tadi sempat menatap Meka sesaat.

"Enggak kok om, udah deh jangan sok-sok an ngambek segala gak cocok banget tauk"

"Lagian kamu tega mengatakan seperti itu yang membuat hati kecil saya menjadi tersentil"

Ingin sekali rasanya Gendhis merekam ucapan suaminya itu sebagai bukti jika suaminya itu bukan lah sosok Reksa yang katanya terkenal dengan sikap dingin melainkan hanya seorang lelaki yang berhati hellokity.

"Gak usah ngedrama deh om, gak cocok banget sama tampang lo yang katanya cool itu"

"Saya cukup beruntung mendapatkan istri yang sangat cantik namun sayangnya memiliki minus dengan mulut yang amat pedas saat berkata" tutur Reksa dengan di selingi senyuman tipis.

Effort And ResultsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang