13

2.6K 31 1
                                    

.
.
.
     "Sayang aku merindukan mu, Besok aku akan ke kantor mu yaaa.... Aku akan memelukmu dan tak akan melepaskan mu"

    "Tidurlah ini sudah malam... Kau menelpon begitu malam sekali"
Suara dingin dari Allan

    "Kenapa? Apa ini mengganggu mu? Jangan bilang kau bisik-bisik karena di samping mu ada gadis bodoh itu."
Suara wanita di telpon terdengar tidak suka

   "Kau bicara keras sekali.... "
Allan menghela nafas

   "Kenapa kalau aku Berteriak apa tidak boleh, jangan bilang kau sekarang tengah bercinta dengan gadis sok polos itu, awas yaaa jika sampai terjadi maka....."

Tuuutttt Allan mematikan telpon sepihak dan menutup telponnya dengan buku di nakas ranjang.

    "Huuuuhhhhh Mas.... Kau belum tidur? Aku sepertinya tidak bisa tidur, aku mohon usapkan tangan mu di dahi ku"

Allan menyerngitkan dahi, jika gadis itu tidak hilang ingatan maka ini tidak akan pernah terjadi. Sudah hampir beberapa malam ini ia selalu minta di belai dahinya untuk tidur.

    Tiba-tiba Allan melihat setitik air mengalir dari sudut mata violet.

    "Apa yang terjadi kenapa menangis?"
Gusar Allan karena jujur saja sejak kejadian violet jatuh dan berdarah membuat nya trauma

    "Aku bermimpi buruk, Ada ular menelan mu Mas. Aku takut hikss...."

Allan mendekat lagi dan kembali menepuk pelan jidat Violet.

    "Aku di sini..... Tenanglah, jadi anak baik ayoo tidur....."

Violet tertidur....
.
.
.

      Pagi sekali, Waktunya Cuti, Sudah menjadi kebiasaan bagi Allan jika setiap sepekan ia akan menghabiskan satu hari untuk istirahat.
Biasanya ia akan pergi entah kemana namun kali ini dia memutuskan untuk di rumah.

     "Mas. Badan ku gerah, aku malu mandi terus di temani Bibi, Aku malu Bibi melihat tubuhku setiap hari. Mas temani Aku mandi yaaa....."

Mata Allan melebar, bagaimana bisa Ia melakukan semua.

    "Tidak, mandi nya dengan bibi saja yaa...."
Jawab Allan pelan takut membuat Violet tersinggung

    "Kenapa Mas. Bukankah Kita sudah dua tahun menikah? Tentu Mas sudah sering memandikan ku kan?"

Allan menggeleng namun mengangguk dan ia menjauh.
Ini sungguh gila bahkan Melihat gadis itu mengganti pakaian saja belum pernah. Ia hanya pernah melihat pinggang kecil dan paha mulus violet saja itupun ketika memakai pakaian Rumah.

Bisa-bisa ia akan kebablasan kalau sampai memandikan nya. Melihat Paha dan pinggang saja Hampir membuat Allan Prustasi saking Tergoda Nya. Siapa yang tidak kagum akan keindahan Violet. Gadis yang begitu indah dengan tubuh ideal, mungil berparas mempesona cantik dan berkulit halus seperti kapas. Laki-laki mana saja pasti kagum dan tergoda .

    "Mas....."

Allan pergi memanggil Bi dera. Sementara dirinya mencoba menjernihkan otak, untuk tidak memikirkan semua.
.
.
.
    Violet hanya duduk di depan cermin dengan bi dera yang sedang mengeringkan rambut nya.

    "Nak perban nya bibi ganti yaa"
Violet hanya mengangguk. Allan masuk.

   "Mas. Kemana saja Lihat bibi mengganti perban ku, seperti nya sudah sembuh, bibi istirahat saja biar suamiku yang melakukan nya"

Bi dera melihat ke arah Allan yang mengangguk mengerti. Ia tanpa sungkan mengganti posisi Sang bibi karena ia pikir cukup aman berada dekat Violet karena gadis itu sudah mandi dan berpakaian rapi, tinggal Mengeringkan rambut saja.

Allan menunggu Bi dera luput dari pandangan dan terdengar pintu di tutup.

     "Mas. Sejak kemaren Aku ingin bertanya"

Allan hanya Diam, Ia mengeringkan rambut violet dengan tatapan gadis itu tertuju padanya yang menembus cermin rias. Itu membuat Allan sedikit gusar terhadap diri nya sendiri.

     "Mas. Kalau benar pernikahan kita sudah 2 tahun, lalu kenapa Di rumah kita ini tidak ada Satupun foto pernikahan?"

Deg deg deg jantung Allan berdetak kencang, Tangan nya yang tadi sibuk di kepala violet menjadi diam seketika.
Wajah Allan menatap cermin di sana mata nya bertemu dengan mata lentik Violet.

     "Ehmmm.... Itu, itu foto pernikahan yaaa" Allan mulai gugup, ia bingung mengawali cerita dari mana.

     "Hari ini Aku akan menyuruh semua Pekerja memasang Nya"

Ujar Allan tak punya pilihan selain bicara seolah begitu jujur.

    "Tapi kenapa baru di pasang? Apa ahhhhh kepalakuuuuu sakittttt sekaliiiiiii"
Violet memegangi kepalanya yang membuat Allan panik.

     _"ada apa? Sakit yaa sudah sudah jangan bicara lagi, ayooo kau harus berbaring Lagi"

Violet tersenyum tangan lembutnya tiba-tiba menyentuh wajah Allan yang membuat Pria itu diam kaku dengan mata melotot Terkejut.

   "Mas seperti nya begitu mencemaskan ku, Aku hanya tiba-tiba merasa nyeri di kepalaku, selama Mas di samping ku, Aku merasa aman"

Allan sedikit mundur dan berdiri, bahaya jika ia lama-lama di dekat Violet bisa-bisa ia kebablasan dan malah mengecup bibir nya karena entah kenapa ia menjadi seolah di sengat listrik tegangan tinggi jika di sentuh gadis itu.

      "Mas. Kenapa Aku merasa Mas cukup dingin dengan ku, Apa Aku melakukan kesalahan, jika iya maka maaf kan Aku. Mas selalu menyebut Aku kamu, bukan Mas gitu"

Violet mendongak menatap ke arah Allan yang berdiri tentu sangat tinggi. Allan menghela nafas panjang lalu berusaha menyunggingkan senyum tipis.

    "Baiklah, Dulu kita di jodohkan, Mas ataupun Vio sama-sama keras. Violet selalu menolak apapun tentang ku karena ia merasa Suami nya terlalu tua bagi dia yang Masih sangat belia, setiap kali ingat pernikahan dia akan marah itu sebabnya Mas tidak memasang foto pernikahan kita"

Ujar Allan kembali duduk berlutut menyeimbangkan tubuh nya pada Violet.

Violet sesaat hanya diam menatapnya entah itu tatapan apa yang pasti Ia begitu mempercayai semua.

     "Benar kan, Aku pasti melakukan banyak kesalahan di masa lalu.... Mas maaf kan aku yaaa hmm" Violet menunjukkan wajah Penuh penyesalan Membuat Allan diam.
Sungguh dosa besar kini dirinya berbohong yang begitu besar. Allan menyadari sebenarnya dirinya lah yang banyak salah.

Drrrrrrrrtttt..... Suara telpon Allan Bergetar. Allan membuka layar dan tentu ia tahu siapa yang memanggil.
Allan Menjauh kan handphone tersebut membuat Violet menyeringai penuh pertanyaan.

    "Telpon dari siapa Mas? Apa itu dari pekerjaan, jawab saja mungkin sangat penting "

    "Tidak, itu tidak terlalu penting. Ayooo keluar Vio harus Banyak bergerak sekarang itu anjuran dari dokter"

Violet tersenyum.

    "Ayoo pelan-pelan.... Pegang saja tangan Mas akan menahan mu"

Semua mata tertuju pada tangga penghubung lantai.
   "Andai saja ini bukan Kebohongan " desis Semua orang

   Arvin dan Lea ikut menghela nafas. Sejak Violet mengalami amnesia Sikap Allan berubah seratus delapan puluh derajat hingga semua berpikir bahwa itu bukan lah seorang Allan.

Tidak ada teriak an, tidak ada perdebatan, Biasanya ia akan marah hanya dengan kesalahan kecil tapi sekarang itu tidak terjadi.

    "Bahkan Bos menyuruh pekerja memasang foto pernikahan"

Semua melihat ke arah Arvin yang bicara ragu dan tak percaya. Tapi bukan kah itu hal yang bagus.
.
.

HANYA KAMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang