18

1.9K 25 1
                                    

.
.
.
     Duarrrrrrrrrr

    "Beraninya kau Bicara pada Dia, sudah aku bilang kau boleh marah padaku, mencaci maki ku tapi jangan kau lakukan pada Dia" tatapan tajam Allan. Ia sangat muak dengan semua, ia mati-matian berusaha agar Violet mengingat semua dan mengembalikan semua seperti semula agar bisa melepaskan gadis itu justru sekarang harus kembali di buat Tambah sakit.

Tyara menangis karena takut, ia tak pernah melihat kemarahan Allan sehebat itu, hingga menghancurkan handphone nya dan melempar berkas kepadanya.

    "Aku tidak bicara aneh padanya hanya saja....."

    "Hanya apa? Allan memotong.
Hanya kau bilang dia gadis gila, bodoh, jelek dan jalang? Apa kau sadar dengan ucapan mu hah?"

     "Kenapa kau sangat marah demi gadis itu, sekarang aku tanya aku kekasih mu atau DIA? Ohhhh jangan bilang kau sudah menaruh hati padanya. Cihhhhh Menjijikan sekali, dia pura-pura hilang ingatan hanya demi menipu mu, Bukan kah itu lebih murahan dari Jalang "

Allan mengepal kan Tinjunya. Kemudian terduduk memijit pelipisnya penuh tekanan. Kemudian dia bangkit dan mendorong Tyara keluar.
.
.
.
     Violet Tengah memainkan sendok Nya, Ia menunggu puding coklat di keluarkan dari lemari pendingin.

    "Bi, Aku suka puding...... "

Violet terkejut saat melihat di ambang pintu ruang makan berdiri Allan. Jantung Violet berdetak kencang sekarang ia Tengah memikirkan satu hal, Apa yang ia katakan tadi.

    "Nak, kau sudah pulang? Cepat sekali? Apa pekerjaan sudah selesai?"

    "Iya bi...."

    "Kemarilah, Lihat Nak Violet, dia mengatakan ingin makan puding kesu....."

   "Aku merasa kalau puding cokelat enak, Mas. Aku melihat iklan di televisi jadi aku meminta Bibi Membuat nya"

Allan Mengangguk dan mendekat lalu duduk bergabung. Sementara sang Bibi sedikit menyerngitkan dahi tak percaya jika Violet bertingkah seolah menyembunyikan sesuatu. Bukankah Sejak pagi Violet yang meminta puding dan bercerita itu puding kesukaan nya tapi sekarang kenapa berbeda.
Bi dera tak perduli ia hanya terlalu senang melihat Dua pasangan muda itu tengah duduk memakan puding buatannya.

Violet melihat dasi kusut itu  ia tahu dan menebak bahwa apa yang ia inginkan terjadi.

    "Kenapa pulang cepat? Mas. Meninggalkan bekal makan siang ya? Atau menunggu ku mengantar kan nya, Mas bisa kirim pesan atau menelepon jika butuh sesuatu. Aku bisa pergi dengan Lea"

Ujar Violet seraya menunggu reaksi Pria di hadapannya

    "Puding nya enak. Wajar ini jadi favorit mu, Vio"

Ujar Allan seolah tak menanggapi nya dan malah memuji puding. Deg deg deg..... Jantung Violet berdetak kencang, jangan bilang apa yang ada di pikiran nya sejak pagi hanya menjadi angan belaka, jangan bilang kalau Allan malah mencurigai nya dan kini tengah Mencoba menjebak Nya

     "Benarkah? Apa dulu puding coklat menjadi makanan kesukaan ku? Apa dulu Aku sering meminta ini pada Semua Orang. Apa Mas juga sering membawa puding kesukaan ku ketika pulang?" Mari kita lihat trik siapa yang paling kuat, Bisik Violet dalam hati.

Allan menghentikan sendok Nya yang menyuap puding tanpa henti pada dirinya sendiri. Ia beralih menatap wajah Violet yang bertanya begitu polos.

     "Mas, katakan apa itu benar? Ayo ceritakan apa yang aku sukai? Oh ya Mas. Aku melihat di drama televisi ada menampilkan pasangan suami istri ketika pergi dan pulang bekerja, mereka pamitan kemudian sang suami memberi Ciuman " uh Menjijikan sekali untuk membicarakan ini tapi Violet menangkap gelagat Aneh dari Allan.

    "Tapi Suami ku ini tidak memberi ciuman apapun bahkan dia akan pergi dengan cepat ke kantor dan pulang begitu saja, benar kan bi? 'violet menoleh ke bi Dera. Dengan bibir monyong merajuk

   "Bibi sekarang katakan, apa dua tahun ini Mas Allan begitu".
Pyyyuhhhhhhhh puding di mulut Allan muncrat Membuat Violet terkejut.

    "Ahhh maaf.... Seperti nya perutku sakit, Aku ke kamar dulu"

Allan pergi, Violet tersenyum sumbang, menatap ke depan dengan sendok yang mengaduk puding sehingga hancur. Seperti nya ada gelagat aneh dari suaminya tersebut.
.
.
.
     Di kamar, Allan mengganti pakaian Nya, membenamkan wajahnya di bantal dan berteriak, Ia sungguh Kacau hari ini karena sudah membuat Tyara marah, Dan mencurigai Violet. Namun entah kenapa justru ia merasa bersalah pada Violet karena barusan apa yang ia dengar dan lihat memang gadis itu polos dan lugu serta memang ia melupakan semua Nya.
Jika tidak mana mungkin ia membahas soal ciuman, Yang bahkan Itu Menjijikan baginya.

     "Kenapa tidak Aku saja yang Hilang ingatan. Tuhan!!"!"

Gerutu Allan Prustasi. Matanya terbuka ketika Pintu kamar terbuka, Di sana berdiri Violet dengan jalan tertatih karena kakinya masih sering sakit-sakitan.

Allan bangkit dan Menghampiri.

    "Bibi bilang mungkin saja Tuan Mengalami keram perut jadi Bibi memberikan minyak gosok untuk mengurangi nya"

Violet memberikan sebuah botol kecil yang langsung di sambut Allan.

    "Mas. Kenapa tidak ada satupun Ingatan ku yang terlintas.... Aku bahkan melupakan semua momen berharga kita? Entah kenapa aku merasa tidak ada keromantisan itu selama ini" ujar Violet Menatap sendu Allan.

Allan menggeleng ini pembahasan yang mungkin akan sangat panjang.

    "Kau hanya tidak lupa yang telah lalu tapi tentu ingat yang akan datang bukan? Jangan memaksa semua karena jika kau ingat maka kau tak akan sanggup".... Tak sanggup menahan bukan romantis tapi Keributan, pertengkaran dan perdebatan.

Lanjut Allan dalam hati. Violet Mengangguk sekarang ia Tengah menahan untuk tidak tersenyum.

     "Mau ku pijit kepala nya?"

Allan yang terkejut langsung bangkit. Hampir saja ia Membuat Violet tersungkur oleh tangan refleks nya.

Allan melihat wajah terkejut itu langsung takut jika gadis tersebut mengalami Sakit di kepala lagi.

     "Ahhhh aku terkejut..... Tapi aku tidak suka di pijit"

Violet mengangguk, ia tahu dengan jelas bahwa kini Pria di hadapan nya memang benar-benar terkejut dengan tawaran Tiba-tiba nya.

Violet Duduk di samping Allan tanpa perduli apa yang akan Pria itu pikiran, yang pasti sekarang ia akan membuat ending cerita Amnesia ini berakhir sempurna tanpa harus dia yang di salahkan.

    "Entah kenapa sejak kemaren Aku memikirkan satu hal, kenapa Sekertaris mu itu selalu berteriak?"

Violet tak ingin membuat pikiran Allan istirahat walau hanya sejenak. Sekarang waktunya memilih Meninggalkan atau justru di tinggalkan. Allan menatap nya lalu menjauh seolah tak ingin membahas apapun terlebih ketika itu tertuju pada Tyara.

     "Lea pernah bilang kalau, Mas Allan tak pernah ada sekertaris perempuan"

Allan hanya diam tapi tatapan nya masih menunggu Violet selesai bicara

    "Lea juga Bilang kalau, Hanya Arvin satu-satunya sekretaris Mas. Apa karena kucingnya tertabrak hingga dia jadi sekertaris Suami ku yang kaya raya ini?"

Violet mendekat namun Allan justru menjauh.

      "Lea Bicara hal ini sebelum Kejadian kucing tapi"
Lanjut Violet membuat Allan semakin menegang. Jantung Allan benar-benar tak bisa di kontrol jika matanya berhadapan dengan mata lentik Violet yang Indah.
.
.
.

   

HANYA KAMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang