Bab 46 : Kenyataan Menyakitkan

251 39 2
                                    

Jemi ;
" Aku harap sekarang Kamu bisa mengerti,...!!! Dan jangan pernah berharap apapun lagi sama Aku Biru,...!!! "

Jemi langsung berbalik dan ingin melangkah pergi, namun Biru tidak tinggal diam saja melihat Jemi yang sudah mulai melangkah pergi menjauh.

Seperti kehilangan akalnya,... Biru mengejar dan langsung memeluk tubuhnya Jemi dari belakang dengan cukup erat.

Jemi sangat syok dengan apa yang Biru lakukan saat ini padanya. Seketika Jemi berusaha melepaskan pelukan itu tetapi sangat sulit sekali rasanya sekuat apapun Jemi berusaha. Gimanapun tenaganya cowok pasti jauh lebih besar daripada tenaga perempuan.

Di sudut lainnya,... El juga tidak kalah syok melihat perbuatan nekat Kakaknya pada sang kekasih tercintanya Jemi.

El sudah tidak tahan ingin segera maju dan mendekat untuk memaksa Biru melepaskan pelukannya pada Jemi. Tapi langkahnya El juga sangat berat sekali untuk berjalan. El masih coba berusaha bertahan di persembunyiannya kala itu.

Biru sendiri mulai meneteskan air matanya karena penolakan Jemi begitu menyakitkan untuknya.

Biru ;
" Kenapa Jem,...Kenapa bukan Aku yang Kamu pilih ??? " Apa kesalahan dan apa kekuranganku sampe Kamu gak pernah kasih Aku kesempatan satu kalipun Jemi,...??? "

Biru masih terisak di balik punggungnya Jemi, tanpa melonggarkan sedikitpun pelukannya yang sangat erat sekali.

Sementara Jemi juga tidak bergeming, gadis itu hanya terus berusaha untuk keluar dari pelukannya Biru yang mulai menyakitkan rasanya.

Tidak pernah sekalipun, jangankan berpikir atau terlintas di benaknya untuk Jemi membuka hatinya buat Biru.

Sejak awal orang yang Jemi pilih dan cintai segenap jiwa raganya hanyalah El seorang.

Meskipun Jemi sedikit ada rasa tidak tega tapi Jemi gak mau membohongi hati nuraninya sendiri, hatinya total berwarna kuning tanpa ada satu goresan Biru pun yang terlihat.

Biru ;
" Aku Cinta banget sama Kamu sejak dulu dan juga sekarang Jemima,...!!! "

Jemi menghela nafasnya sangat berat sekali.

Jemi ;
" Kamu memang berhak punya semua perasaanmu itu padaku. Tapi,... Kamu juga tidak punya Hak buat memaksakan perasaanmu itu sama Aku Biru. Sebab ada orang lain yang berhak Aku jaga perasaannya melebihi siapapun, karena KAMI berdua sekarang sangat saling mencintai,... !!! "

Biru seperti mendapatkan hantaman serta ledakan bom besar yang di ucapkan dengan sangat jelas dan tegas oleh Jemi. Hatinya benar-benar hancur lebur berkeping-keping.

Jemi sendiri mulai berkaca-kaca, dia terlalu mencintai El dan tidak ingin melukainya dengan hal apapun juga.

El juga sama, bahkan air matanya sudah entah sejak kapan jatuh bercucuran.

Sesayang-sayangnya El sama Biru, El tidak mungkin bisa sanggup merelakan untuk berkorban melepaskan Jemi buat Kakaknya itu.

Mereka bertiga kini larut dalam luka dalam masing-masing, dengan rasa sakit yang berbeda meskipun sumbernya sama, yaitu CINTA.

Serumit itukah jika berhubungan dengan hati dan perasaan, bahkan hubungan darah juga tidak bisa untuk berkompromi.

Pelan-pelan Jemi terus berusaha melepaskan diri dari pelukannya Biru.

Jemi ;
" Please Bir,... Gak gini caranya. Tolong lepaskan Aku,...Aku mohon banget sama Kamu,...!!! "

Biru akhirnya sedikit melunak dan mengurangi tenaganya yang sangat erat memeluk tubuhnya Jemi. Hingga akhirnya Jemi berhasil melepaskan diri dari pelukan itu.

The Color Of The Twin SunsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang