8. Rencana Pergi Bersama

5.1K 547 41
                                    

Perlukah setiap tindakan atau keinginan memiliki alasan di baliknya?

Entahlah, Adis tidak yakin dengan hal itu. Selama ini yang dia ingat selalu mempunyai alasan di balik setiap keinginan dan tindakannya. Hanya saja untuk saat ini ia terlalu bingung dengan diri sendiri, untuk alasan apa dia ingin tau kabar Saga.

Bertemu pria itu terakhir kali lebih dari sepekan lalu dalam keadaan yang ia sebut tidak terlalu baik. Terakhir bertemu di saat Saga mengantarkannya ke rumah sakit dan berujung ia memberi penolakan ketika pria itu kembali meminta izin untuk membawa mobilnya.

Adis masih bertanya-tanya kenapa beberapa hari lalu Saga meminta ingin membawa mobilnya lagi yang artinya pria itu akan menjemputnya di pagi hari ketika selesai shift. Ia juga penasaran kenapa Saga tiba-tiba berubah pikiran pergi bersama Fira ketika ia menolak. Ia terbiasa mengumpulkan dugaan-dugaan tentang keluhan hingga akhirnya mendapatkan diagnosis untuk pasiennya. Dalam hal ini, ia juga mempunyai dugaan atas sikap Saga. Bahwa pria itu seperti menghubungi Fira sebagai pelarian karena penolakan darinya.

Tidak benar rasanya, meski itu yang terus berputar di kepala Adis. Bahkan berulang kali dalam hati meneriakki diri sendiri dengan kalimat, 'Siapa kamu, Adis!! Sampai Saga harus mencari pelarian hanya gara-gara kamu tolak meminjam mobil!!'

Menghela napas panjang, untuk merileks kan pikiran. Adis tidak suka sebenarnya memikirkan sesuatu yang tidak terlalu penting seperti ini.

"Di sini sama bagusnya dengan Jogja lho, Adis. Saya dulu pendidikan dokter umum di Jogja. Kalau kamu lanjut di Jogja saya tidak bisa banyak bantu."

Adis sedang membahas perihal study lanjutannya dengan Aris. Sedikit merasa bersalah karena di saat Aris membicarakan hal-hal penting, dirinya malah sibuk menganalisa sikap Saga.

Adis sedang off tugas karena semalam baru saja bertugas sehingga hari ini ia free. Entah tindakan nekat dari mana hingga memiliki keberanian mendatangi rumah Aris sore ini.

Itu yang ia sebut dengan keinginan tanpa alasan mendasar hingga menimbulkan tindakan impulsifnya meminta izin pada Aris untuk bertamu ke rumahnya. Untung saja tidak ada yang tahu bahwa tujuannya datang ke rumah itu selain memang ingin menemui Aris, ia juga ingin memastikan keadaan Saga. Padahal pria itu tidak dikabarkan sakit atau hal lain yang mengharuskan diketahui keadaannya secara urgent.

Sudah Adis katakan, mereka terakhir kali bertemu lebih dari sepekan, mungkin kurang lebih selama sepuluh hari dan ketika ia bertugas di klinik kantor Saga, tak ia lihat pria itu barang sekilas.

"Banyak pertimbangan kenapa nanti milih kembali ke Jogja, Dok." jawab Adis.

"Coba pikir lagi ya! Jika di sini, saya yang akan jadi konsulen, membimbing kamu secara langsung."

Satu hal lagi yang membuat Adis merasa beruntung bisa kenal dengan pria paruh baya ini. Tidak ingin munafik atau naif, masuk ke kedokteran ataupun study lanjutannya itu susah-susah gampang. Tidak  cukup hanya bermodalkan otak dan uang bisa dengan mudah masuk, terkadang koneksi juga penting. Lalu ketika Adis mendapat koneksi se-bebas hambatan ini tentu susah ia abaikan. Apalagi yang memberi rekomendasi ini adalah salah satu dokter yang memiliki jabatan penting di dunianya. Dan yang pasti, ia akan mendapatkan banyak ilmu dari dokter bedah terkenal itu.

Sungguh, Adis masih bertanya-tanya kenapa seorang dirinya bisa mendapatkan suatu keberuntungan seperti ini. Nanti ketika ada kesempatan cuti dan pulang ke Jogja, ia ingin sekali menemui pakde nya. Menanyakan tentang bagaimana bisa ia mendapat perlakuan istimewa seperti ini dari pemilik rumah sakit tempatnya bekerja. Karena satu-satunya hal yang mungkin menjadi alasannya adalah campur tangan dari pakdenya itu.

Tiba-tiba Adis juga teringat kata-kata Wina ketika menganalisa tentang alasan didekati oleh Aris adalah sebagai bentuk harapan pria ini menjadikan Adis penerusnya.

Resusitasi Jantung Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang